35 formula yang tidak menggunakan bahan pengisi dan ASTM IIA formula yang
menggunakan bahan pengisi kemudian di vulkanisasi sesuai dengan waktu vulkanisasi optimumnya sehingga menghasilkan vulkanisat yang nantinya
akan diuji untuk mengetahui sifat fisika vulkanisat karet siklo. ASTM IA digunakan untuk mengetahui sifat karet yang terdapat dalam vulkanisat
sedangkan ASTM IIA untuk mengetahui sifat vulkanisat karet siklo bila diaplikasikan sebagai barang jadi karet.
B. KARAKTERISTIK VULKANISAT KARET SIKLO
Vulkanisat karet siklo tersebut diuji sifat fisikanya, yang meliputi kekerasan, tegangan putus, modulus 300 persen, perpanjangan putus,
ketahanan sobek, bobot jenis, ketahanan kikis, perpanjangan tetap 50 persen dan ketahanan retak lentur. Vulkanisat yang dihasilkan dibandingkan dengan
kontrol yaitu vulkanisat karet alam. Hasil pengujian sifat fisika vulkanisat karet siklo dapat dilihat pada Lampiran 6. Sifat fisika vulkanisat karet siklo
dijelaskan sebagai berikut :
1. Kekerasan
Nilai kekerasan karet siklo pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kekerasan kontrol. Nilai kekerasan karet
siklo yang dididapat berkisar antara 52,5-55 untuk metode ASTM IA dengan nilai kekerasan kontrol 37. Nilai kekerasan karet siklo yang
menggunakan metode ASTM IIA berkisar antara 79-87,5 dengan nilai kekerasan kontrol sebesar 55. Hasil uji kekerasan vulkanisat karet siklo
disajikan pada Gambar 11. Lebih tingginya nilai kekerasan pada vulkanisat yang
menggunakan karet siklo menunjukkan bahwa karet siklo mempengaruhi nilai kekerasan produk yang dihasilkan baik yang
menggunakan bahan pengisi maupun tidak menggunakan bahan pengisi yaitu carbon black. Penggunaan karet siklo dalam pembuatan
vulkanisat akan meningkatkan kekakuan dan kekerasan vulkanisat tersebut.
36 Hasil pengujian menunjukkan bahwa karet siklo dari lateks
depolimerisasi mempunyai nilai kekerasan paling tinggi dibandingkan dengan karet siklo lainnya. Hal ini disebabkan karena sifat lateks
depolimerisasi yang lebih baik daripada lateks lainnya yaitu bobot molekul dan jumlah protein rendah.
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Ke k
e r
a sa
n Sho
r e
A
Kontrol Pekat
DPNR Depolimerisasi
Jenis Siklo
ASTM IA ASTM IIA
Gambar 11. Histogram Kekerasan Karet Siklo Kekerasan dipengaruhi pada jumlah bahan pengisi dalam
penyusunan kompon karet. Wasiyanto 2003 menjelaskan pembuatan vulkanisat yang menggunakan bahan pengisi akan lebih meningkatkan
kekerasan dan kekakuan vulkanisat. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh bahwa vulkanisat yang menggunakan bahan pengisi ASTM
IIA mempunyai nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan bahan pengisi.
Hasil keragamanan menunjukkan nilai bahwa faktor variasi bahan baku dan kelompok memberikan pengaruh tidak nyata pada
metode ASTM IA dan memberikan pengaruh nyata pada metode ASTM IIA terhadap nilai kekerasan pada taraf 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa sifat kekerasan karet alam pada vulkanisat tidak dipengaruhi oleh jenis bahan bakunya sedangkan jika diaplikasikan
pada barang jadi karet, kekerasan barang jadi karet dipengaruhi oleh jenis bahan bakunya. Berdasar uji lanjut Duncan, metode ASTM IIA,
37 vulkanisat karet siklo dari lateks pekat memberikan hasil yang berbeda
nyata dengan vulkanisat karet siklo dari lateks deproteinasi dan depolimerisasi. Vulkanisat karet siklo dari lateks deproteinasi dan
depolimerisasi juga memberikan hasil yang berbeda nyata.
2. Tegangan Putus