Analisis Respon Pengemudi Jasa Angkutan Umum Kota Terhadap

nyata sepuluh persen terhadap WTP. Tanda positif dan Nilai koefisien 0,005 pada variabel usia memiliki arti bahwa semakin bertambah satu tahun usia responden maka akan semakin semakin meningkatkan sebesar 0,005 nilai WTP yang mampu dibayarkan oleh responden. Jumlah tanggungan memiliki nilai koefisien positif dengan nilai koefisien sebesar 0,037 memiliki arti bahwa semakin bertambah satu orang jumlah tanggungan maka akan semakin besar nilai WTP yang dipilih. Nilai p-value sebesar 0,223 berarti variabel jumlah tanggungan tidak signifikan pada taraf nyata sepuluh persen terhadap WTP. Lama waktu berkendaraan per hari memiliki p- value 0,605 yang artinya tidak berpengaruh signifikan terhadap besaran pilihan nilai WTP pada taraf nyata sepuluh persen. Pendapatan trayek memiliki nilai p-value 0,814 artinya pendapatan trayek tidak berpengaruh signifikan pada taraf nyata sepuluh persen. Perubahan tarif angkutan yang diinginkan oleh responden merupakan variabel yang memengaruhi besarnya pemilihan nilai WTP yang mamapu dibayarkan oleh responden karena pperubahan tarif memiliki p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata sepuluh persen. koefisien negatif yang ada pada perubahan tarif memeiliki arti bahwa semakin bertambah satu rupiah perubahan tarif yang diinginkan akan semakin kecil nilai WTP yang dipilih sebesar 1,011. Hasil tersebut tidak sama dengan hasil dilapangan, hal ini karena semakin tinggi nilai WTP yang dipilih responden diperngaruhi karena adanya pendapatan lain diluar trayek.

