Keterbatasan Penelitian Koding Proses Penelitian

4.3.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian mengenai dukungan sosial dan subjective well-being pada lanjut usia bersuku Jawa ini tentunya masih mengalami keterbatasan diantaranya yaitu: 1 Pertanyaan yang bersifat terbuka membuat subjek penelitian mudah mengeksplore jawaban. Akan tetapi, pertanyaan dalam angket penelitian yang berjumlah 31 pertanyaan berakibat munculnya jawaban-jawaban responden yang tidak relevan dengan pertanyaan dan terdapat jawaban kosong. 2 Tidak diketahuinya populasi asli lansia bersuku Jawa di Provinsi Jawa Tengah, membuat peneliti menggunakan teknik pengambilan sampling insidental sampling. Sehingga penyebaran proporsi responden penelitian tidak sama antara satu kota kabupaten dengan kota kabupaten yang lain. 3 Proporsi keterwakilan lanjut usia dalam setiap daerah tidak seimbang. Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil dan analisis. 4 Metode penelitian indegenous yang masih terbilang baru di Indonesia menyebabkan referensi-referensi mengenai penelitian ini juga terbatas dan masih kurang. Hal tersebut yang membuat peneliti menggunakan sedikit referensi dalam penyusunan skripsi.

4.3.3 Koding

Koding dilakukan selama beberapa kali tergantung dari keragaman jawaban subjek penelitian. Koding dilakukan mulai dari yang sifatnya spesifik menjadi yang lebih umum. Fase ini dilakukan pada semua pertanyaan atau variabel yang ada dalam angket satu persatu. Berikut merupakan langkah-langkah saat proses koding, yaitu: a. Prelimenary coding 1. Mengambil jawaban yang sudah di potong kemudian baca isinya. 2. Tempel potongan tersebut di kertas besar kertas plano yang telah tertempel pada dinding yang tersedia. 3. Ambil jawaban lainnya, baca isinya tanpa diinterpretasikan. Buatlah keputusan atas dasar pengetahuanintuisi atau berdiskusi pada rekan sejawat teknik keabsahan data mengenai jawaban subjek penelitian. Tampak samadirasa sama dengan jawaban sebelumnya, jika sama tempelkan jawaban di bawah jawaban yang sama tersebut, namun jika berbeda kategori lain tempel pada bagian lain dari kertas plano. b. Aksial Koding 1. Lanjutkan dengan potongan-potongan kertas berikutnya. 2. Setelah beberapa jawaban diproses, analis akan merasa ada jawaban yang tidak cocok untuk di tempel kategori sebelumnya ataupun tidak cocok untuk menyusun kategori baru. Tempatkan jawaban tersebut pada kategori “lain- lain”. Jawaban-jawaban tersebut jangan sampai dibuang karena masih digunakan untuk keperluan menelaah kembali. 3. Jawaban yang sudah terkumpul dalam kategori, kemudian beri “judul” atau “nama” yang dapat mewakili esensi jawaban. Hal itu untuk memudahkan pengelompokkan berikutnya. Lakukan penelaahan setiap jawaban pada kategori yang sudah diberi “judul” atau “nama” tersebut. 4. Lanjutkan kategorisasi pada seluruh jawaban subjek penelitian sampai selesai. 5. Menelaah kembali jawaban yang berada pada kategori “lain-lain”. Jawaban yang sekiranya dapat dimasukkan ke dalam kategori yang sudah ada ditambahkan ke dalam kategori yang sudah ada, sedangkan beberapa jawaban yang sama sekali tidak relevan dengan semua kategori yang ada, serta jawaban kosong tidak menjawab dimasukkan kategori “uncategorized”. 6. Melakukan penelaahan ulang pada setiap jawaban di tumpukan kategori. Kategori seperti hilang, tidak lengkap atau kategori lainnya yang tidak memuaskan menuntut peneliti mengadakan tindak lanjut pengumpulan data. 7. Analis harus menelaah sekali lagi seluruh kategori agar jangan sampai ada yang terlupakan. Sebelum penafsiran, penulis wajib mengadakan pemeriksaan terhadap keabsahan data. c. Cross-tabulation adalah proses tabulasi silang antara satu jawaban dengan jawaban yang lain. Proses ini dilakukan untuk menggabungkan jawaban- jawaban yang dianggap sama dari kelompok atau kategori yang ada.

4.4 Temuan Penelitian