BIAYA PRODUKSI KARET SIKLO

47

C. BIAYA PRODUKSI KARET SIKLO

Biaya produksi karet siklo dihitung dari biaya bahan baku air yang diperlukan saat proses pembuatan karet siklo. Biaya bahan baku dapat dilihat dari banyaknya kebutuhan bahan baku dan kebutuhan bahan baku dapat dihitung melalui neraca massa sedangkan untuk mengetahui biaya air maka perlu menghitung kebutuhan air dalam produksi siklo. Tabulasi kebutuhan air dapat dilihat pada Lampiran 12. Dalam penelitian ini, harga lateks yang digunakan adalah harga lateks pekat bukan lateks kebun. Hal ini disebabkan karena bentuk lateks yang dijual dipasaran adalah lateks pekat sehingga untuk dalam penghitungan biaya bahan baku digunakan harga lateks pekat. Asumsi yang digunakan dalam penghitungan ini adalah bahwa harga lateks pekat tersebut merupakan harga proses pengolahan lateks kebun menjadi lateks pekat. Penghitungan dilakukan terhadap produksi karet siklo dalam skala laboratorium sehingga biaya energi dalam produksi karet siklo tidak dihitung karena akan ada perbedaan dalam penghitungan energi skala laboratorium dengan skala pabrik. Jika nantinya diaplikasikan pada skala yang lebih tinggi maka harga produksi akan meningkat karena ada tambahan biaya energi dalam pembuatan karet siklo. Asumsi harga untuk lateks pekat deproteinasi dan lateks pekat depolimerisasi adalah harga lateks pekat ditambah dengan premi dimana premi adalah harga bahan-bahan tambahan lain dalam produksi lateks pekat tersebut. Premi untuk lateks pekat deproteinasi adalah sebesar 20 dari harga lateks pekat sedangkan untuk lateks pekat depolimerisasi sebesar 10 dari harga lateks pekat. Neraca massa adalah penghitungan aliran massa dan perubahannya di dalam perlengkapan penampung atau pengolah massa tersebut didalam sistem Himmelblau, 1969. Neraca massa dibuat untuk menghitung jumlah bahan baku, bahan pembantu dan produk akhir yang dihasilkan dalam satu kali ukuran proses. Untuk memudahkan perhitungan neraca massa diperlukan tabulasi aliran masuk dan aliran keluar bahan yang dapat dilihat pada Lampiran 9, 10 dan 11. 48 Neraca massa pembuatan karet siklo menggunakan lateks pekat dapat dilihat pada Gambar 20, untuk neraca massa pembuatan karet siklo menggunakan lateks DPNR dapat dilihat pada Gambar 21 dan neraca massa pembuatan karet siklo menggunakan lateks depolimerisasi dapat dilihat pada Gambar 22 Setelah semua kebutuhan bahan baku diketahui maka dapat dihitung besarnya biaya produksi masing-masing jenis karet siklo dan dapat dihitung harga jual karet siklo. Tabulasi harga karet siklo dapat dilihat pada Lampiran 14 . Karet siklo dengan bahan baku lateks deproteinasi mempunyai biaya produksi paling tinggi dibandingkan dengan lainnya yaitu Rp. 18.836,26 per kg-nya. Hal ini disebabkan adanya penggunaan bahan kimia tambahan yaitu enzim papain yang memiliki harga cukup tinggi. Karet siklo dengan bahan baku lateks depolimerisasi yang memerlukan bahan kimia tambahan yaitu H 2 O 2 , NaOCl dan toluen juga mempunyai biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lateks pekat yaitu sebesar Rp. 17.345,30 per kg-nya, sedangkan karet siklo dengan bahan baku lateks pekat mempunyai biaya produksi paling rendah karena tidak banyak digunakan bahan kimia tambahan dalam proses produksinya yaitu sebesar Rp. 16.096,80 per kg-nya. Harga jual karet siklo dihitung dengan membagi biaya produksi karet siklo dengan rendemen sehingga harga jual karet siklo dari lateks Pekat, lateks deproteinasi dan lateks depolimerisasi masing-masing sebesar Rp. 30.716,74 per kg, Rp. 34.407,90 per kg dan Rp. 29.522,91 per kg. 49 Lateks Pekat H 2 SO 4 sbnyk 70 Pengadukan sampai