3.9.2 Uji F-statistic
Uji F-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama signifikan
memengaruhi variabel dependen. Nilai F-statistic yang besar lebih baik dibandingkan dengan F-statistic yang rendah. Nilai ProbF-statistic merupakan
tingkat signifikansi marginal dari F-statistic. Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut:
H : β
1
= β
2
=…= β
k
=0 H
1
: minimal ada salah satu β
i
yang tidak sama dengan nol Tolak H
jika F-statistic lebih besar dari F
αk-1,NT-N-K
atau ProbF- statistic
lebih kecil dari α. Jika H ditolak, maka artinya dengan tingkat
keyakinan 1- α kita dapat menyimpulkan bahwa variabel independen yang
digunakan di dalam model secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel dependen.
3.9.3 Uji t-statistic
Uji t-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tolak H jika t-statistic lebih besar dari t
α2NT-K-1
atau t-statistic lebih kecil dari α. Jika H
ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1- α kita dapat
menyimpulkan bahwa variabel independen ke-i secara parsial memengaruhi variabel dependen.
3.10 Variabel Penelitian
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon setuju atau tidak setuju pengemudi angkutan kota angkot terhadap kenaikan harga
BBM bersubsidi jenis premium, sementara variabel-variabel bebas yang digunakan adalah jarak JRK, usia USIA, jumlah tanggungan JTG, jumlah
premium per hari JBBM serta lamanya berkendara LB.
3.11 Definisi Operasional Penelitian
Berikut ini adalah definisi operasional variabel pada penelitian ini: a.
Variabel terikat yang digunkan memiliki jawaban bernilai nol dan satu dimana:
• 0 = jika responden tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM • 1 = jika responden setuju terhadap kenaikan harga BBM
b. Jarak Tempuh JRK
Mencerminkan jarak yang ditempuh responden selama berkendaraan. Variabel ini diduga dapat memengaruhi responden untuk merespon setuju atau
tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM, karena semakin jauh jarak yang ditempuh oleh responden peluang tidak setuju akan semakin dengan alasan karena
akan memperbesar pengeluaran yang dibutuhkan untuk membeli BBM jenis premium.
c. Usia USIA
Variabel ini diduga dapat memengaruhi responden untuk merespon setuju atau tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM semakin bertambah usia maka
akan semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Hal ini dikarenakan terbatasnya lapangan pekerjaan yang dikhususkan untuk usia lanjut.
d. Jumlah Tanggungan JTG
Variabel ini mencerminkan jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh responden. Variabel ini diduga berpengaruh karena jumlah tanggungan terkait
dengan besarnya pengeluaran responden setiap hari, semakin besar jumlah tanggungan responden maka peluang tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM
akan semakin besar karena akan berdampak pada kenaikan harga kebutuhan sehari-hari yang harus dikeluarkan oleh responden.
e. Jumlah Pemakaian BBM JBBM
Variabel ini mencerminkan jumlah BBM jenis premium yang dikonsumsi oleh responden setiap hari. Variabel ini diduga akan memengaruhi responden
terhadap respon setuju atau tidak kenaikan harga BBM. Jika semakin besar jumlah pemakaian BBM maka peluang untuk tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM
akan semakin tidak setuju karena akan memperbesar alokasi biaya yang harus dikeluarkan oleh responden untuk memenuhi kebutuhan konsumsi BBM.
f. Lama Waktu Berkendaraan LB
Variabel ini melihat lamanya waktu berkendaraan responden dalam satu hari dengan menggunakan satuan jam. Respon pengemudi yang di analisis pada
variabel ini, yaitu semakin lama berkendaraan per hari maka peluang untuk setuju terhadap kenaikan harga BBM akan semakin tinggi bila dibandingkan dengan
respon tidak setuju. Hal tersebut dikarenakan responden akan menerima pendapatan lebih tinggi dengan semakin lamanya waktu berkendaraan.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Jasa Transportasi
Angkutan Umum Kota Angkot yang Berbahan Bakar Premium di Kota Bogor
Jasa transportasi angkutan umum kota ini digunakan sebagai sarana transportasi yang paling dominan keberadaannya di setiap wilayah perkotaan
sehingga yang menjadi responden adalah angkot Kota Bogor baik yang memiliki pangkalan atau yang tidak memiliki pangkalan angkot.
Trayek angkutan kota di Kota Bogor memiliki jumlah 23 trayek dengan jumlah unit sebanyak 3412 unit pada Tahun 2012 Dishub, 2012. Penentuan tarif
angkutan yang diberlakukan oleh pemerintah daerah atau Dinas Perhubungan Dishub, 2012. Selain itu pemerintah daerah Kota Bogor membuat beberapa
peraturan mengenai rute jarak yang ditempuh tiap-tiap trayek dan beberapa trayek diberlakukan ‘Shift’ atau pembagian jam kerja, pembagian Shift ini diberlakukan
hanya beberapa trayek. Shift ini dimaksudkan agar tidak terjadinya kelebihan jumlah angkutan kota
angkot dan menghindari kemacetan yang terjadi dibeberapa wilayah Kota akibat terlalu banyaknya kendaraan. Adapun trayek-trayek yang menjadi responden
disajikan pada Tabel 8. Tabel. 8 Banyaknya Jumlah Angkutan Umum Kota angkot yang Menjadi
Responden
No. Trayek
Jumlah Responden orang 1.
01 5
2. 02
8 3.
03 18
4. 05
1 5.
07 7
6. 08
1 7.
09 8
8. 14
1 9.
15 2
10. 16
2 11.
19 7
Sumber : Data Primer, Kota Bogor 2012