Visi pengelolaan Taman Nasional Bunaken Potensi sumberdaya alam Taman Nasional Bunaken

55

4.2.2 Visi pengelolaan Taman Nasional Bunaken

Visi pengelolaan TN Bunaken adalah terwujudnya TN Bunaken yang lestari dengan pengelolaan berbasis masyarakat secara berkelanjutan. Misi pengelolaan TN Bunaken adalah melestarikan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat, dan mengembangkan pariwisata alam di dalam kawasan. Pengelolaan TN Bunaken memiliki 3 tiga fungsi sekaligus, yaitu sebagai tempat kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati, mendukung kehidupan penduduk dalam kawasan melalui pemanfaatan ekstraktif terbatas, dan pengembangan pariwisata khusus penyelaman.

4.2.3 Potensi sumberdaya alam Taman Nasional Bunaken

Taman Nasional Bunaken memiliki potensi-potensi yang spesifik, sebagai berikut: 1 Potensi biologis daratan. Kaya dengan berbagai jenis flora kelapa, palma, sagu, silar, dan woka, dengan fauna spesifik, yaki kera hitam Sulawesi dan kuskus. 2 Habitat mangrove dan padang lamun. Pencegah erosi garis pantai; kaya dengan berbagai jenis kepiting, umang, mollusca dan ikan-ikan muda; sebagai tempat ikan bertelur dan berkembang, juga merupakan habitat bagi jenis duyung, penyu laut dan burung laut. 3 Habitat pantai pasir. Dengan pantai pasir putih yang bertopografi landai; kaya dengan kehidupan berbagai jenis umang, kepiting dan udang. 4 Habitat terumbu karang. Hamparan terumbu karang ini, terutama yang terletak di perairan Pulau Bunaken, lebarnya dapat mencapai 2,5 km. Yang sangat spesifik adalah formasinya yang dimulai dengan karang datar di kedalaman +5 meter, kemudian membentuk bukit-bukit di bawah air, sampai ke tebing vertikal ke bawah drop off yang ratusan meter underwater greatwalls . Di habitat ini, terutama pada tebing bawah air, memiliki banyak sekali gua, ceruk dan rekahan yang tertutup sponge beraneka warna, dan dihuni berbagai jenis vertebrata dan invertebrata laut. Selain karang, terdapat pula biota laut lainnya seperti akar bahar, karang kipas, karang lunak, hydroid penyengat, cacing laut, bintang laut, teripang. Habitat ini dihuni oleh beraneka macam ikan yang jumlahnya mencapai lebih dari 2.000 jenis seperti jenis ikan Napoleon, dan jenis ikan purba yaitu Ikan Raja Laut Coellacanth yang diperkirakan sudah 56 punah, dan sejauh ini diketahui habitatnya hanya ada di perairan Kepulauan Grande Comorro dan Anjou di lepas pantai Afrika. Habitat terumbu karang merupakan zona wisata yang paling atraktif dan menarik. 5 Habitat laut dalam. Salah satu keunikan lain Taman Nasional Bunaken adalah kedalaman laut yang memisahkannya dengan dataran Sulawesi yang kedalamnya dapat mencapai 1.000 meter. Kedalaman ini menjadi semacam barrier yang mengurangi tingkat kerusakan Taman Nasional Bunaken sebagai akibat pengotoran yang berasal dari daratan Kota Manado. Dukungan positif potensi sumberdaya ekosistem pesisir terhadap pengelolaan Taman Nasional Bunaken dikemukakan berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang dilakukan oleh Mitra Pesisir tahun 1995 di perairan desa-desa sekitar Taman Nasional Bunaken seperti Desa Popareng, Rap-Rap, Kumu, Poopo, Tongkaina, Manado Tua Satu, Manado Tua Dua, Bunaken, Buhias dan Tinongko terhadap tutupan karang keras ternyata di perairan tersebut memiliki tutupan karang hidup yang relatif masih bagus yaitu berkisar 51-75 Gambar 6. Sedangkan untuk Desa Wawontulap, Pinasungkulan, Meras, Alungbanua, dan Bango mempunyai tutupan karang katagori sedang yaitu 31-50 , sehingga menjadi andalan untuk aktifitas penyelaman bawah laut. Catatan Median Katagori : 5 : tutupan 76-100 sangat bagus 2 : tutupan 11-30 buruk 4 : tutupan 51-75 bagus 1 : tutupan 0-11 sangat buruk 3 : tutupan 31-50 sedang Sumber : Pemerint ah Pr ovinsi Sul awesi Ut ar a et al . 