Pengertian Suku Jawa Masyarakat Jawa

2.2 Suku Jawa

2.2.1 Pengertian Suku Jawa

Suku Jawa adalah penduduk asli bagian Tengah dan Timur pulau Jawa yang berbahasa Jawa Magnis Suseno, 2003: 11. Yang disebut orang Jawa adalah orang yang bahasa ibunya menggunakan bahasa Jawa yang sebenarnya itu. Bahasa Jawa dalam arti yang sebenarnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yana 2010: 153 menyebutkan bahwa orang Jawa adalah sebutan bagi orang yang tinggal di Jawadwipa atau di Pulau Jawa pada zaman dahulu kala. Pada umumnya mereka masih melestarikan budaya, adat istiadat warisan nenek moyangnya dan berbicara bahasa Jawa. Dari beberapa definisi diatas, dapat dikatakan bahwa suku Jawa adalah orang yang dilahirkan dari keluarga Jawa yang memiliki ikatan dengan kebudayaan Jawa yang mendiami sebagian besar wilayah pulau Jawa.

2.2.2 Masyarakat Jawa

Keberadaan hidup orang Jawa tak luput dari kehidupan sosial dan budaya orang Jawa yang memiliki corak dan ragam. Kehidupan sosial dan budaya orang Jawa sendiri dilatarbelakangi oleh sisa kebiasaan hidup pada zaman sebelumnya Yana, 2010: 11. Dalam kehidupannya, masyarakat Jawa masih membeda-bedakan golongan atau menanamkan sebuah stratifikasi sosial berdasarkan status sosial, kedudukan dan ekonominya. Masyarakat Jawa pada dasarnya terbagi menjadi dua golongan yaitu wong cilik rakyat kecil dan wong gedhe priyayi. Hubungan kedua kelompok ini selalu dibingkai oleh budi pekerti yang khas baik melalui bahasa maupun tindakan Endraswara, 2003: 5-6. Golongan wong cilik orang kecil terdiri dari sebagian besar massa petani dan mereka yang berpendapatan rendah di kota. Sedangkan kaum priyayi yaitu kaum pegawai dan orang-orang intelektual. Selain itu masih ada kelompok ketiga yang kecil tetapi tetap mempunyai prestige yang cukup tinggi, yaitu ndara atau kaum ningrat Magnis Suseno, 2003: 12. Di samping kelompok-kelompok berdasarkan lapisan sosial dan ekonomi, dalam masyarakat Jawa juga terdapat dua kelompok yang dibedakan atas dasar keagamaan. Keduanya secara nominal termasuk agama Islam, tetapi golongan pertama dalam kesadaran dan cara hidupnya lebih ditentukan oleh tradisi-tradisi Jawa pra islam, sedangkan golongan kedua memahami diri sebagai orang Islam dan berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam. Golongan yang pertama disebut sebagai kejawen, sedangkan yang kedua yaitu santri. Menurut Magnis Suseno 2003: 14-15 kaum santri berusaha mengatur hidup mereka menurut aturan-aturan agama Islam serta berusaha menjaga ortodoksi Islam walaupun praktek religious mereka dalam kenyataan masih tercampur dengan unsur-unsur kebudayaan Jawa lokal. Keagamaan orang Jawa Kejawen selanjutnya ditentukan oleh kepercayaan pada berbagai macam roh yang tak kelihatan, yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit apabila mereka dibuat marah atau kita kurang hati-hati. Orang bisa melindungi diri dengan memberi sesajen, dengan minta bantuan dukun, dan juga dengan berusaha untuk mengelakkan kejutan-kejutan dan tetap mempertahankan batinnya dalam keadaaan tenang dan rela. Masyarakat Jawa juga termasuk komunitas yang masih memperhatikan pembagian struktur. Pembagian tersebut secara diam-diam mereka lakukan sendiri. Akibat dari pembagian stratifikasi sosial tersebut munculah hubungan sosial Jawa yang sedikit “kaku”. Artinya, hubungan sosial perlu memperhatikan norma-norma tertentu yang dikenal dengan budi pekerti Jawa. Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa orang Jawa mempunyai sikap yang sangat kental dengan prinsip budaya dan adat istiadatnya, yang secara turun temurun diberikan oleh nenek moyangnya sehingga budi pekerti yang dimiliki juga menjadi unik dan beda dari daerah lainnya.

2.2.3. Karakteristik Suku Jawa