Bobot Jenis ISO 2781 Ketahanan Sobek ISO 816

66 Metode yang digunakan adalah metode Delft. Bentuk contoh uji untuk ketahanan sobek diperlihatkan pada Gambar 22. Gambar 25. Contoh uji ketahanan sobek Tebal contoh uji diukur dengan menggunakan pengukur tebal dengan beban tekan 22 + 5 kPa. Bagian yang diukur adalah tiga titik pada daerah yang tersobek dan diambil nilai tengahnya. Untuk mengukur bagian yang tidak tersobek, dari contoh uji dipotong kira-kira 2 mm sejajar dengan arah potongan. Pada bagian yang tersobek diberi warna yang berbeda, kemudian disobek dengan pisau. Lebar bagian yang tidak tersobek diukur dengan menggunakan mikroskop geser. Permukaan contoh uji yang akan diukur lebar bagian yang tidak tersobek diperlihatkan pada Gambar 23. Gambar 26. Contoh uji yang akan diukur lebar bagian yang tidak tersobek Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah tensiometer dengan kecepatan tarik 500 + 50 mmmenit. Pengujian dimulai dengan menjepit contoh uji di antara dua penjepit, kemudian ditarik sampai putus. Tenaga yang dibutuhkan dan tertera pada alat dicatat. Nilai ketahanan sobek dihitung berdasarkan rumus : 8 F b 3 d 9 + 0,1 mm 60 mm 5 + 0,1 mm Fo = b 1 B 2 atas bawah 67 dimana, Fo = nilai ketahanan sobek, Nmm 2 F = tenaga untuk menyobek, N d = tebal contoh uji, mm 8 = faktor luas permukaan yang seharusnya, mm 2 dari tebal 2 mm dan lebar 4 mm b 3 = lebar contoh uji yang tidak tersobek b 3 = b 1 + b 2 Hasil uji ketahanan sobek adalah nilai tengah dari tiga contoh uji atau rata- rata dari dua nilai tengah apabila contoh uji enam buah. Pada penelitian ini terdapat enam contoh uji yang diukur ketahanan sobeknya.

5. Ketahanan Kikis ISO 4649

Ketahanan kikis merupakan kemampuan ketahanan karet terhadap gesekan dengan benda lain. Pengujian ketahanan kikis karet dilakukan dengan menggesekkan karet pada suatu bahan pengikis atau sebaliknya. Nilai ketahanan kikis adalah volume karet yang dapat dikikis oleh pengikis. Contoh uji yang akan diuji harus berbentuk silinder dan mempunyai diameter 16 + 0 - 0,2 mm serta tebal 6 mm. Pada pengujian ini diperlukan tiga contoh uji. Contoh uji sebanyak tiga buah ditimbang, kemudian setiap contoh uji dan juga karet standar diuji ketahanan kikisnya dengan tahap – tahap sebagai berikut : a. Contoh uji karet standar S1 diuji, kemudian ditimbang b. Contoh uji No.1 A1 diuji, kemudian ditimbang c. Contoh uji No.2 B1 diuji, kemudian ditimbang d. Contoh uji No.3 C1 diuji, kemudian ditimbang Tahap ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan S2, A2, B2, C2, S3, A3, B3, C3 dan S4. Dari hasil pengujian dihitung rata-rata berat contoh uji yang terkikis. Berat rata-rata karet standar yang terkikis adalah : S1 + S2 + S3 + S4 4 S = 68 Berat rata-rata contoh uji yang terkikis adalah : A1 + A2 + A3 3 + B1 + B2 + B3 3 + C1 + C2 + C3 3 3 Nilai ketahanan kikis dihitung dengan rumus : Δm x So p x S Keterangan : ΔV = volume terkikis, mm 3 Δm = berat rata-rata contoh uji yang terkikis, mg So = faktor koreksi, 200 mg P = bobot jenis contoh, mg mm 3 S = berat rata-rata karet standar yang terkikis, mg

6. Perpanjangan Tetap 50 Persen ISO 2285

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pertambahan panjang suatu contoh uji setelah ditarik sampai perpanjangan tertentu, selama waktu tertentu. Contoh uji yang akan diuji harus mempunyai tebal 2 + 0,2 mm. Pada contoh uji diberi dua tanda yang jaraknya 5 cm dan diutamakan letaknya ditengah-tengah. Contoh uji dijepit di antara pasangan penjepit dan uli diputar. Waktu pengujian dilakukan selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah pengujian selesai, regangan dilepas dan contoh uji dibiarkan selama 1 jam pada suhu kamar, selanjutnya jarak antara dua tanda diukur kembali. Nilai regangan diambil dari rata-rata dua contoh uji atau nilai tengah dari tiga contoh uji. Perhitungan nilai perpanjangan tetap mengikuti rumus : Pl – Po Ps – Po dimana, Po = panjang awal dua tanda 5 cm Pl = panjang dua tanda setelah diregang Ps = panjang dua tanda pada saat diregang PS = x 100 m = ΔV =