109
5. Sulitnya Waktu Untuk Bertemu Para Pendamping Terhadap KSM.
Masyarakat yang tingkat ekonominya dibawah tentu akan lebih memanfaatkan waktunya agar lebih bermanfaat untuk kebutuhan ekonomi nya.
Sama seperti KSM peserta PKH yang lebih memilih waktu mereka untuk dipakai bekerja dari pada untuk hadir dalam pertemuan kelompok. Karena waktu yang
harusnya digunakan masyarakat untuk bekerja sayang jika harus digunakan untuk pertemuan kelompok. Padahal sudah ada jadwal pertemuan yang telah di
tentukan. Pendamping jadi harus menentukan jadwal ulang bagi kelompok yang terkendala waktu seperti penuturan Ibu Irfa:
“…Kadang mereka itu bentrok sama waktu. Mereka itu kadang kalo yang istilahnya bercocok tanam kalau kita
mengadakan pertemuan kelompok, waktunya mereka musim tanam, itu mereka pada susah gitu mencocokkan waktunya
dengan mereka. Waktu bercocok tanam itu mereka kan musim panen atau musim cocok tanam, jadi satu harian full dari pagi
sampek siang kadang sampek seminggu, dua minggu, waktu itulah yang susah kakak inikan sama mereka kapan waktunya
untuk bertemu pertemuan kelompok itulah walaupun udah ada jadwal tapi mereka minta tolong, buk gak bisa. Karena kan
mereka mau bekerja, mau mendapatkan uang dari situ juga karena kan mereka rata – rata buruh tani, kalau gak bekerja ya
gak dapat uang gitukan, nah dari situlah waktu itulah...”
Namun, Program Keluarga Harapan ini adalah program bantuan bersyarat. Sehingga mau tidak mau KSM harus hadir dalam setiap pertemuan kelompok
karena jika tidak maka mereka akan mendapatkan sanksi berupa pemotongan dana bantuan. Sesekali boleh saja mereka tidak hadir, namun harus ada pemberitahuan
kepada pendamping apa alasan mereka hingga tidak dapat hadir dalam pertemuan kelompok. Dalam melakukan pekerjaan tentu ada resiko. Begitu pula dengan
pekerjaan sebagai pendamping PKH. Namun hal ini tidak melunturkan semangat
Universitas Sumatera Utara
110
para pendamping dalam melakukan tugasnya sebagai pekerja sosial. dari hasil wawancara kepada pendamping PKH di Kecamatan Sei Rampah, menuturkan
bahwa menjadi pekerja sosial itu sangat nikmat. Karena mereka bisa membantu orang – orang yang memang sangat membutuhkan bantuan. Ada kepuasan
tersendiri di dalam hati mereka. Keuntungan lainnya adalah bisa memperoleh kepercayaan masyarakat apabila suatu saat nanti para pendamping ingin maju
sebagai peserta legislatif. Karena sebelumnya mereka sudah dekat dengan masyarakat sehingga sangat mudah untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
111
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan hasil dari pemekaran Kabupaten Deli Serdang yang di tetapkan dengan dikeluarkannya UU No. 36 Tahun 2003 oleh
Presiden Republik Indonesia berdasarkan Persetujuan DPR RI dan kemudian pada tahun 2004 mengangkat Bapak Drs. Chairullah, S.IP, M.AP sebagai Pejabat
Bupati Serdang Bedagai. Dengan kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2013 adalah sebesar 319 jiwakm2 dengan total jumlah
penduduk sebanyak 605.583 jiwa yang heterogen. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Indonesia dimulai sejak Tahun
2007, di Sumatera Utara dimulai sejak tahun 2008 dan di Kabupaten Serdang Bedagai sendiri baru dimulai pada Tahun 2013 denganjumlah awal pendamping
sebanyak 30 orang yang direkrut melalui seleksi oleh Kementrian Sosial Republik Indonesia, dan jumlah penerima bantuan KSM sebanyak 7337 orang.
Pada Tahun 2013, jumlah kecamatan awal wilayah PKH di Kab. Serdang Bedagai sebanyak 12 Kecamatan dari 17 Kecamatan sehingga masih ada 5
kecamatan yang belum menjadi wilayah PKH 30. Pada Tahun 2014 penambahan 4 Kecamatan pengembangan yakni Kecamatan Dolok Merawan,
Bintang Bayu, Silinda dan Pegajahan. Sehingga keseluruhan kecamatan di Kab. Serdang bedagai yang tersentuh Program Keluarga Harapan PKH hingga saat ini
berjumlah 16 kecamatan. Di Tahun 2016 ini di Kabupaten Serdang Bedagai masih
Universitas Sumatera Utara