Penggunaan teknik dan peralatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan Degradasi fisik habitat hayati pesisir dan laut

21 pemantauan serta pendataan yang akurat, akibatnya penangkapan ikan di perairan Indonesia sulit dikelola secara tepat. Keterbatasan ketersediaan data-base yang akurat dan cara menginterpretasi masih kurang tepat, sehingga dapat menyebabkan kecenderungan laporan seperti potensi stok perikanan yang salah secara global ketidakpastian terhadap status stok sumberdaya perikanan. Kecendrungan seperti itu mempengaruhi keputusan- keputusan penanaman modal yang tidak bijaksana oleh perusahaan perikanan dan perbankan, serta menghambat efektifitas pengelolaan perikanan internasional secara global. Data yang tidak akurat menyulitkan dalam melakukan pendugaan cadangan stock sumberdaya ikan secara tepat. Dahuri 2003 menunjukan perkiraan hasil tangkapan ikan di perairan ZEE yaitu hanya ikan pelagis kecil yang produksinya lebih rendah dari jumlah tangkapan yang diizinkan total allowable catch , TAC, sedangkan untuk ikan lain seperti tuna dan cakalang produksinya sudah melampaui TAC Tabel 1. Hal tersebut perlu disadari bahwa sumberdaya perikanan laut akan mengalami eksploitasi yang berlebihan apabila dimanfaatkan secara tidak efisien, dan akhirnya collapse atau punahnya species tertentu. Demikian juga halnya dengan sumberdaya ikan karang di perairan Indonesia, sebagian besar lokasi tingkat pemanfaatan lestarinya terancam. Tabel 1. Perbandingan perkiraan tangkapan oleh kapal penangkap ikan di ZEE dan jumlah tangkapan yang diizinkan dalam ton pertahun. Jenis Ikan Perat uran Tahun 1985 Perkiraan Tangkapan t ahun 1993 MSY TAC Tuna Cakalang Pelagis Kecil Demersal Udang 87. 123 100. 225 1. 462. 000 653. 432 21. 000 75. 915 88. 884 1. 115. 731 582. 731 - 819. 167 951. 704 365. 999 1. 202. 729 99. 100 Tot al 2. 323. 780 1. 863. 261 3. 438. 709 Sumber: Dahuri 2003.

2.2.2.2 Penggunaan teknik dan peralatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan

Beberapa teknik dan peralatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan di perairan laut Indonesia adalah alat pengumpul ikan fish 22 aggregation device -FAD, bahan peledak, bahan beracun dan pukat harimau. Alat pengumpul yang digunakan untuk mengumpulkan ikan di daerah lepas pantai, sehingga usaha penangkapan ikan menjadi lebih efektif, alat tersebut seperti rumpon. Penggunaan alat tangkap FAD yang berlebihan akan berdampak pada daerah pemijahan, spawning ground, karena ikan-ikan yang sedang menyelesaikan siklus hidupnya turut tertangkap sebelum sampai ke tempat pemijahan. Oleh karena itu, kebijakan pengembangan kawasan konservasi migratory spesies menjadi penting dilakukan. Penggunaan bahan peledak, bahan beracun sodium dan potasium sianida dan pukat harimau dapat memusnahkan organisme dan merusak lingkungan. Penggunaan bahan peledak menimbulkan efek sampingan yang sangat besar, sedangkan penggunaan bahan beracun dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenis ikan karang dan ikan hias yang diracun Dahuri, 2003.

2.2.2.3 Degradasi fisik habitat hayati pesisir dan laut

Degradasi fisik pada habitat ekosistem pesisir dan laut di Indonesia terjadi pada ekosistem terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan estuaria. Dahuri 2003 mengidentifikasi beberapa faktor penyebab kerusakan ekosistem mangrove yaitu: 1 Konversi kawasan hutan secara tak terkendali menjadi peruntukan lain, 2 Terjadi tumpang tindih pemanfaatan kawasan hutan mangrove untuk berbagai kegiatan pembangunan, 3 Penebangan mangrove untuk kayu bakar, bahan bangunan dan lain-lain melebihi kemampuan untuk pulih renewable capacity, 4 Pencemaran akibat buangan limbah minyak, industri dan rumah tangga, 5 Pengendapan akibat pengelolaan kegiatan lahan atas yang kurang baik, 6 Proyek pengairan yang dapat mengurangi aliran masuk air tawar unsur hara ke dalam ekosistem hutan mangrove, dan 7 Proyek pembangunan yang dapat menghalangi atau mengurangi sirkulasi arus pasang surut. Selain ekosistem mangrove, kerusakan ekosistem terumbu karang juga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1 Penambangan batu karang untuk bahan bangunan, pembangunan jalan dan hiasan, 2 Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan alat tangkap tertentu seperti muroami, 3 Pengendapan dan peningkatan kekeruhan perairan dalam ekosistem karang, dan 4 Eksploitasi berlebihan sumber daya perikanan karang. 23

2.2.2.4 Pencemaran