Tegangan Putus KARAKTERISTIK VULKANISAT KARET SIKLO

37 vulkanisat karet siklo dari lateks pekat memberikan hasil yang berbeda nyata dengan vulkanisat karet siklo dari lateks deproteinasi dan depolimerisasi. Vulkanisat karet siklo dari lateks deproteinasi dan depolimerisasi juga memberikan hasil yang berbeda nyata.

2. Tegangan Putus

Tegangan putus merupakan tenaga yang dibutuhkan untuk menarik vulkanisat sampai putus. Nilai rata-rata tegangan putus tertinggi adalah pada karet siklo dengan bahan baku lateks Depolimerisasi baik untuk metode ASTM IA maupun ASTM IIA dengan besar masing-masing adalah 4,35 Nmm 2 dan 6,9 Nmm 2 . Walaupun nilai kekerasan karet siklo depolimerisasi lebih tinggi dibandingkan dengan karet siklo lainnya tetapi hasil pengujian juga menunjukkan nilai tegangan putusnya juga lebih tinggi dibandingkan dengan karet siklo lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sifat karet siklo depolimerisasi yang dihasilkan keras tetapi karena nilai bobot molekulnya rendah maka apabila ditarik, vulkanisat tidak mudah putus sehingga menyebabkan nilai tegangan putusnya tinggi. Hasil uji tegangan putus karet siklo disajikan pada Gambar 12. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 T e ga n g an P u tu s N mm2 Kontrol Pekat DPNR Depolimerisasi Jenis Siklo ASTM IA ASTM IIA Gambar 12. Histogram Tegangan Putus Karet Siklo Nilai tegangan putus yang rendah pada vulkanisat karet siklo pekat dan karet siklo DPNR dibandingkan dengan vulkanisat lainnya disebabkan oleh adanya struktur polisiklik karet siklo yang lebih Tegangan Putus Nmm 2 38 banyak pada vulkanisatnya. Selain itu juga disebabkan oleh kerapatan ikatan silang vulkanisat tersebut terlalu tinggi serta sifatnya yang cukup keras. Pada vulkanisat kontrol tegangan putusnya paling baik karena karet alam mempunyai sifat dasar tegangan putus yang sangat baik, jadi bila digunakan dalam pembuatan barang jadi karet akan dihasilkan tegangan putus yang baik pula. Hasil keragamanan menunjukkan nilai bahwa faktor variasi bahan baku dan kelompok memberikan pengaruh nyata pada metode ASTM IA dan memberikan pengaruh tidak nyata pada metode ASTM IIA terhadap nilai tegangan putus pada taraf 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sifat tegangan putus karet alam pada vulkanisat dipengaruhi oleh jenis bahan bakunya sedangkan jika diaplikasikan pada barang jadi karet, tegangan putus barang jadi karet tidak dipengaruhi oleh jenis bahan bakunya. Berdasar uji lanjut Duncan, metode ASTM IA, vulkanisat karet siklo dari lateks pekat memberikan hasil yang berbeda nyata dengan vulkanisat karet siklo dari lateks deproteinasi dan depolimerisasi. Vulkanisat karet siklo dari lateks deproteinasi dan depolimerisasi juga memberikan hasil yang berbeda nyata.

3. Modulus 300 Persen