Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

sebagian masalah subsidi BBM dapat diatasi melalui pengembangan manajemen energi nasional, yang menekankan efisiensi konsumsi BBM dan pengembangan diversifikasi sumber energi. Upaya tersebut dipertegas melalui rencana pembangunan infrastruktur energi Nugroho, 2005 Penelitian mengenai efektivitas dan kompensasi subsidi dan dampak penghapusan subsidi BBM di Indonesia dengan hasil penelitian kenaikan harga BBM sebesar 10 persen–15 persen maka akan terjadi kontraksi pada perekonomian nasional Esta Lestari, 2004. Penelitian tentang kesediaan dalam membayar terhadap produk organik telah dilakukan oleh banyak peneliti diluar negeri. Di Yunani, Krystallis dan Chryssohodis 2005 yang meneliti tentang consumer willingness to pay for organic food, menggunakan analisis faktor menghasilkan pemilihan solusi enam faktor berdasarkan 16 dari 22 variabel awal. Faktor-faktor ini menyumbang total 63,3 persen dari total varian dijelaskan oleh model. Peneliti menyebut faktor pertama yaitu “kualitas dan keamanan” terdiri dari pelebelan, bahan baku, wilayahnegara asal, penggunaan metode tradisional, dan sertifikasi proses produksi. Faktor ke dua disebut “kepercayaan” terdiri dari kepercayaan dalam kualitas lebel atau logo, badan makanan kepercayaan sertifikasi, dan kepercayaan para pedagang yang menjual produk-produk bersertifikat. Faktor ke tiga disebut dengan faktor “indera” terdiri dari variabel warna cerah, rasa, aroma. Faktor ke 4 disebut “sensitifitas” terdiri dari variabel harga dan diskon. Faktor ke 5 dan ke 6 disebut “kenyamanan” dan “brand name value”. Peneliti menyatakan bahwa yang menyebabkan konsumen berani untuk membayar lebih mahal untuk produk organik adalah anggapan mereka tentang produk tentang produk organik yang kualitasnya lebih baik serta aman dikonsumsi.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kenaikan harga minyak dunia saat ini, tidak diimbangi dengan cadangan minyak bumi mentah yang dimiliki oleh Indonesia. Permintaan akan minyak bumi semakin meningkat dan produksi justru mengalami trend yang sebaliknya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor minyak bumi. Harga BBM yang disubsidi saat ini sudah tidak sesuai dengan anggaran yang diajukan oleh pemerintah di dalam RAPBN 2012. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan pembengkakan pada anggaran sehingga akan menyebabkan defisit APBN. Dalam RAPBN 2012, jumlah subsidi BBM diperkirakan lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah subsidi yang terealisasi. Sampai pada bulan Maret tahun 2012, harga minyak mentah dunia melonjak hingga US 120 per barel. Padahal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN 2012, pemerintah menetapkan subsidi sebesar Rp 123 triliun dengan asumsi harga minyak US 90 per barel. Hal tersebut juga akan menyebabkan terjadinya defisit APBN Ditjen Migas, 2012 Kenaikan harga minyak dunia dan pertimbangan defisit APBN memaksa pemerintah untuk melakukan tindakan pencegahan dalam mengatasi defisit APBN. Pencegahan yang dilakukan dengan meningkatkan harga jual bahan bakar minyak BBM. Tentunya hal ini akan membuat banyak respon yang beragam dari masyarakat atau pelaku ekonomi. Sebagian masyarakat setuju dengan kebijakan tersebut, sebagian masyarakat lain tidak setuju dengan kebijakan menaikan harga BBM. Mereka yang tidak setuju mengenai rencana pemerintah menaikan harga BBM beranggapan naiknya BBM akan memicu terjadinya peningkatan harga bahan-bahan kebutuhan sehari-hari. Begitupun dengan transportasi angkutan umum kota atau angkot akan terkena dampak secara langsung karena alat transportasi tesebut menggunakan bahan bakar minyak dalam menjalankan mesin kendaraan. Angkot merupakan kendaraan yang sebagian besar menggunakan bahan bakar bersubsidi jenis premium. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai implikasi rencana kenaikan harga BBM terhadap jasa transportasi angkutan umum kota wilayah Kota Bogor. Kerangka pemikiran operasional dapat disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

2.3 Hipotesis