2002 Gambar 6 Tutupan karang di desa-desa sekitar TN Bunaken. 57 Gambar 7 menunjukkan sebaran ekosistem mangrove di desa-desa sekitar Taman Nasional Bunaken berdasarkan kesehatan persentase rata-rata tutupan kanopi yaitu Desa Bango 74 , Wawontulap 64 , Tangkasi dan Alungbanua 62 , Sondaken 57 dan Pungkol 55 . Sumber : Pemer int ah Pr ovinsi Sul awesi Ut ar a et al . 2002 Gambar 7 Rata-rata persentase penutupan kanopi mangrove di desa-desa sekitar TN Bunaken. 4.3 Daerah Perlindungan Laut Blongko 4.3.1 Kondisi umum Blongko merupakan satu dari 27 desa di Kecamatan Tenga, Kabupaten Minahasa Selatan, terbentang satu kilometer sepanjang jalan Trans Sulawesi. Desa ini terletak 115 km sebelah barat daya Manado, dan 32 km dari Amurang. Kawasan Blongko dikelilingi pegunungan hijau yang subur, didominasi tanaman kelapa dan buah-buahan. Wilayah pesisirnya sebelah barat berhadapan dengan Laut Sulawesi. Pantai sepanjang desa memiliki hutan mangrove yang dilindungi dengan baik oleh penduduk setempat sekaligus melindungi desa dari angin barat selama musim hujan dari bulan November hingga Januari. Beberapa terumbu karang di depan desa rusak parah akibat penambangan untuk pembuatan konstruksi jalan dan sebagai bahan bangunan. Kerusakan ini juga disebabkan kebiasaan berjalan menginjak karang dan penangkapan ikan dengan alat yang merusak seperti bom ikan. Masyarakat telah menetapkan daerah tertentu yang masih bagus dari kawasan terumbu karang ini sebagai daerah perlindungan laut DPL. 58 Di Sulawesi Utara, Desa Blongko merupakan salah satu dari empat desa yang menjadi proyek percontohan pelaksanaan Proyek Pesisir Sulawesi Utara. Tiga desa lainnya adalah Talise, Bentenan, dan Tumbak. Keempat desa terpilih dari 109 desa di pesisir Minahasa Proyek Pesisir dan Bappeda Provinsi Sulut, 1999. Desa Blongko yang dapat dicapai selama lebih kurang 2,5 jam perjalanan lewat darat dari Manado, pantainya berupa teluk dengan tanaman pohon kelapa sebagai tumbuhan khas wilayah pesisir. Sesuai dengan namanya, Blongko, yang berarti belanga, garis pantainya memang menjorok ke darat, menyerupai wadah untuk memasak Kompas, Rabu, 16 April 2003 . Mayoritas penduduk Blongko adalah nelayan sekaligus petani. Sejumlah kecil menjadi pengrajin, pedagang, dan pegawai perusahaan swasta. Penduduk setempat amat bergantung pada produksi laut ikan, dan kebanyakan mereka menangkap ikan dengan alat pajeko jaring pukat cincin dengan 10-15 nelayan per kelompok, soma dampar jaring pukat pantai, soma rarape jaring yang pemakaiannya dipasang di karang dan bongkahan karang digunakan sebagai beban, soma paka-paka nelayan menggebah ikan dari karang sehingga lari menuju jaring, dan panah atau jubi. Kegiatan menangkap mengambil langsung juga dilakukan, seperti menangkap lobster, teripang dan abalone. Penduduk juga memanen tahunan tanaman dan palawija seperti kelapa, jagung, kacang ijo, padi, dan rempah-rempah.

4.3.2 Isu pengelolaan perikanan