Karet Siklo TINJAUAN PUSTAKA

10 menggunakan enzim Yapa dan Yapa, 1984 dalam Alfa, 1999. Deproteinase lateks secara enzimatis merupakan cara yang efisien karena dengan cara ini dapat dihasilkan peptida-peptida yang kurang kompleks dan mudah dipecah serta dapat melindungi produk yang dihasilkan dari kerusakan dan perubahan yang bersifat non hidrolitik Johson dan Peterson, 1974 dalam Alfa, 1999. Enzim yang paling umum digunakan dalam proses deproteinasi lateks adalah enzim papain. Papain merupakan salah satu jenis enzim protease atau proteolitik yang dapat menguraikan atau memecah protein menjadi asam amino. Papain berasal dari getah pepaya yang telah dikeringkan dan biasanya disadap dari buah pepaya muda. Papain mempunyai daya tahan panas lebih tinggi dibandingkan dengan enzim lain. Keaktifan enzim papain hanya menurun 20 pada pemanasan 70˚C selama 30 menit pada pH 7,0 Winarno, 1986 dan Muhidin, 1999. Untuk menghidrolisa protein, papain dapat bekerja secara efektif jika pH, suhu, kemurnian dan konsentrasi papain berada pada kondisi yang tepat. Selain dengan deproteinase lateks menggunakan enzim atau secara kimia, kandungan protein dalam lateks juga dapat dikurangi dengan adanya pemusingan atau pemekatan Tanaka, 1998. Kandungan protein dalam karet alam dihitung sebagai kadar nitrogen yang dikalikan dengan faktor 6,25.

