Analisis Parameter Analisis Parameter Kerentanan Lingkungan

Tabel 21. Perbandingan 2 model indeks kerentanan pulau-pulau kecil Model Indeks 1 Indeks 2 Nilai Indeks Minimum Nilai Indeks Maksimum Gornitz 1992 3 318.03 2 873.50 0.24 211 846.15 Tahir 2010 6.18 5.98 0.20 76.00 Berdasarkan analisis tersebut, terlihat bahwa model indeks kerentanan yang konstruksi dalam penelitian ini, mampu menunjukkan peran ekosistem pesisir sebagai sebuah ekosistem pulau-pulau kecil yang mampu menurunkan kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil. Keragaman ekosistem yang terdapat di Pulau Saonek juga memiliki peran dalam menjaga stabilitas fungsi ekosistem sebagaimana dikemukakan oleh Peterson et al. 1998, yang menyebutkan bahwa semakin tinggi keanekaragaman hayati semakin tinggi stabilitas fungsi ekosistem.

5.2. Analisis Parameter Kerentanan Lingkungan

5.2.1. Analisis Parameter

KetersingkapanKeterbukaan Exposure Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam Sub-bab 4.4.1, terdapat 4 parameter dari komponen exposure yang berbeda antara ketiga pulau, yaitu kenaikan muka laut, pertumbuhan dan kepadatan penduduk serta kejadian tsunami. Perbedaan kenaikan muka laut ketiga pulau disebabkan oleh posisi pulau tersebut terhadap kondisi perairan. Seperti telah disebutkan dalam Sub-bab 3.1 perbedaan lokasi penelitian, bahwa Pulau Kasu berada pada perairan sempit, Pulau Barrang Lompo berada pada perairan yang lebih luas, dan Pulau Saonek berada perairan luas. Perbedaan posisi pulau-pulau tersebut diperkirakan sebagai faktor pembeda laju kenaikan muka laut. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Church et al.2001 yang menyebutkan bahwa kenaikan muka laut dipengaruhi oleh volume air laut baik yang disebabkan oleh pemanasan global dan mencairnya es di kutub maupun karena faktor meteo-oseanografi regional. Faktor-faktor tersebut tentunya memiliki pengaruh berbeda terhadap ketiga perairan dimana ketiga pulau tersebut berada. Kejadian tsunami juga berbeda antara ketiga pulau. Pulau Barrang Lompo merupakan pulau yang paling dekat dengan kejadian tsunami sebagaimana yang direkam sejak tahun 1900 sampai tahun 2008, jumlah kejadian yang tercatat sebanyak 5 kali. Catatan kejadian tsunami yang pernah terjadi di sekitar Pulau Saonek sebanyak 2 kali, sedangkan untuk Pulau Kasu tidak terdapat rekaman kejadian tsunami. Perbedaan kejadian tsunami ini lebih dikarenakan posisi ketiga pulau terhadap karakteristik geologi berbeda. Dengan demikian, Pulau Barrang Lompo memiliki resiko yang tinggi terhadap kemungkinan dampak tsunami pada masa yang akan datang, lebih-lebih lagi karena pulau ini merupakan pulau datar yang memiliki resiko dari kenaikan muka laut. Ketiadaan vegetasi pantai di Pulau Barrang Lompo menjadikan daratan pulau ini sangat rentan terhadap kejadian tsunami dan juga hantaman gelombang pada musim tertentu pada bulan Desember-Januari. Pertumbuhan penduduk ditentukan oleh 2 faktor, yaitu 1 natalitas dan mortalitas kelahiran dan kematian, dan 2 migrasi keluar-masuknya penduduk dari suatu daerah. Perbedaan laju pertumbuhan penduduk ketiga pulau ini disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas. Laju pertumbuhan penduduk yang lebih besar di Pulau Barrang Lompo dan Pulau Saonek disebabkan oleh kedua faktor pertumbuhan di atas. Sebaliknya, pertumbuhan penduduk di Pulau Kasu hanya dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian. Implikasi dari laju pertumbuhan penduduk tersebut adalah tingkat kepadatan penduduk juga akan tinggi, manakala luas areal yang tersedia untuk kawasan pemukiman terbatas dan jumlah penduduk yang besar. Dalam kasus Pulau Barrang Lompo dan Saonek, meskipun tingkat pertumbuhan penduduk sama-sama tinggi dan luas daratan pulau yang tidak terlalu berbeda, namun karena jumlah penduduk di kedua pulau tersebut jauh berbeda menyebabkan tingkat kepadatan penduduk berbeda di kedua pulau tersebut. Hal sebaliknya terjadi pada Pulau Kasu, meskipun jumlah penduduk besar, namun karena luas areal daratan pulau yang jauh lebih besar dibandingkan Pulau Barrang Lompo, maka tingkat kepadatan penduduknya rendah.

5.2.2. Analisis Parameter Sensitivitas Sensitivity