Karet Alam TINJAUAN PUSTAKA

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karet Alam

Tanaman karet adalah tanaman tropis, berkembang dengan baik pada zona antara 15˚LS dan 15˚LU dengan curah hujan tidak kurang dari 2000 mm per tahun. Tanaman ini tumbuh secara optimal pada ketinggian 200 m di atas permukaan laut, suhu pertumbuhan antara 25-35˚C dengan suhu optimal 28˚C Setyamidjaja, 1993. Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting bagi Indonesia. Pada tahun 1956, Indonesia berhasil menjadi penghasil karet alam terbesar di dunia. Tetapi karena kurangnya penggelolaan yang memadai produksi karet Indonesia mengalami penurunan. Karet alam sebagai senyawa hidrokarbon, tersusun dari makromolekul poliisoprena C 5 H 8 yang bergabung secara head to tail. Rantai poliisoprena tersebut membentuk konfigurasi dengan susunan ruang yang teratur dengan rumus kimia cis 1,4 poliisoprena. Gambar Struktur ruang 1,4 cis poliisoprena dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur ruang 1,4 cis poliisoprena Honggokusumo, 1978 Penggunaan karet alam sebagai bahan baku barang jadi karet sangat disukai karena keunggulan sifat-sifatnya. Keunggulan karet alam antara lain memiliki kepegasan pantul yang baik, tegangan putus yang tinggi, daya lengket yang istimewa, fleksibilitas pada suhu rendah yang cukup baik, ketahanan sobek yang baik, ketahanan kikis yang cukup baik serta kalor timbul yang rendah. Namun demikian, karet alam juga memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak tahan terhadap minyak dan pelarut hidrokarbon, tidak tahan terhadap panas, ozon, oksidasi dan sinar matahari Arizal, 1990. CH 3 CH 2 C CH CH 2 CH 3 CH 2 C CH CH 2 n 5 Jenis karet alam sebagai bahan olahan setengah jadi yang siap untuk diproses lebih lanjut untuk membuat barang jadi adalah sebagai berikut : ƒ Karet konvensional Rubber smoke sheet, white crepes, dan estate brown crepe ƒ Lateks pekat ƒ Karet bongkah atau block rubber ƒ Karet spesifikasi teknis Kelemahan karet alam dibandingkan dengan karet sintetis yaitu ketidakkonsistenan sifat-sifat yang dimiliki pada klon-klon yang berbeda atau pada klon yang sama tetapi berbeda kondisi sekelilingnya misalnya tanah, musim, cuaca, pemupukan dan lain-lain Solichin, 2000. Klon adalah tanaman yang diperoleh dari hasil perbanyakan vegetatif atau aseksual melalui teknik okulasi sehingga memiliki sifat yang lebih baik daripada tanaman hasil perbanyakan generatif. Tanaman klon dari bibit yang terseleksi lebih seragam, umur produksinya lebih cepat dan jumlah lateks yang dihasilkan lebih banyak. Akan tetapi klon juga memiliki kekurangan yaitu daya tahan masing-masing klon terhadap penyakit tidak sama. Selain itu, pertumbuhan klon sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya Anonim, 1999. Upaya modifikasi diperlukan untuk mengatasi kelemahan karet alam, yaitu melalui pencampuran dengan karet sintetis atau plastik yang disebut modifikasi secara fisika. Upaya modifikasi lainnya dilakukan secara kimia, yaitu dengan cara mengurangi atau menghilangkan ikatan rangkapnya melalui upaya memodifikasi struktur kimia molekulnya Alfa, 2000. Modifikasi atau perubahan struktur kimia karet alam dapat berlangsung dengan masuk atau terikatnya senyawa atau gugus lain ke dalam rantai molekul karet, tetapi juga dapat berlangsung tanpa masuk atau terikatnya senyawa lain. Secara umum tipe dan cakupan modifikasi karet alam secara kimia dapat dikelompokkan sebagai berikut Barnard, 1984 : a. Modifikasi tipe 1, mencakup modifikasi atau perubahan struktur molekul karet alam tanpa masuk atau terikatnya senyawagugus lain 6 b. Modifikasi tipe 2, meliputi peristiwa atau reaksi adisi dan substitusi senyawa atau gugus suatu fungsi lain pada rantai molekul karet c. Modifikasi tipe 3, merupakan peristiwa atau reaksi pencangkokan grafting polimer lain pada rantai molekul karet alam. Modifikasi-modifikasi tersebut menghasilkan berbagai jenis turunan bahan olah karet. Gambar 2 . Pohon Industri Tanaman Karet SI-PUK

B. Lateks Kebun