77
5.2.2.3 Prioritas pada faktor peluang
Berdasarkan hasil analisis diatas terlihat bahwa prioritas utama pada faktor peluang dalam pengembangan pengelolaan KKL berbasis masyarakat adalah
ternyata terlihat pada adanya penghargaan dunia internasional 0.12, baru kemudian diikuti oleh tingginya dukungan LSM daerah, nasional dan
internasional serta adanya negara donor yang siap memberikan pembiayaan dengan nilai 0.09, baru kemudian diikuti oleh adanya target pemerintah untuk
mengembangkan kawasan konservasi laut 0.09. Tabel 22 Hasil analisis faktor peluang pengelolaan DPL Blongko.
Faktor Peluang Opportunities Bobot
Prioritas Relatif
Tingginya keinginan t arget pemerint ah unt uk mengembangan KKL
0. 087891 P3 Tingginyan dukungan NGO daerah,
nasional, int ernasional dan negara donor dalam pembiayaan
0. 091933 P2 Adanya penghargaan dunia int ernasional
di bidang konservasi 0. 116379 P1
5.2.2.4 Prioritas pada faktor ancaman
Berdasarkan pengamatan dan analisis yang dilakukan telah teridentifikasi faktor ancaman dalam pengembangan pengelolaan DPL Blongko sebagai KKL
berbasis masyarakat. Tabel 23 Hasil analisis faktor ancaman dalam pengelolaan DPL Blongko.
Faktor Ancaman Threats Bobot
Prioritas Relatif
Adanya dampak pariwisat a 0. 006778
P5 Terj adinya kerusahan habit at akibat kegiat an penangkapan
ikan yang t idak ramah lingkungan 0. 020073 P2
Adanya pencemaran sampah rumah t angga 0. 005803 P6
Adanya permint aan ikan karang dan biot a lainnya 0. 013494
P3 Degradasi SDA secara alami
Nat ural
0. 007023 P4
Tingginya ket ergant ungan masyarakat t erhadap sumberdaya perikanan
0. 023856 P1
Tabel 23 menunjukkan bahwa ancaman utama dalam pengelolaan DPL Blongko sebagai KKL berbasis masyarakat adalah adanya tingkat ketergantungan
78 yang tinggi pada masyarakat terhadap sumberdaya perikanan dengan nilai 0.02,
baru kemudian diikuti dengan adanya kerusahan habitat akibat penangkapan ikan tidak ramah lingkungan, kemudian diikuti oleh tingginya permintaan ikan karang
dan biota lainnya, degradasi SDA secara alami, dampak pariwisata, kemudian baru diikuti oleh pencemaran rumah tangga.
Jadi tingginya tingkat ketergantungan masyarakat pada sumberdaya perikanan menjadi faktor ancaman utama dalam pengembangan kawasan
konservasi laut berbasis masyarakat, hal ini sangat beralasan karena apabila masyarakat sangat menggantungkan pada sumberdaya perikanan sebagai satu
satunya mata pencaharian, maka akan mempercepat proses degredasi sumberdaya tersebut dan mengancam kelestarian ekosistem.
5.2.2.5 Alternatif kebijakan pengelolaan DPL Blongko
Pengamatan dan analisis yang dilakukan dapat ditentukan berbagai alternatif kebijakan pengelolaan DPL Blongko sebagai KKL berbasis masyarakat
Tabel 24 Hasil analisis kebijakan pengelolaan DPL Blongko.
Kebij akan Pengelolaan KKL Bobot
Prioritas Relatif
Penguat an perat uran perundangan yang menunj ang pengelolaan perikanan berkelanj ut an
0. 091419 P6 Penguat an model pengelolaan KKL skala lokal dan nasional
0. 186751 P1
Pengembangan KKL baru dalam j aringan KKL t erpadu agar pengelolaan ef ekt if
0. 077513 P8 Pengembangan sist em zonasi KKL berbasis keilmuan dan
kepent ingan masyarakat lokal 0. 126198 P3
Pengembangan kegiat an perikanan dan penggunaan alat t angkap ramah lingkungan di KKL
0. 087593 P7 Peningkat an kualit as SDM dan pemberdayaan masyarakat
mat a pencaharian Alt ernat if 0. 090871 P5
Pengembangan sist em pengawasan berbasis masyarakat dan penegakan hukum
0. 114922 P4 Peningkat an kerj asama membangun
co-management
dengan
st akehol ders
0. 132529 P2
Alternatif kebijakan prioritas dalam pengelolaan DPL Blongko sebagai KKL berbasis masyarakat secara berturut turut sebagai berikut :
1 Penguatan model pengelolaan KKL skala lokal dan nasional 2 Peningkatan kerjasama dan membangun co-management dengan stakeholders
79 3 Pengembangan sistem zonasi KKL berbasis keilmuan dan kepentingan
masyarakat lokal
4 Pengembangan sistem pengawasan berbasis masyarakat dan penegakan hukum
5 Peningkatan kualitas SDM dan pemberdayaan masyarakat mata pencaharian alternatif
6 Pengembangan kegiatan perikanan dan penggunaan alat tangkap ramah
lingkungan di KKL
7 Penguatan peraturan perundangan-undangan yang menunjang pengelolaan
perikanan berkelanjutan
8 Pengembangan KKL baru dalam jaringan KKL terpadu untuk mendukung
pengelelolaan yang efektif
Berdasarkan hasil analisis pada kedua model kawasan konservasi laut, yaitu taman nasional dan daerah perlindungan laut dapat kita lihat faktor-faktor
dominan yang terdapat pada kedua KKL Tabel 25. Tabel 25 Sandingan
faktor-faktor dominan dan alternatif kebijakan pengembangan TN Bunaken dan DPL Blongko.
