sebagai tempat perhentian yang sudah ditentukan, angkutan kota dapat berhenti untuk menaikan atau menurunkan penumpang di mana saja dengan karakter
kendaraan kecil, kepemilikan sebagian besar adalah individu, untuk melayani rute jarak pendek yang penetapannya dilakukan oleh pemerintah. Angkutan Kota
angkot sampai saat ini masih mendominasi pelayanan angkutan perkotaan di kota-kota Indonesia dalam UU No. 22 tahun 1998.
2.1.3 Subsidi
Subsidi kepada konsumen dapat diberlakukan apabila manfaat sosial marjinal lebih besar dibandingkan manfaat privat marginal. Sebaliknya, subsidi
kepada produsen dapat diberlakukan bila manfaat privat marjinal lebih besar dibandingkan manfaat sosial marginal Mangkoesoebroto, 2001.
Subsidi merupakan pembayaran yang dilakukan pemerintah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai tujuan tertentu yang membuat
mereka dapat memproduksi atau mengkonsumsi suatu produk dalam kuantitas yang lebih besar atau pada harga yang lebih murah. Secara ekonomi, tujuan
subsidi adalah untuk mengurangi harga atau menambah keluaran output. Pengertian lainnya, subsidi adalah salah satu bentuk pengeluaran pemerintah yang
juga diartikan sebagai pajak negatif yang akan menambah pendapatan mereka yang menerima subsidi atau mengalami peningkatan pendapatan riil apabila
mereka mengkonsumsi atau membeli barang-barang yang disubsidi oleh pemerintah dengan harga jual yang rendah. Subsidi dapat dibedakan dalam dua
bentuk yaitu subsidi dalam bentuk uang cash transfer dan subsidi dalam bentuk barang atau subsidi innatura in kind subsidy Suparmoko, 2003.
2.1.4 Permintaan
Jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh masyarakat rumah tangga merupakan jumlah yang diminta quantity demanded untuk komoditi tersebut
Lipsey, 1993. Banyaknya barang yang akan dibeli semua rumah tangga pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh variabel, harga barang itu sendiri, rata-
rata penghasilan rumah tangga, harga barang substitusi, selera, distribusi pendapatan dan besarnya populasi Lipsey, 1993.
Suatu hipotesis ekonomi dasar bahwa harga suatu barang dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif dengan faktor lain tetap sama.
Dengan kata lain, semakin rendah harga suatu barang maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu akan semakin besar, dan semakin tinggi harga semakin
rendah jumlah yang diminta Marshall. Harga
P Permintaan
Q Jumlah
Gambar 1. Surplus Konsumen Marshallian
Subsidi akan memengaruhi besarnya harga barang, sehingga semakin rendah harga suatu barang maka jumlah yang akan diminta untuk barang tersebut
akan semakin besar. Begitupun sebaliknya semakin besar harga suatu barang maka akan semakin sedikit jumlah permintaan akan barang tersebut Hanley and
Spash, 1993
2.1.5 Willingnes To Pay WTP
Secara umum, Willingnes To Pay WTP atau kemauankeinginan untuk membayar didefinisikan sebagai jumlah yang dapat dibayarkan seorang konsumen
untuk memperoleh suatu barang atau jasa. WTP adalah harga maksimum dari suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada waktu tertentu. Sedangkan
pengertian WTP pada berapa kesanggupan konsumen untuk membeli suatu barang. WTP itu sebenarnya adalah harga pada tingkat konsumen yang
merefleksikan nilai barang atau jasa dan pengorbanan untuk memperolehnya. Disisi lain, WTP ditujukan untuk mengetahui daya beli konsumen berdasarkan
persepsi konsumen Fauzi, 2006 Konsep WTP konsumen terhadap suatu barang atau jasa harus dimulai dari
konsep utilitas, yaitu manfaat atau kepuasan karena mengkonsumsi barang atau
jasa pada waktu tertentu. Setiap individu ataupun rumah tangga selalu berusaha untuk memaksimumkan utilitasnya dengan pendapatan tertentu yang kemudian
menentukan jumlah permintaan barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Permintaan diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang mau atau ingin dibeli
atau dibayar Willingness to Buy or Willingness to Pay oleh konsumen pada harga tertentu dan waktu tertentu. Utilitas yang akan didapat oleh seorang
konsumen memiliki kaitan dengan harga yang dibayarkan yang dapat diukur dengan WTP. Sejumlah uang yang ingin dibayarkan oleh konsumen akan
menunjukan indikator utilitas yang diperoleh dari barang Konsep WTP yang digunakan melalui pendekatan Contingent Valuation
Method CVM yang merupakan pendekatan yang pada dasarnya menanyakan
secara langsung kepada masyarakat berapa maksimum WTP untuk manfaat tambahan dan atau berapa besarnya maksimum Willingness to Accept WTA
sebagai kompensasi dari kerusakan barang lingkungan Hanley dan Spash, 1993 Tahap yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu mendapatkan penawaran
besarnya nilai WTP dan memperkirakan nilai rata-rata WTP Hanley dan Spash, 1993. Memperkirakan penawaran besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memeroleh nilai WTP, yaitu:
a. Bidding Game
, yaitu metode tawar menawar di mana responden ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil
hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden.
b. Closed-ended Referendum
, yaitu dengan memberikan sebuah nilai tawaran tunggal kepada responden, baik responden setuju ataupun
responden tidak setuju dengan nilai tersebut. c.
Payment Card , yaitu nilai tawaran yang disajikan dalam bentuk
kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap barang atau
jasa publik yang diberikan.
d. Open-ended quation
, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka tentang WTP maksimum yang sanggup mereka berikan dengan
tidak adanya nilai tawaran sebelumnya.
2.1.6 Model Logit