Over eksploitasi sumber daya hayati pesisir dan laut.

20 Permasalahan kompleks yang dihadapi pengelolaan karena wilayah pesisir dan laut: 1 Menyediakan berbagai barang dan jasa ikan, rekreasi, keindahan alam yang dimanfaatkan oleh berbagai kelompok masyarakat nelayan tradional, masyarakat pariwisata dan masyarakat setempat; 2 Berkaitan dengan kepentingan negara atau regional yang akan sulit melakukan pembatasan; 3 Terdapat bermacam-macam peran budaya dan dukungan sosial dari masyarakat. Adanya fungsi dan pengguna yang berbeda, senantiasa mengarahkan pengelolaan pada konflik dan perselisihan faham. Dengan melibatkan stakeholders dalam mencari pemecahan permasalahan maka akan mudah mendapat kesepakatan dan mempermudah mengimplementasikannya.

2.2.2 Permasalahan pengelolaan kawasan konservasi laut.

Beberapa bentuk ancaman yang sangat serius terhadap sektor perikanan dan kelautan, yang terkait dengan kelestarian sumberdaya hayati laut sebagai masalah utama dalam pengelolaan dan pengembangan konservasi laut antara lain: pemanfaatan berlebih over exploitation terhadap sumber daya hayati, penggunaan teknik dan peralatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan, perubahan dan degradasi fisik habitat, pencemaran, introduksi spesies asing, konversi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya, dan perubahan iklim global serta bencana alam Dahuri, 2003.

2.2.2.1 Over eksploitasi sumber daya hayati pesisir dan laut.

Terjadinya over eksploitasi apabila jumlah usaha effort pemanfaatan sumber daya lebih besar dari pada nilai tingkat pemanfaatan lestari maximum sustainable yield-MSY . Salah satu sumberdaya laut yang telah dieksploitasi secara berlebihan adalah sumber daya perikanan. Penangkapan berlebih dapat menyebabkan kerusakan ekologi yang pada akhirnya dapat memicu timbulnya gangguan-gangguan kegiatan masyarakat lainnya terhadap ekosistem pesisir seperti polusi, penurunan kualitas air, dan perubahan iklim yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan manusia. Permasalahan utama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap, terletak pada tidak tersedianya mekanisme dan sistem 21 pemantauan serta pendataan yang akurat, akibatnya penangkapan ikan di perairan Indonesia sulit dikelola secara tepat. Keterbatasan ketersediaan data-base yang akurat dan cara menginterpretasi masih kurang tepat, sehingga dapat menyebabkan kecenderungan laporan seperti potensi stok perikanan yang salah secara global ketidakpastian terhadap status stok sumberdaya perikanan. Kecendrungan seperti itu mempengaruhi keputusan- keputusan penanaman modal yang tidak bijaksana oleh perusahaan perikanan dan perbankan, serta menghambat efektifitas pengelolaan perikanan internasional secara global. Data yang tidak akurat menyulitkan dalam melakukan pendugaan cadangan stock sumberdaya ikan secara tepat. Dahuri 2003 menunjukan perkiraan hasil tangkapan ikan di perairan ZEE yaitu hanya ikan pelagis kecil yang produksinya lebih rendah dari jumlah tangkapan yang diizinkan total allowable catch , TAC, sedangkan untuk ikan lain seperti tuna dan cakalang produksinya sudah melampaui TAC Tabel 1. Hal tersebut perlu disadari bahwa sumberdaya perikanan laut akan mengalami eksploitasi yang berlebihan apabila dimanfaatkan secara tidak efisien, dan akhirnya collapse atau punahnya species tertentu. Demikian juga halnya dengan sumberdaya ikan karang di perairan Indonesia, sebagian besar lokasi tingkat pemanfaatan lestarinya terancam. Tabel 1. Perbandingan perkiraan tangkapan oleh kapal penangkap ikan di ZEE dan jumlah tangkapan yang diizinkan dalam ton pertahun. Jenis Ikan Perat uran Tahun 1985 Perkiraan Tangkapan t ahun 1993 MSY TAC Tuna Cakalang Pelagis Kecil Demersal Udang 87. 123 100. 225 1. 462. 000 653. 432 21. 000 75. 915 88. 884 1. 115. 731 582. 731 - 819. 167 951. 704 365. 999 1. 202. 729 99. 100 Tot al 2. 323. 780 1. 863. 261 3. 438. 709 Sumber: Dahuri 2003.

2.2.2.2 Penggunaan teknik dan peralatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan