Kerentanan Lingkungan Pengelolaan Pulau-Pulau

ketersingkapan terhadap resiko dan keterbatasan kapasitas masyarakat dalam merespon bencana alam yang muncul.

2.4.2. Kerentanan Lingkungan

Pulau-pulau kecil memiliki tingkat kerentanan lingkungan yang tinggi Briguglio 2003. Ada beberapa alasan kerentanan lingkungan bagi pulau-pulau kecil, yaitu 1 keterbatasan asimilasi dan daya dukung, akan berimplikasi pada permasalahan pengelolaan limbah, persediaan air dan yang menyangkut ukuran teritori pulau-pulau kecil; 2 memiliki wilayah pesisir yang cukup luas dibandingkan dengan luas daratan membuat pulau kecil mudah tergerus erosi; 3 ekosistem yang rapuh, karena daya tahan terhadap pengaruh luar temasuk kekayaan hayati di dalamnya; 4 mudahnya terkena dampak bencana alam, termasuk gempa, gunung meletus, angin badai, banjir, gelombang pasang dan bentuk lain, tergantung pada kondisi pulau; 5 luasnya proporsi tanah yang akan terkena dampak akibat pengaruh pemanasan global, termasuk naiknya muka air laut sehingga akan banyak proporsi wilayah daratan yang akan hilang; dan 6 dampak yang signifikan akibat perkembangan ekonomi, termasuk penurunan produksi pertanian dan sumberdaya alam. Kerentanan pulau-pulau kecil meliputi kerentanan lingkungan environmental vulnerability, kerentanan sosial social vulnerability, dan kerentanan ekonomi economic vulnerability. Kerentanan lingkungan berbeda dengan kerentanan ekonomi maupun sosial disebabkan oleh tiga hal, yaitu 1 lingkungan termasuk di dalamnya sistem yang kompleks dengan perbedaan di setiap level kelompok spesies dan karakteristik fisik habitat, 2 berbeda dengan indikator umum untuk manusia sosial yang dapat digunakan dengan secara luas dengan menggunakan asumsi bahwa kebutuhan dan ambang batas untuk resiko pada umumnya sama, sedangkan indikator untuk lingkungan sangat dibatasi oleh kondisi geografi, dan 3 indikator ekonomi dapat diekspresikan dalam unit uang yang dapat digunakan secara luas di seluruh dunia dengan menggunakan unit pembanding SOPAC 2005. Kerentanan pulau-pulau kecil dapat disebabkan oleh 3 faktor atau proses, yaitu proses-proses yang sifatnya global, proses yang terjadi di kawasan regional dan proses yang terjadi pada skala lokal Pelling dan Uitto 2001. Proses global adalah perubahan iklim yang berimplikasi terhadap kenaikan muka laut dapat mengancam keberadaan pulau-pulau kecil. Proses regional adalah pengaruh pencemaran yang berasal dari kota-kota yang berkembang pesat yang letaknya tidak jauh dari pulau-pulau kecil. Proses lokal adalah kerusakan lingkungan dan sumberdaya yang terjadi di pulau-pulau kecil sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk. Selain itu, kerentanan pulau-pulau kecil juga dapat disebabkan karena karakteristik pulau-pulau kecil itu sendiri, seperti sifat insularitas pulau dan sifat remoteness pulau. Kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil juga disebabkan oleh keterbukaan pulau terhadap alam, degradasi lingkungan yang dialami pulau-pulau kecil, dan kemampuan resiliensi pulau-pulau kecil. Kerentanan lingkungan akan mempengaruhi sistem lingkungan yang selanjutnya akan mempengaruhi keberlanjutan pembangunan di pulau-pulau kecil. Dalam konteks pengelolaan pulau-pulau kecil, ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun merupakan ekosistem yang memiliki peran dalam menopang sistem keberlanjutan pulau-pulau kecil. Moberg dan Folk 1999 mengidentifikasi peran ekosistem terumbu karang sebagai penyedia barang dan jasa Tabel 7. Tabel 7. Peran ekosistem terumbu karang sebagai penyedia barang dan jasa dalam pengelolaan pulau-pulau kecil Barang Peran ekologi Sumberdaya pulih Batu karang Jasa fisik Jasa Biologi Jasa biogeokimia Dalam ekosistem Antar ekosistem Makanan laut Batu karang, pasir untuk bahan bangunan Pelindung pantaierosi Memelihara habitat Mendukung bioekologi melalui interkoneksi Fiksasi nitrogen Bahan mentah untuk obat Bahan mentah untuk semen Membentuk daratan Memelihara biodiversity dan genetik Ekspor produksi organik dan plankton Control CO 2 Ca Ikan hias dan ikan konsumsi Minyak dan gas Mendukung pertumbuhan mangrove dan lamun Mendukung proses dan fungsi ekosistem Memelihara resiliensi Sumber : Moberg dan Folk 1999

2.4.3. Dinamika Kerentanan