107
kurang membantu dalam mensosialisasikan program ini sehingga apabila timbul masalah pihak – pihak terkait seperti tidak perduli atau istilah “lepas tangan”
sehingga masyarakat hanya menyalahkan pendamping PKH saja.
3. Karakter Masyarakat Terkendala Bahasa.
Untuk memahami bagaimana karakter suatu masyarakat dibutuhkan pertemuan dan komunikasi yang intens. Hal inilah yang membuat pendamping
harus sering menjalin komunikasi dengan KSM jika tidak dapa sering bertemu mengingat jadwal pertemuan hanya sebulan sekali dengan masyarakat. Karakter
masyarakat yang tinggal di pelosok daerah akan lebih sulit lagi untuk dipahami. Pemahaman masyarakat yang kurang atau taradisional sehingga menyulitkan
masyarakat untuk memahami apa yang di maksud oleh pendamping. Hal ini terjadi pada peserta PKH di Kecamatan Sei Bamban tepatnya di Desa Gempolan.
Masyarakat peserta PKH di Desa ini sangat sulit untuk memahami maksud pendamping di setiap pertemuan kelompok. Sifat sabar wajib di miliki oleh
pendamping bila menemukan kendala seperti ini. Karena pendamping harus berulang kali mengulang perkataannya hingga masyarakat mengerti. Masyarakat
yang tinggal dipelosok daerah juga terkadang sulit berbicara bahasa Indonesia. Karena mereka lebih sering menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi.
Biasanya pendamping yang mengalami kendala bahasa akan membawa salah satu tokoh masyarakat atau penduduk yang memahami bahasa Indonesia serta bahasa
daerah untuk menyampaikan maksud dan tujuannya di setiap pertemuan kelompok.
Universitas Sumatera Utara
108
4. Sikap Kontra Dari Masyarakat Yang Tidak Menerima Bantuan Program PKH.
Sikap kontra masyarakat yang tidak menerima bantuan juga menjadi kendala terbesar pendamping. Tak jarang masyarakat menyerang pendamping di jalan saat
selesai melakukan pertemuan kelompok. Hal ini tentu sangat membahayakan keselamatan pendamping terlebih lagi bagi pendamping perempuan. Ibu Irfa yang
mendampingi di Kecamatan Sei Bamban pernah mengalami hal yang demikian. Ia di hadang sekelompok orang dan menghalangi jalannya saat selesai melakukan
pertemuan kelompok. Mereka menanyakan mengapa mereka tidak mendapatkan bantuan tersebut sementara masyarakat lainnya mendapatkan bantuan. Ibu Irfa
berusaha tetap tenang dalam menghadapi masyarakat yang demikian. Dia mencoba menjelaskan bahwa yang menentukan siapa saja yang mendapat bantuan
bukanlah wewenang pendamping PKH. Pendamping PKH hanya menjalankan tugas pendampingan yang diberikan oleh Pemerintah. Pendamping PKH hanya
bisa mengusulkan, namun keputusan siapa saja yang berhak mendapatkan bantuan tetaplah ditangan pusat. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh koordinator
PKH Bapak Sulaiman: “…Dampak negatif dari PKH ini salah satunya adalah
konflik. Untuk yang dapat bantuan ya pro, tapi yang tidak dapat ya kontra. Pernah masyarakat demo ke rumah kepala
lorong dusun. Mereka anarkis melempari batu ke rumah kepala lorong. Akhirnya kepala lorong mengundurkan diri.
Kadang masyarakat juga menghadang pendamping di jalan. Mereka menuntut untuk dapat bantuan juga. Untuk masalah ini
pendamping harus pandai – pandai lah bernegosiasi. Tapi pendamping tidak boleh menjanjikan bahwa mereka akan
dapat bantuan. Karena itu di luar kuasa pendamping…”Hasil wawancara 20 Mei 2016
Universitas Sumatera Utara
109
5. Sulitnya Waktu Untuk Bertemu Para Pendamping Terhadap KSM.