di atas permukaan laut. Karakteristik dimensi adaptive capacity Pulau Kasu sama dengan Pulau Saonek. Ekosistem lamun tumbuh dan berkembang dengan baik di
pulau ini. Demikian juga luas habitat pesisir lebih besar dibandingkan dengan Pulau Saonek. Ekosistem mangrove yang tumbuh dominan di sekeliling pantai
Pulau Kasu menjadi pelindung bagi daratan Pulau Kasu. Secara ringkas karakteristik spesifik dari masing-masing pulau yang mempengaruhi tingkat
kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Karakteristik spesifik masing-masing pulau
Pulau Nilai Kerentanan
Karakteristik spesifik Exposure Sensitivity
Adaptive capacity
Indeks Kerentanan
Kasu 2.93 2.50 3.00 2.44 • Pemukiman terletak di
depan garis pantai berada di atas perairan
• Dominan ekosistem mangrove dan lamun
• Ketinggian daratan pulau dominan di atas 2 m
Barrang Lompo
6.28 4.15 3.40 7.67 • Ketinggian pulau dominan
kurang dari 2 m • Dekat dengan lokasi
kejadian tsunami • Dominan terumbu karang
dan lamun Saonek
4.85 3.82 3.00 6.18 • Gelombang relatif besar
• Terdapat ekosistem terumbu karang, mangrove,
dan lamun
4.6.2. Dinamika Kerentanan
Dari hasil analisis kecenderungan perubahan nilai parameter kerentanan seperti yang disajikan pada Tabel 19 sebelumnya, diperoleh beberapa parameter
yang akan mengalami perubahan pada masa yang akan datang. Parameter yang bersifat dinamis adalah kenaikan muka laut dan pertumbuhan penduduk pada
dimensi exposure. Asumsi yang digunakan dalam analisis dinamika kerentanan ini adalah perubahan faktor-faktor eksternal khususnya kenaikan muka laut akan
mengalami peningkatan, sehingga memberikan dampak terhadap sistem pulau- pulau kecil.
Kasus Pulau Kasu, parameter kerentanan yang diprediksi akan berubah untuk 2 tahun ke depan adalah kenaikan muka laut yang berdampak terhadap
pemukiman penduduk yang terletak di atas permukaan air, serta terendamnya beberapa bagian pulau yang memiliki elevasi rendah. Dengan asumsi yang
disebutkan sebelumnya, maka terjadi perubahan nilai parameter kenaikan muka laut dari nilai semula 1 berubah menjadi 2, serta perubahan nilai parameter
pemukiman dari semula 4 menjadi 5. Dengan menggunakan perubahan nilai kedua paremeter tersebut, maka kerentanan Pulau Kasu pada 2 tahun ke depan
menjadi 5, dengan kofisien kerentanan sebesar 0.008086. Skenario perubahan kerentanan Pulau Kasu ini merupakan skenario minimal, karena tidak
memasukkan perubahan laju pertumbuhan penduduk yang berimplikasi pada kepadatan penduduk Pulau Kasu.
Kasus Pulau Barrang Lombo, kecenderungan perubahan parameter kerentanan yang akan terjadi adalah perubahan nilai kenaikan muka laut dari nilai
semula 2 menjadi 3, serta kemungkinan perubahan nilai parameter terumbu karang pada dimensi adaptive capacity dari nilai semula 4 menjadi 3.
Perubahan nilai terumbu karang ini diperkirakan terjadi karena masih berlangsungnya kegiatan penambangan karang oleh masyarakat, sehingga
diprediksi akan terjadi penurunan kualitas tutupan karang hidup. Berdasarkan perubahan nilai dari 2 parameter tersebut, diperoleh nilai indeks kerentanan Pulau
Barrang Lompo pada 2 tahun kedepan sebesar 9.41, dengan koefisien kerentanan 0.012847.
Untuk kasus Pulau Saonek, parameter kerentanan yang cenderung mengalami perubahan adalah kenaikan muka laut yang akan tinggi sehingga
diprediksi akan mengubah nilai kenaikan muka laut dari semula 2 menjadi 3. Dengan adanya perubahan kenaikan muka laut ini, nilai kerentanan Pulau Saonek
pada 2 tahun kedepan adalah 7.74 dengan koefisien kerentanan sebesar 0.011298. Berdasarkan nilai-nilai koefisien kerentanan seperti yang disebutkan sebelumnya,
nilai indeks kerentanan lingkungan ketiga pulau kecil yang diteliti dapat diproyeksikan sampai tahun 2100 seperti pada Gambar 26.
Gambar 26. Proyeksi dinamika kerentanan lingkungan Pulau Kasu, Pulau Barrang Lompo dan Pulau Saonek
Seperti terlihat pada Gambar 26, Pulau Barrang Lompo memiliki kerentanan saat ini yang paling tinggi, disusul Pulau Saonek dan Pulau Kasu.
Dengan melakukan proyeksi sampai tahun 2100, terlihat bahwa Pulau Barrang Lompo dan Pulau Saonek akan mencapai kerentanan sangat tinggi lebih dari
40.48, sedangkan Pulau Kasu masih berada pada kategori kerentanan rendah kurang dari 40.48. Perbedaan kerentanan ini sangat ditentukan kondisi
lingkungan dan sosial dan ekonomi ketiga pulau tersebut. Perbedaan tersebut terjadi pada komponen exposure, sensitivity dan adaptive capacity.
4.7. Proyeksi Perubahan Kerentanan Lingkungan Pulau-Pulau Kecil