99
4.5. Interaksi Antara Pendamping PKH Dengan Keluarga Sangat Miskin KSM Peserta PKH Dalam Melakukan Pemberdayaan
4.5.1. Strategi Yang Dibangun Dalam Melakukan Pendekatan
Sebagai pekerja sosial, pendamping PKH memang ditugaskan untuk berhadapan langsung dengan masyarakat dalam rasio yang cukup besar. Satu
pendamping PKH harus menangani peserta PKH dengan rasio 200 – 500 orang. Tentunya dibutuhkan suatu kedekatan emosional antara pendamping dengan
masyarakat khususnya peserta PKH yang menjadi dampingannya. Cerdas dalam berkomunikasi dengan masyarakat serta mampu menentukan strategi yang tepat
dalam melakukan pendekatan sangat membantu kelangsungan tugas yang dijalani. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pendamping PKH terutama untuk
pendamping yang tidak memiliki basic sebagai pekerja sosial. tantangan lainnya adalah bagaimana para pendamping dapat memahami pola pikir masyarakat
tradisional yang tinggal jauh di pelosok – pelosok daerah. Tak jarang pendamping saat melakukan pendampingan ada yang membawa tokoh masyarakat diluar
peserta PKH untuk ikut dalam melakukan tugasnya sebagai penghubung antara pendamping dengan peserta PKH juga sebagai penerjemah bahasa apabila
pendamping mendapatkan dampingan peserta PKH yang kurang memahami bahasa Indonesia.
Dalam melakukan pendekatan kepada peserta PKH, para pendamping memiliki beberapa strategi atau cara, yaitu:
1. Pertemuan Kelompok Secara Rutin.
Pendamping rutin melakukan pertemuan kelompok dengan setiap peserta PKH. Setiap kelompok mendapatkan waktu satu bulan sekali untuk pertemuan.
Universitas Sumatera Utara
100
Dalam setiap pertemuan inilah para pendamping berusaha
untuk menjadi bagian dari masyarakat untuk lebih
mendekatkan diri mereka. Setiap akan dilaksanakan
pertemuan kelompok, pendamping PKH akan
menghubungi setiap ketua kelompok beberapa jam sebelum berlangsungnya pertemuan kelompok. Seperti Ibu Asmawati yang mendampingi di Kecamatan
Pantai Cermin misalnya. Awal mulanya menjadi pendamping PKH, Bu Asmawati ragu apakah dia bisa mendekatkan diri dengan masyarakat atau tidak. Seperti
pengakuan Ibu Asmawati pada wawancara tanggal 18 mei 2016 berikut: “…Pertemuan rutin setiap bulan itulah membangun
hubungan emosional dengan anggota kelompok. Akhirnya saya kenal dengan semua anggota kelompok. Kalau dulu saya
gak bisa bayangkan apakah saya bisa, ah gak saya kenal nama mereka. Tapi Alhamdulillah sekarang 234 anggota kelompok
saya bisa kenal semua namanya dan bisa tau semua orang nya gitu…”
Berbeda dengan Bu Asmawati, Ibu Nurjannah yang mendampingi di Kecamatan Tanjung beringin, sebagai pendamping baru beliau memiliki strategi
tersendiri dalam mendekatkan diri dengan peserta PKH dampingannya, hingga saat ini beliau sudah cukup dekat dengan mereka. Seperti pengakuan Ibu
Nurjannah pada wawancara tanggal 19 mei 2016 berikut:
Foto 17. Pertemuan Rutin Pendamping dengan KSM di Kecamatan Perbaungan.
Universitas Sumatera Utara
101
“…Awalnya ya kakak minta dampingan dulu dengan pendamping sebelumnya yang ada di Kecamatan Tanjung
Beringin. Lalu minta nomor handphone ke mereka nomor handphone ketua, perkenalan dengan ketua, baru melakukan
pertemuan kelompok. Setelah melakukan pertemuan kelompok, baru ya responnya ya Alhamdulillah baik..”
Diluar pertemuan rutin tersebut, pendamping juga
kerap melakukan kunjungan – kunjungan ke rumah KSM
seperti misalnya ada KSM yang mendapat musibah atau
ada acara syukuran atau hanya sekedar silaturahmi.
Seperti saat pencairan dana baru – baru ini, ada salah satu keluarga KSM yang meninggal dunia di Kecamatan Perbaungan, tidak hanya pendamping yang
mendampingi di Kecamatan Perbaungan saja yang hadir ke rumah KSM yang sedang tertimpa musibah, namun seluruh pendamping yang telah menyelesaikan
tugas dalam pencairan dana pada saat itu juga staf operator PKH juga ikut hadir ke rumah duka. Pendamping juga bersikap sebaliknya, selalu membuka pintu
rumah mereka apabila KSM ingin bersilaturahmi.
2. Bersikap Terbuka, Ramah Dan Mau Menyatu dengan Masyarakat