TN Bunaken DPL Blongko
Keterangan Kekuatan
UU No. 5 t ahun1990, UU No. 41 t ahun 1999
UU No. 31 t ahun 2004, UU No. 32 t ahun 2004, Perda No. 2
t ahun 2002 dan Keput usan Desa Blongko
Sebagai aspek legal yang menj adi
priorit as ut ama
Sist em pengelolaan diat ur oleh at uran f ormal
Proses perencanaannya bersif at dari bawah
bot t om up
Mampu menj awab persoalan yang bersif at global
Sesuai dgn aspirasi dan budaya masyarakat dan mudah
dit erima masyarakat Masalah yang sif at nya
int erkomunit as dapat diat asi karena bersif at nasional
Pengawasan lebih ef isien Tingginya dukungan LSM
lokal dan nasional dal am pengembangan KKL
Tingginya dukungan LSM lokal dan nasional dalam
pengembangan KKL Tingginya keinginan
pemerint ah dalam pengembangan perikanan
berkelanj ut an Adanya at uran desa hukum
adat yang menunj ang pengelolaan perikanan
berkelanj ut an
Tabel 25 lanjutan
80
Kelemahan
proses perencanaan bersif at dari at as
t op down
besarnya biaya inst it usional biaya
pil ot proj ect
Adanya perbedaan pada priorit as
pert ama f akt or kelemahan
kurang sesuai dengan aspirasi dan budaya masyarakat lokal
t idak mampunya mengat asi permasalahan yang bersif at
int erkoneksit as-spesif ik lokal kebij akan t umpang t indih
dan konf lik kepent ingan sangat rent an t erhadap
perubahan ekst ernal Penegakan hukum relat if
lemah dan pengawasan kurang ef isien sebesar
ket idakmampuan mengat asi dan menj awab persoalan yang
bersif at global dan universal
Peluang
t ingginya dukungan LSM daerah, nasional dan
int ernasional sert a adanya negara donor yang siap
memberikan pembiayaan adanya penghargaan dunia
int ernasional Adanya perbedaan
pada urut an priorit as f akt or
peluang
adanya penghargaan dunia int ernasional
t ingginya dukungan LSM daerah, nasional dan int ernasional sert a
adanya negara donor yang siap memberikan pembiayaan
t ingginya t arget pemerint ah unt uk mengembangkan
kawasan konservasi laut adanya t arget pemerint ah
unt uk mengembangkan kawasan konservasi laut
Ancaman
adanya dampak pariwisat a adanya ket ergant ungan yang
t inggi masyarakat t erhadap sumberdaya perikanan
Adanya perbedaan pada urut an
priorit as f akt or ancaman
adanya pencemaran rumah t angga sampah
adanya kerusahan habit at akibat penangkapan ikan t idak
ramah lingkungan adanya kerusahan habit at
akibat penangkapan ikan yang t idak ramah lingkungan
adanya permint aan ikan karang dan biot a lainnya
adanya ket ergant ungan masyarakat t erhadap
sumberdaya perikanan degradasi SDA secara alami
Nat ural
degredasi SDA secara alami adanya dampak pariwisat a
adanya permint aan ikan karang dan biot a lainnya
unt uk perdagangan adanya pencemaran rumah
t angga sampah
Alternatif Kebij akan
Penguat an model Pengelolaan KKL skala
nasional dan j aringan KKL skala lokal
Penguat an model pengelolaan KKL skala lokal dan nasional
Adanya persamaan pada priorit as
penet apan alt ernat if
kebij akan
Peningkat an kerj asama dan membangun
co-management
dengan seluruh
st akehol ders
Peningkat an kerj asama membangun
co-management
dengan seluruh
st akehol ders
Tabel 25 lanjutan
81
Penguat an sist em zonasi KKL berbasis keilmuan
kepent ingan masyarakat lokal
Penguat an sist em zonasi KKL berbasis keilmuan
kepent ingan Masyarakat Lokal
Penguat an sist em pengawasan berbasis
masyarakat dan penegakan hukum
Pengembangan sist em pengawasan berbasis
masyarakat dan penegakan hukum
Pengembangan KKL baru dalam j aringan KKL t erpadu
agar pengelolaan ef ekt if Peningkat an kualit as SDM
melalui pemberdayaan masyarakat mat a
pencaharian alt ernat if
Penguat an kegiat an perikanan dan penggunaan
alat t angkap ramah lingkungan di KKL
Penguat an kegiat an perikanan dan penggunaan alat t angkap
ramah lingkungan di KKL
Penguat an perat uran perundangan yang
menunj ang pengelolaan perikanan berkelanj ut an
Penguat an perat uran perundangan yang menunj ang
pengeloaan perikanan
berkelanj ut an
Peningkat an kualit as SDM melalui pemberdayaan
masyarakat mat a pencaharian Alt ernat if
Pengembangan KKL baru dalam j aringan KKL t erpadu agar
pengelolaan ef ekt if .