homogen Pemanasan t:2-2,5 jam, T:100 C Pencucian Penetralan hingga pH 7 Amoniak 20 Karet Siklo Air Air Air Serum Serum Lateks Pekat 1000 mL H 2 SO 4 933.33 g disp. siklo 1558.52 mL Air 31170,33 mL Amoniak 651.39 mL Air 7792.58 mL Serum 22910.20 mL Serum 8400.81 mL Air 9337.78 mL Siklo Kering 524.04 g Siklo Hilang Siklo Hilang 75.96 g Emulgen 12 g Emulgen 301 bsk Pengeringan T 70 C disp. siklo 9861.82 mL Gambar 20. Neraca Massa Pembuatan Karet Siklo Menggunakan Lateks Pekat 50 Lateks Pekat Deproteinasi H 2 SO 4 sbnyk 70 Pengadukan sampai homogen Pemanasan t:2-2,5 jam, T:100 C Pencucian Penetralan hingga pH 7 Amoniak 20 Karet Siklo Air Air Air Serum Serum Lateks Pekat 1000 mL H 2 SO 4 933.33 g disp. siklo 1578.52 mL Air 31570.33 ml Amoniak 651.93 mL Air 7892.58 mL Serum 23204.20 mL Serum 8505.02 mL Air 9436.71 mL Siklo Kering 547.44 g Siklo Hilang Siklo Hilang 52.56 g Emulgen 18 g Emulgen 301 bsk Pengeringan T 70 C disp. siklo 9984.15 mL Gambar 21. Neraca Massa Pembuatan Karet Siklo Menggunakan Lateks DPNR 51 Lateks Pekat Depolimerisasi H 2 SO 4 sbnyk 70 Pengadukan sampai homogen Pemanasan t:2-2,5 jam, T:100 C Pencucian Penetralan hingga pH 7 Amoniak 20 Karet Siklo Air Air Air Serum Serum Lateks Pekat 1000 mL H 2 SO 4 933.33 g disp. siklo 1558.52 mL Air 31170,33 mL Amoniak 651.39 mL Air 7792.58 mL Serum 22910.20 mL Serum 8400.81 mL Air 9274.30 mL Siklo Kering 587.52 g Siklo Hilang Siklo Hilang 12.48 g Emulgen 12 g Emulgen 301 bsk Pengeringan T 70 C disp. siklo 9861.82 mL Gambar 22. Neraca Massa Pembuatan Karet Siklo Menggunakan Lateks Depolimerisasi 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Karet siklo merupakan resin produk hasil siklisasi karet alam dimana terjadinya perubahan struktur molekulnya dari struktur lurus menjadi struktur cincin. Karet siklo ini dihasilkan dari modifikasi karet alam yang dipanaskan bersama katalis yang bersifat asam. Karet siklo dapat dibuat dari lateks pekat, lateks deproteinasi DPNR dan lateks depolimerisasi. Karet siklo dengan bahan baku dari berbagai jenis lateks mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, dari sifat fisika dan kimia dan biaya. Adanya modifikasi seperti penurunan kadar protein dan bobot molekul dalam lateks sebagai bahan baku pembuatan karet siklo dapat memperbaiki sifat karet siklo yang dihasilkan. Rendemen tertinggi dihasilkan oleh karet siklo dari lateks depolimerisasi. Tingkat uji kelarutan karet siklo tertinggi juga ditunjukkan oleh karet siklo dari lateks depolimerisasi. Hasil FTIR menunjukkan bahwa reaksi siklisasi terjadi pada lateks pekat, lateks deproteinasi dan lateks depolimerisasi. Pada metode ASTM IA vulkanisat karet siklo yang dihasilkan dari bahan baku lateks pekat mempunyai nilai kekerasan, ketahanan sobek dan ketahanan kikis yang paling baik dibandingkan dengan karet siklo yang lainnya. Karet siklo dengan bahan baku lateks DPNR mempunyai nilai bobot jenis yang paling baik dibandingkan dengan karet siklo dengan bahan baku lateks pekat dan lateks depolimerisasi, sedangkan lateks depolimerisasi mempunyai sifat tegangan putus, perpanjangan putus, modulus 300 persen dan perpanjangan tetap 50 persen paling baik dibandingkan dengan yang lainnya. Nilai ketahanan retak lentur untuk semua vulkanisat menunjukkan nilai yang sama. Pada metode ASTM IIA vulkanisat karet siklo yang dihasilkan dari bahan baku lateks pekat mempunyai nilai bobot jenis dan perpanjangan tetao 50 persen yang paling baik dibandingkan dengan karet siklo yang lainnya. Karet siklo dengan bahan baku lateks DPNR mempunyai nilai ketahanan kikis dan ketahanan retak lentur yang paling baik dibandingkan dengan karet siklo