Konservasi dan aspek ekonomi serta sosial budaya

13 Menurut Ward dan Hegeri 2003, peran pemodal dalam proses penentuan MPA tidak kalah penting sebab para pemodal biasanya dilibatkan sejak awal dalam pelaksanaan proses dan berkontribusi terhadap setiap tahapan proses, termasuk pemantauan dan evaluasi secara terus menerus. Peran pemodal yang cukup penting adalah membantu menentukan nilai-nilai lingkungan dimana kegiatan pengusahaan sumberdaya lautperikanan berjalan dan bagaimana tujuan dari kegiatan pengusahaan sumberdaya lautperikanan akan berinteraksi dengan tujuan konservasi. Proses pembentukan MPA perlu dilakukan se-inclusive mungkin dengan melibatkan para pemodal dan penduduk asli dengan prosedur yang efektif. Para pemilik modal dapat membantu proses disain MPA serta manajemennya dengan jalan menyumbangkan visi strategis mereka untuk manajemen sumberdaya lautperikanan, membantu mencari tempat-tempat baru untuk kegiatan pengusahaan sumberdaya lautperikanan dalam sepuluh tahun mendatang. Usaha pengelolaan sumberdaya laut tidak harus merusak ekosistem apabila strategi dan tujuan dari manajemen MPA memberi basis transparansi bagi manajemen sumberdaya lautperikanan berkelanjutan.

2.1.3 Konservasi dan aspek ekonomi serta sosial budaya

Secara ekonomi konservasi diartikan sebagai penggunaan secara bijaksana wise use dan melindungi yang tersisa protection from waste sedangkan preservasi tidak sama dengan pengertian konservasi yang artinya pemeliharaan. Melakukan konservasi berarti ada perhatian terhadap kesejahteraan generasi yang akan datang, akhirnya mempertimbangkan keadilan antar generasi dengan meniadakan resiko ketidakpastian, irreversibility pada horizon waktu yang sangat panjang Dahuri et al., 2001. Alokasi sumberdaya alam antar waktu tidak menjamin keadilan antar generasi. Efisiensi pengolahan sumber daya ditentukan oleh tingkat bunga pasar bunga oleh generasi yang sekarang, sehingga konservasi dinyatakan sebagai alokasi sosial optimal sumberdaya alam antar waktu. Dengan demikian efisiensi menunjukkan peran generasi sekarang di dalam menyediakan sebagian sumber daya yang diselamatkan untuk generasi masa depan. 14 Melaksanakan konservasi suatu spesies merupakan keputusan yang menyangkut situasi ketidakpastian di masa datang. Ketidakpastian merupakan masalah penting dalam pengalokasian sumberdaya alam antar waktu. Ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, selain yang menyangkut perubahan teknologi yang digunakan, perubahan permintaan konsumen, perubahan lembaga sosial, ketidakpastian yang berkaitan dengan alam adalah keberadaan sumberdaya itu sendiri, dan hal ini biasanya terjadi pada sumberdaya perikanan yang selalu bergerak Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003. Pengelolaan perikanan secara tradisional sasi dikenal sebagai hukum adat dan kemilikan sumberdaya secara komunal hak ulayat terbukti telah efektif dalam pengelolaan marine protected area dan suaka laut. Contoh lain adalah pengelolaan perikanan Suku Bajau di Pulau Togian; tradisi peladangan berpindah Suku Dayak, dengan rotasi panjang ± 30 tahun. Latar belakang sejarah dan budaya menjadikan masyarakat lokal memiliki pengetahuan unggul indigenous knowledge, baik dalam pengelolaan sumberdaya alam dengan praktek-praktek usaha tani tradisional. Masyarakat lokal dengan indigenous knowledge telah memberikan kontribusi nyata dalam pengelolaan berkelanjutan, biasanya komunitas mereka cukup kecil. Tradisi masyarakat ini akan memudar dan hilang seiring dengan meningkatnya populasi masyarakat, meningkatnya konsumsi masyarakat, melemah hubungan kekerabatan, adanya pembauran dengan tradisi yang dibawa kaum pendatang. Membuka akses sumberdaya alam bagi masyarakat lokal selain akan meringankan beban pemerintah juga akan meningkat kesejahteraan masyarakat lokal secara langsung, karena masyarakat akan memakmurkan dirinya dan wilayahnya. Masyarakat lokal tidak lagi dianggap sebagai sumber eksternalitas dan masyarakat akan menjadi sumberdaya manusia produktif. Konservasi tradisional yang ada pada masyarakat lokal semakin dibutuhkan dalam pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan. Pada prinsip 22 yang menjadi salah satu pilar dalam Deklarasi Rio de Janeiro menyebutkan bahwa: ‘Penduduk asli dan masyarakatnya serta masyarakat lokal lainnya 15 memiliki peranan penting dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan, karena memiliki pengetahuan dan praktek-praktek tradisional ‘. Peran masyarakat adat yang berkaitan dengan pelestarian alam juga diakui oleh UU No. 41 tahun 1999. Pada penjelasan pasal 34 dinyatakan bahwa: “Pengelolaan kawasan hutan untuk tujuan khusus adalah pengelolaan dengan tujuan-tujuan khusus seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta untuk kepentingan sosial budaya dan penerapan teknologi tradisional indigenous technology. Untuk itu dalam pelaksanaannya harus memperhatikan sejarah perkembangan masyarakat dan kelembagaan adat indigenous institution serta kelestarian dan terpeliharanya ekosistem.

2.1.4 Kebijakan dan strategi nasional konservasi