Berdasarkan Tabel 25, faktor kekuatan untuk pengelolaan kawasan konservasi laut baik TN Bunaken maupun DPL Blongko, adalah adanya aspek
legal yang mendukung dan tingginya dukungan LSM baik lokal, nasional dan internasional sebagai faktor dominan yang mempengaruhi pengelolaan kedua
kawasan konservasi laut tersebut. Sedangkan faktor kelemahan relatif berbeda. Faktor kelemahan TN Bunaken adalah perencanaan yang bersifat dari atas top
down sedangkan untuk DPL Blongko adalah tingginya biaya institusional. Untuk
faktor peluang baik TNL maupun DPL relatif sama yaitu adanya penghargaan dari dunia internasional, dukungan LSM dan target pemerintah untuk mengembangkan
kawasan konservasi laut, sedangkan untuk faktor ancamannya juga relatif sama, yaitu adanya aktivitas tidak ramah lingkungan baik ancaman pencemaran rumah
tangga, dampak pariwisata, dan adanya degredasi habitat secara alami akibat abrasi serta ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam di kawasan
konservasi laut yang tinggi. Berdasarkan beberapa persamaan faktor dominan baik dalam kekuatan,
peluang dan ancaman, maka alternatif kebijakan yang ditetapkan pun hampir sama
82 baik TN Bunaken maupun DPL Blongko yaitu pengembangan model pengelolaan
KKL skala nasional dan skala lokal sebagai satu jaringan kawasan konservasi laut, peningkatan kerjasama dan membangun co-management dengan seluruh
stakeholders, pengembangan sistem zonasi KKL berbasis keilmuan kepentingan masyarakat lokal, pengembangan sistem pengawasan berbasis
masyarakat dan penegakan hukum, pengembangan kegiatan perikanan dan penggunaan alat tangkap ramah lingkungan di KKL, penguatan peraturan
perundangan yang menunjang penglelolaan perikanan berkelanjutan dan
peningkatan kualitas SDM pengelola kawasan konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat dengan mengembangkan mata pencaharian alternatif yang mengarah
pada pengurangan ketergantungan pemanfaatan sumberdaya alam secara langsung maupun melalui pengaturan pemanfaatan yang jelas dalam zonasi kawasan
konservasi laut yang dikembangkan serta mengembangkan usaha perikanan dengan cara cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan.
83
6 PEMBAHASAN
6.1 Dukungan Potensi Sumberdaya Hayati Laut dan Ekosistemnya
Salah satu parameter yang berpengaruh bagi pengembangan kawasan konservasi laut adalah kandungan potensi kekayaan bawah laut yang memiliki
nilai konservasi dan ekonomi tinggi. Taman Nasional Bunaken dan Daerah Perlindungan Laut Blongko memiliki kekayaan sumberdaya alam laut yang cukup
baik, seperti ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove yang berfungsi sebagai habitat bagi kehidupan berbagai jenis ikan dan asosiasinya. Hasil
penelitian Mitra Pesisir di desa-desa pesisir TN Bunaken tahun 2005 menyatakan bahwa tutupan karang keras di perairan tersebut memiliki tutupan karang hidup
yang relatif masih bagus yaitu berkisar 51-75 Gambar 6. Adanya kesamaaan faktor kekuatan, basis hukum yang kuat bagi
pengelolaan taman nasional yang didukung dengan potensi sumberdaya alam laut yang khas, sebagai nilai penting dalam pengembangan wisata bahari berbasis
keindahan alam di TN Bunaken dan DPL Blongko. Kekayaan alam bawah laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan dari gangguan para perusak lingkungan
melalui penerapan sanksi hukum yang tegas. Pentingnya aspek legalitas ini didukung Lowe 2003 yang meneliti aspek pengawasan di TN Bunaken. Aspek
pengawasan di KKL sangat erat kaitannya dengan aksi penegakan hukum, termasuk di dalamnya upaya penyadaran masyarakat melalui penyuluhan,
penyebarluasan informasi dan pendidikan formal maupun nonformal tentang hukum dan lingkungan Silalahi, 2001. Demikian juga menurut Sievanen 2003,
terdapat hubungan yang erat antara potensi keanekaragaman hayati, konservasi dan aktivitas pariwisata bahari di TN Bunaken.
Pengembangan kawasan konservasi laut dengan skala besar nasional seperti TN Bunaken maupun sekala kecil daerah seperti DPL Blongko,
diharapkan dapat membangun jaringan KKL yang mendukung pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan peran dan
fungsi kawasan konservasi laut sebagai penyedia produksi telur, larva, benih dan induk ikan, yang secara ekologis menyediakan habitat yang tidak terganggu untuk
pemijahan, tempat berkembang biak dan membesarkan larva ikan yang kemudian