F. Karet Siklo

Karet siklo cyclised rubber adalah produk yang diperoleh dari hasil siklisasi karet alam, termasuk ke dalam kelompok modifikasi tipe 1, karena modifikasi berlangsung tanpa masuknya senyawa lain ke dalam molekul karet Alfa, 2000. Peristiwa lain yang juga termasuk modifikasi tipe 1 adalah peristiwa depolimerisasi karet alam yaitu terjadinya pemendekan rantai molekul karet alam hingga berat molekulnya turun, dan peristiwa perubahan struktur molekul karet alam dari keadaan isomer cis menjadi trans. Karet siklo adalah turunan dari karet alam yang telah berubah menjadi resin atau bahan termoplastik yang keras dan rapuh, yang dihasilkan dari pemanasan karet alam dengan adanya katalis asam. Menurut Goonetileke et al . 1993, karet siklo pertama kali dibuat pada tahun 1920 dan sejak itu 11 banyak hasil-hasil penelitian tentang karet siklo yang kemudian dikembangkan, baik dari karet alam maupun karet sintetik, dengan menggunakan katalis asam para toluen sulfonik, asam sulfat dan asam stannit. Fisher dan McColm 1927 menambahkan, apabila karet alam dicampur dengan asam sulfat atau asam p-sulfonat pada gilingan kemudian dipanaskan maka akan dihasilkan karet siklo. Menurut Janssen 1956 penambahan asam sulfat juga dapat dilakukan pada lateks kebun, dimana setelah menggumpal karet digiling sehingga berwujud lembaran, kemudian dipanaskan. Metode lain pembuatan karet siklo adalah dengan cara melarutkan karet terlebih dahulu dalam pelarut karet, lalu dipanaskan bersama katalis yang bersifat asam Edward, 1955. Dalam proses siklisasi, pengurangan ikatan rangkap dalam struktur molekul karet alam berhubungan dengan pembentukan struktur cincin Goonetileke et al. 1993. Siklisasi yang ideal akan menghasilkan struktur cincin karet siklo yang tidak lagi memiliki ikatan rangkap dalam struktur molekulnya. Pada kenyataannya, keadaan tersebut sulit tercapai, karena pada struktur molekul karet siklo yang diperoleh dari berbagai penelitian masih terdapat ikatan rangkap, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3. CH3 C C CH2 CH2 H H CH2 CH2 C C CH3 CH3 CH2 CH2 +C CH2 CH2 CH2 CH2 CH3 CH2 +C +C +C CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH3 CH3 CH3 +C CH2 CH2 +C CH2 CH3 CH3 CH2 C CH2 CH2 C CH3 CH3 CH3 CH2 CH CH2 CH2 CH CH2 CH CH2 CH2 CH2 C C C CH2 CH3 C CH CH2 CH2 C CH2 CH2 CH3 Gambar 3. Struktur Molekul Karet Siklo Versen, 1951 12 Menurut Naunton 1961 pemanasan karet alam dengan adanya katalis asam akan merubah karet menjadi bahan lain berupa resin, yaitu suatu isomer karet alam dengan pengurangan derajat ketidakjenuhan yang cukup besar. Asam sebagai katalis dianggap merupakan kelompok yang penting dalam pembuatan karet siklo secara komersial. Kelompok ini meliputi asam sulfat dan turunan organiknya dengan struktur umumnya R-SO 2 -X, dimana gugus X adalah hidroksil atau halogen seperti p-toluene sulphonic acid, fenol yang mengandung sulfur atau asam fosfat dan senyawa lainnya seperti hidrogen fluorida. Naunton 1961 menambahkan, senyawa asam yang paling sering digunakan sebagai katalis dalam pembuatan karet siklo adalah asam sulfonat, sulfonil klorida dan asam sulfat. Produk hasil siklisasi secara umum dikenal dengan nama “Thermoprene”, dan diketahui bahwa aplikasi terpenting dari produk ini adalah sebagai perekat dan bonding agent. Karet siklo bersifat non polar, polimer non kristalin yang rantai-rantai molekulnya telah dikeraskan oleh formasi cincin. Sifat penting yang dimiliki oleh karet siklo adalah daya rekat yang sangat baik pada permukaan logam dan permukaan licin lainnya. Sifat penting lainnya yang masih perlu dilihat adalah kemampuan larut karet siklo dalam pelarut karet Goonetileke et al., 1993. Coomarasamy et al.1981 menambahkan bahwa penampakan dan sifat karet siklo tergantung dari metode pembuatannya dan jenis asamnya. Karet siklo yang dibuat dari karet padat, biasanya hanya sesuai digunakan sebagai bahan penguat, karena viskositas larutannya tinggi serta sukar larut dalam pelarut karet. Karet siklo tidak larut dalam air sehingga sangat baik digunakan sebagai bahan baku tinta cetak, selain itu karet siklo dapat juga digunakan sebagai bahan penguat pada pembuatan kompon karet alam, misalnya pengganti resin stiren yang biasanya digunakan sebagai bahan penguat pada pembuatan sol, pengisi barang jadi karet, kulit sintetik, pelapis tekstil dan kertas serta sebagai bahan isolator listrik Alfa, 1999. 13 Menurut Nadarajah et al.1975, terdapat dua kegunaan utama dari karet siklo, yaitu sebagai “organic reinforcing resin” untuk karet dan sebagai “binder” pada industri cat. Spesifikasi utama dari kegunaan karet siklo sebagai “ organic reinforcing resin” adalah karet siklo dengan tingkat siklisasi di atas 70 dan bersifat “brittle” keras tetapi rapuh sedangkan untuk penggunaan karet siklo sebagai “ binder” pada cat dan tinta cetak membutuhkan persyaratan antara lain resin karet siklo harus mempunyai ketahanan terhadap bahan-bahan kimia, ketahanan terhadap suhu yang tinggi dan abrasi, serta dapat dicampur blending Nadarajah et al., 1975. Meskipun demikian, resin karet siklo kurang cocok bila dijadikan sebagai perekat untuk bahan-bahan yang lenturfleksibel. Hal ini disebabkan karena karet siklo cair yang direkatkan pada suatu permukaan akan mengeras kembali. Resin karet siklo memiliki derajat keasaman pH relatif netral dan mampu bertahan terhadap proses hidrolisis, pengikisan, panas, alkali, serta asam yang tidak memiliki sifat pengoksidasi. Resin karet siklo juga mudah larut dalam pelarut aromatik dan cukup larut dalam pelarut alifatik, serta memiliki tahan listrik yang cukup tinggi 10 17 ohm sehingga dapat dijadikan sebagai isolator yang baik dalam industri elektronik. Dari sisi kesehatan, resin karet siklo bersifat netral dan tidak memiliki sifat racun non-toxic serta tidak larut dalam air sehingga aman dan ramah bagi lingkungan. Tabel 1. Spesifikasi sifat karet siklo menurut Goonetilleke et al. 1993 Komponen Standar Bobot molekul 15 400 – 79 000 Warna dan bentuk produk Putih, serbuk halus Kelarutan Larut dalam pelarut karet Bilangan iod g I 2 100 g polimer 185 – 267

G. Cara Pembuatan Karet Siklo