Teori-Teori Mengenai Penuaan Tugas Perkembangan Lanjut Usia

2.1.4.2 Perubahan kemampuan motorik Orang lanjut usia pada umumnya menyadari bahwa lebih lambat dan koordinasi gerak kurang baik dibandingkan pad amasa muda. Perubahan kemampuan motorik disebabkan oleh pengaruh fisik dan psikologis. 2.1.4.3 Perubahan kemampuan mental Kemampuan mental lanjut usia semakin berkurang karena adanya penurunan fungsi dan kemampuan dalam panca indera. Perubahan mental yang dialami lanjut usia adalah menurunnya kemampuan mengingat, mempelajari hal- hal baru, menurunnya kecepatan dalam mencapai kesimpulan, berkurangnya kapasitas berpikir kreatif, cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang baru, kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu meningkat, kehilangan rasa dan keinginan terhadap hal-hal yang lucu dan menurunnya perbendaharaan kata yang ddigunakan Hurlock 1980: 394 2.1.4.4 Perubahan minat Hubungan antara jumlah keinginan dan minat pada seluruh tingkat usia ternyata erat dengan keberhasilan penyesuaian.

2.1.5 Teori-Teori Mengenai Penuaan

Menurut Santrock 2002: 239, berdasarkan teori sosial ada tiga teori yang mengupas tentang penuaan: 2.1.5.1 Teori Pemisahan Disengagement Theory Teori pemisahan menyatakan bahwa orang-orang lanjut usia secara perlahan-perlahan menarik diri dari masyarakat. 2.1.5.2 Teori Aktivitas Activity Theory Menurut teori aktivitas, semakin orang-orang lanjut usia aktif dan terlibat semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. 2.1.5.3 Teori Rekonstruksi Gangguan Sosial Social Breakdown-Reconstruction Theory Penuaan menurut teori rekonstruksi gangguan sosial dikembangkan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang lanjut usia dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka.

2.1.6 Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Erik Erikson dalam Alwisol 2010: 103-104 memandang bahwa usia lanjut usia bisa menjadi orang yang senang bermain, menyenangkan tetapi juga bisa menjadi tempat orang pikun, depresi, dan putus asa. Erikson percaya bahwa masa lanjut usia dicirikan oleh tahap akhir dari delapan tahapan siklus kehidupan, integritas versus keputusasaan integrity versus despair. Pandangan Erikson, tahun-tahun akhir kehidupan merupakan suatu masa untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan. Beberapa jalan yang berbeda, lanjut usia telah mengambangkan suatu harapan yang positif di setiap periode sebelumnya. Pandangan tentang masa lalu retrospective glances dan kenangan akan menampakkan suatu gambaran dari kehidupan yang telah dilewatkan dengan baik dan seorang lanjut usia akan merasa puas integritas. Lanjut usia mengalami keputusasaan maka masa lalu hanya akan dinilai negatif dan tampak dari perilaku keragu-raguan dan kemurungan. Putus asa berarti tanpa harapan. Tugas perkembangan yang lain adalah terkait dengan ritualisme yaitu integral versus sapentisme. Integral maksudnya adalah bijaksana dan telah mampu memaknai kehidupan sedangkan lanjut usia yang belum bisa menunjukkan sikap bijaksana dan senang memberi petuah-petuah yang bersifat dogmatis dikatakan berinteraksi dengan ritualism sapentism. 2.1.7 Masalah yang Dihadapi Lanjut Usia Suardiman 2011: 9 menyebutkan bahwa masalah yang pada umunya dihadapi oleh usia lanjut dapat dikelompokkan ke dalam empat bagian yaitu masalah ekonomi, masalah sosial budaya, masalah kesehatan, dan masalah psikologis. 2.1.7.1 Masalah Ekonomi Usia lanjut ditandai dengan menurunnya produktifitas kerja, memasuki masa pensiun, atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, rekreasi, dan kebutuhan sosial. Padahal di sisi lain usia lanju dihadapkan kepada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi dan seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang menderita penyakit ketuaan, serta kebutuhan sosial dan rekreasi. 2.1.7.2 Masalah Sosial Budaya Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun. Di samping itu perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik berpengaruh bagi para lanjut usia yang kurang mendapat perhatian, sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar. Kurangnya kontak sosial ini menimbulkan perasaan kesepian, dan murung. 2.1.7.3 Masalah Kesehatan Masalah kesehatan umumnya merupakan masalah yang paling dirasakan oleh usia lanjut. Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan. 2.1.7.4 Masalah Psikologis Masalah psikologis yang dihadapi lanjut usia pada umumnya meliputi kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan, post power syndrome, dan sebagainya. Kehilanagan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial biasanya berkaitan dengan hilangnya jabatan atau kedudukan dapat menimbulkan konflik atau keguncangan. Berbagai persoalan tersebut bersumber dari menurunnya fungsi- fungsi fisik dan psikis akibat dari proses penuaan.

2.2 Suku Jawa