Tugas Yang Diberikan Secara Tiba – Tiba. Kurangnya Kerja Sama Dari Dinas – Dinas Terkait.

105 yang diadakan satu bulan sekali di Kecamatan Sei Rampah, membuat masakan atau makanan dengan mencoba resep – resep baru, hingga kegiatan produksi kreatif. Biasanya pendamping akan bertanya terlebih dahulu kegiatan apa yang ingin dilakukan oleh para peserta untuk pertemuan kelompok berikutnya. Peserta yang memutuskan kegiatan apa yang ingin dilakukan. Kemudian akan di fasilitasi nantinya oleh pendamping. Kegiatan – kegiatan tersebut dilakukan apabila pendamping tidak memiliki tugas dari pusat seperti pemutakhiran data atau pencairan dana.

4.5.2. Kendala Pendamping PKH Dalam Melakukan Pendampingan

Dalam melakukan pekerjaannya sebagai pendamping sosial, para pendamping cukup banyak mengalami kendala. Kendala – kendala tersebut diantaranya yaitu:

1. Tugas Yang Diberikan Secara Tiba – Tiba.

Tak jarang tugas yang diberikan kepada pendamping yang datang dari pusat datang tak kenal waktu dan secara tiba – tiba. Maksud dari tiba – tiba disini adalah dari pusat memberikan tugas untuk pendataan ulang masyarakat untuk memperoleh bantuan lain misalnya seperti KIS Kartu Indonesia Sehat, KIP Kartu Indonesia Pintar dan sebagainya dan data hanya diberikan tempo 1 hari saja seperti tugas yang diberikan pusat kepada pendamping PKH saat peneliti ikut melakukan pendampingan. Tentu saja hal ini membuatpendamping sangat kewalahan mengingat jumlah KSM yang didampingi cukup banyak dan luasnya cakupan wilayah dampingan. Namun pendamping harus tetap siap apapun tugas Universitas Sumatera Utara 106 yang diberikan, baik itu tugas yang datang secara tiba – tiba, tugas yang datang di malam hari dan yang lainnya seperti yang di ungkapkan Bu Asmawati berikut: “…Kami sebagai pendamping, kami siap – siap dengan segala tugas apapun yang datangnya tiba – tiba, yang datangya di hari minggu, yang datangnya di malam hari gitu kan, interupsi, di malam hari ada perintah kami siap sebagai pendamping PKH…Jadwal – jadwal yang namanya kita kerja, mungkin jadwal – jadwal yang ini belum selesai, gitu kadang – kadang ada lagi yang harus di kerjakan, itu yang membuat kadang – kadang kita memang agak kewalahan soal memenej waktu nya itu kan karena kan dia, kita tidak bisa salahkan misalnya yang disini karena kan memang itu sebuah permintaan yang sudah ketentuan aturan yang harus dikerjakan gitu kan. Jadi kita sekarang kejar – kejaran dengan tugas itu gitu kan, tanggung jawab disini kelompok juga harus setiap bulannya, sementara nanti pekerjaan yang lain kita harus kerjakan juga. Jadi nya kami pendamping PKH ini adalah orang – orang yang memang harus siap di lapangan…”

2. Kurangnya Kerja Sama Dari Dinas – Dinas Terkait.

Adanya kerja sama dari dinas – dinas atau aparat kecamatan maupun aparat desa tentu akan mempermudah pendamping dalam menjalankan tugas terutama dalam menghadapi masyarakat. Karena pihak – pihak tersebut dibutuhkan dalam memberi pemahaman kepada masyarakat baik dibidang pendidikan, kesehatan, maupun bantuan terkait. Namun sepertinya pendamping harus bekerja sendiri untuk semua itu seperti penuturan Ibu Asmawati berikut: “…Kami pun sebagai pendamping harus di perhatikan. Kemudian ketika kendala – kendala kami dilapangan itu berhadapan dengan pemerintahan – pemerintahan pejabat – pejabat di tingkat desa maupun di Kecamatan, maupun di Kabupaten itu kami perlu apa namanya peran serta lah bagi pejabat – pejabat yang memang berada di program PKH ini…” Namun, seperti penuturan Ibu Asmawati dinas – dinas terkait seperti dinas pendidikan maupun kesehatan maupun aparat pemerintahan kecamatan dan desa Universitas Sumatera Utara 107 kurang membantu dalam mensosialisasikan program ini sehingga apabila timbul masalah pihak – pihak terkait seperti tidak perduli atau istilah “lepas tangan” sehingga masyarakat hanya menyalahkan pendamping PKH saja.

3. Karakter Masyarakat Terkendala Bahasa.