Kawasan konservasi laut dan perwujudan perikanan yang

33 Sumber: Olsen et al ., 1998 Gambar 3. Langkah dan siklus pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir terpadu .

2.3.3 Kawasan konservasi laut dan perwujudan perikanan yang

berkelanjutan Kawasan konservasi laut yang terlindungi dengan baik, secara ekologis akan mengakibatkan beberapa hal berikut terkait dengan perikanan: 1 Habitat yang lebih cocok dan tidak terganggu untuk pemijahan induk; 2 Meningkatnya jumlah stok induk; 3 Ukuran body size dari stok induk yang lebih besar; 4 Larva dan recruit hasil reproduksi lebih banyak. Sebagai akibatnya, terjadi kepastian dan keberhasilan pemijahan pada wilayah kawasan konservasi laut Pisco, 2002. Keberhasilan pemijahan di dalam wilayah Kawasan Konservasi Laut dibuktikan memberikan dampak langsung pada perbaikan stok sumberdaya perikanan di luar wilayah kawasan konservasi laut Pisco, 2002. Peran Kawasan Konservasi Laut dalah melalui: 1 Ekspor telur dan larva ke luar wilayah KKL yang menjadi wilayah fishing ground nelayan; 2 Kelompok recruit; 3 Penambahan stok yang siap ambil di dalam wilayah penangkapan. Indikator keberhasilan yang bisa dilihat adalah peningkatan hasil tangkapan nelayan di luar kawasan konservasi setelah beberapa saat setelah dilakukan penerapan KKL secara konsisten. 34 Berbagai penelitian lapangan Roberts et al. 2001 telah membuktikan prediksi tersebut di atas, kebanyakan peneliti dan praktisi di lapangan memperhatikan perubahan peningkatan hasil tangkapan setelah 5 tahun, tergantung dari ukuran dan pengaruh kawasan konservasi secara ekologis. Karenanya, perwujudan perikanan berkelanjutan sebagai dampak adanya kawasan konservasi laut dapat disarikan sebagai berikut: 1 Manajemen perikanan sering gagal sehingga over fishing terus berlanjut dan hasil tangkapan menurun; 2 Kawasan konservasi laut merupakan alternatif yang dapat diharapkan berdampak positif terhadap hasil tangkapan nelayan di sekitar dan diluar kawasan konservasi laut; 3 Kawasan konservasi berperan dalam ekspor telur dan larva, pembaharuan kelompok umur baru recruit, atau pembaharuan stok yang siap dieksploitasi; 4 Kawasan konservasi dianggap berdampak nyata dalam pengelolaan perikanan melalui indikator peningkatan tangkapan nelayan.

2.4 Analisis A’WOT

Metode analisis A’WOT yang merupakan penggabungan antara AHP analytical hierarchy process dengan Analisis SWOT strengths, weaknesses, opportunities and threats yang dikembangkan untuk perencanaan hutan di Finlandia oleh Kangas, Pesonen, Kurtilla dan Kajanus pada tahun 1996. Penggabungan analysis AHP dalam SWOT ini dikarenakan analisis SWOT terlalu kualitatif. Apabila dikuantifikasikan, tidak jelas berapa bobot antara masing- masing komponen SWOT, yaitu bobot antara strengths, weaknesses, opportunities and threats. Demikian juga bobot antar faktor dalam komponen tersebut, perlu dibuat prioritasnya. Sehingga dalam menentukan strategi mana yang menjadi prioritas akan lebih mudah apabila menggabungkan SWOT dengan AHP Budiharsono et al., 2006. Keputusan alternatif juga dapat dievaluasi secara prospektif pada masing- masing faktor SWOT dengan penggunaan AHP. Dalam hal ini, analisis SWOT menyediakan frame dasar yang akan menghasilkn keputusan situasional, sedangkan AHP akan membantu meningkatkan analisis SWOT dalam mengelaborasikan hasil analisis sehingga keputusan strategi alternatif dapat diproritaskan. Tahapan A’WOT adalah melakukan analisis SWOT terlebih