4.4 Analisis Respon Pengemudi Jasa Angkutan Umum Kota Terhadap

Kenaikan Harga BBM Analisiss setiap variabel bebas dengan respon dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh respon pengemudi jasa angkutan umum kota angkot terhadap kenaikan harga BBM. Uji ketergantungan untuk crosstabs menggunakan chi-kuadrat dengan software SPSS version 16.0 for windows. Hasil output dari analisis crosstabs disajikan pada Tabel 19. Penentuan Chi-square test menggunakan hipotesis yaitu: H0 :Faktor yang diuji tidak berhubungan nyata dengan respon responden H1 :Faktor yang diuji berhubungan nyata dengan respon responden Tabel 19. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Respon terhadap Kenaikan Harga BBM Kota Bogor dengan Menggunakan Crosstabs Variabel Signifikan Df Chi-square hitung Jarak 0.382 1 0.764 Usia 7.964 3 0.047 Jumlah Tanggungan 0.785 1 0.075 Jumlah Pemakaian BBM 0.526 3 2.231 Lama Waktu Berkendara 0.011 1 6.406 Keterangan: Nyata pada taraf kepercayaan 90 Faktor-faktor pada Tabel 19 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Hubungan antara Respon Kenaikan Harga BBM dengan Jarak Hubungan antara jarak tempuh dengan respon di peroleh dari uji chi-square, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jarak dengan respon pada tingkat kepercayaan 90 persen. Nilai Asymp. Sig 2-sided Pearson chi-square adalah 0,382 lebih besar dari taraf nyata 10 persen α=10. Nilai tersebut menunjukan jarak tidak memiliki hubungan terhadap respon, karena pengemudi angkutan umum kota angkot menyadari akan adanya penurunaan pendapatan apabila terjadi dikenaikan harga BBM. 2. Hubungan antara Respon Kenaikan Harga BBM dengan Usia. Hubungan antara respon dengan usia responden yang diperoleh dengan menggunakan analisis crosstabs. Nilai Asymp. Sig 2-sided Person Chi-Square adalah 0, 47 lebih besar dari taraf nyata α=10. Nilai tersebut menyatakan bahwa keputusan pengujian variabel tersebut adalah bahwa usia tidak berhubungan dengan respon pengemudi angkutan umum kota angkot pada taraf nyata 10 persen α=10. Dengan kata lain, usia tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap respon pengemudi mengenai kenaikan harga BBM pada taraf kepercayaan sebesar 90 persen. 3. Hubungan antara Respon Kenaikan Harga BBM dengan Jumlah Tanggungan. Nilai Asymp.Sig 2-sided Person Chi-Square adalah 0,785 df=10 lebih besar dari taraf nyata α=10. Nilai tersebut menyatakan bahwa keputusan pengujian variabel tersebut adalah jumlah tanggungan tidak berhubungan dengan respon pengemudi mengenai kenaikan harga BBM pada taraf nyata 10 persen dengan kata lain, jumlah tanggungan tidak memiliki hubungan nyata terhadap respon pengemudi angkutan umum kota angkot mengenai kenaikan harga BBM pada taraf kepercayaan 90 persen. 4. Hubungan antara Respon Kenaikan Harga BBM dengan Pemakaian BBM per Hari. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan crosstabs, menyatakan hasil Nilai Asymp.Sig 2-sided Person Chi-Square adalah 0,526 df=3 lebih besar dari taraf nyata α=10. Nilai tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan nyata terhadap respon rencana kenaikan harga BBM ditinjau dari jumlah pemakaian BBM per hari pada taraf kepercayaan 90 persen. 5. Hubungan antara Respon Kenaikan Harga BBM dengan Lama Waktu Berkendaraan per Hari Kondisi lama berkendara responden perhari berdasarkan survey lamanya berkendara responden per hari memiliki hubungan yang nyata. Hal ini terlihat dari uji yang telah dilakukan menyatakan bahwa nilai Nilai Asymp.Sig 2-sided Person Chi-Square adalah 0,011 pada df = 1 atau lebih kecil dari taraf nyata α=10. Dengan demikian, nilai tersebut menyatakan bahwa lama waktu berkendaraan per hari berhubungan nyata terhadap respon pada taraf kepercayaan 90 persen. Tabel 20. Hasil Pengujian Logit untuk Respon Hasil Pengujian Model Nilai Yang Diperoleh Hosmer and Lemeshow Test 0,960 Overall Precentage 76,7 Tabel 20 menyajikan hasil dari pengujian untuk model logit yang diperoleh, maka interpretasi dari nilai-nilai adalah sebagai berikut : 1. Hasil Hosmer and Lemeshow Test dapat dilihat nilai dari p-value sebesar 0,960 lebih besar dari taraf nyata 5 persen 0,05 maka tolah H yang artinya model logit adalah Fit. 2. Nilai Overall Precentage sebesar 76,7 yang artinya model logit mampu mengklasifikasikan secara tepat sebesar 76,7 persen. Tabel 21. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Respon Setuju atau Tidak Setuju Pengemudi Jasa Angkutan Umum Kota terhadap Kenaikan Harga BBM dengan Menggunakan Logit Variabel Koefisien P-Value Rasio Odd Jarak -0,185 0,255 0,831 Usia 0,033 0,244 1,033 Jumlah Tanggungan -0,674 0,084 0,510 Jumlah Pemakaian BBM Per Hari 0,045 0,562 1,046 Lama Berkendara 0,236 0,081 1,267 Constant -1,793 0,341 0,166 Keterangan: Nyata pada tingkat kepercayaan 90 Logitp i = -1,793 – 0,185 JRK i + 0,033 USIA i – 0,674 JTG i + 0,045 JBBM i + 0,236 LB i + ε i Tabel 21 merupakan hasil output yang menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi respon, antara lain: 1. Pengaruh jarak terhadap respon setuju atau tidak setuju pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota angkot perihal kenaikan harga BBM. Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,255 lebih besar dari taraf nyata 10 persen α=0,1 maka terima H yang artinya jarak tidak berpengaruh nyata terhadap respon kenaikan harga BBM. Hal ini karena setiap responden memiliki jarak tempuh yang sama setiap berkendara sehingga kurangnya respon yang dihasilkan berdasarkan jarak. Tanda negatif pada koefisien mengindikasikan bahwa setiap kenaikan 0,185 km jarak akan memengaruhi responden untuk merespon tidak setuju mengenai kenaikan harga BBM sehingga semakin jauh jarak yang ditempuh oleh responden maka akan semakin tidak setuju dengan rencana kenaikan harga BBM, karena jarak yang jauh akan membutuhkan konsumsi BBM yang semakin banyak. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Hasil nilai Odds Ratio yang didapat adalah 0,831 artinya semakin jauh jarak tempuh maka peluang untuk tidak setuju adalah 0,831 kalinya dibandingkan dengan setuju terhadap rencana kenaikan harga BBM. 2. Pengaruh usia terhadap respon setuju atau tidak setuju pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota perihal kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,244 lebih besar dari taraf n yata 10 persen α=0,1 maka terima H yang artinya usia tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga BBM. Usia tidak berpengaruh nyata terhadap terhadap respon dikarenakan berapapun usia responden tidak memengaruhi terhadap besarnya pendapatan yang diterima responden sehingga respon yang diterima lambat terhadap usia. Koefisien pada model mengindikasikan semakin meningkat usia responden sebesar 0.033 tahun maka akan semakin setuju dengan kenaikan harga BBM. Berbeda dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia responden akan semakin tidak setuju. Hal ini, disebabkan karena semakin bertambah usia maka semakin mangalami kesulitan dalam mencari pekerjaan lain, terbentur kriteria yang disyaratkan pada pekerjaan lain. Nilai Rasio Odd 1,033 artinya semakin bertambahnya usia maka peluang untuk respon setuju adalah 1,033 kalinya dibandingkan dengan peluang tidak setuju. 3. Pengaruh jumlah tanggungan terhadap respon pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota perihal kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,084 lebih kecil dari taraf nyata 10 persen α=0,1 maka tolak H yang artinya pengaruh jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap respon rencana kenaikan harga BBM. Jumlah tanggungan memiliki respon yang cepat terhadap rencana kenaikan harga BBM karena terkait seberapa besar pengeluaran responden. Koefisien negatif pada model mengindikasikan semakin bertambah jumlah tanggungan sebesar 0,674 maka akan semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM dengan kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin tidak setuju. Nilai Rasio Odd yang dihasilkan adalah sebesar 0,510 artinya semakin tinggi jumlah tanggungan maka peluang untuk tidak setuju adalah 0,510 kalinya dibandingkan dengan setuju terhadap kenaikan BBM. 4. Pengaruh jumlah pemakaian BBM per hari terhadap respon setuju atau tidak setuju pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota perihal kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,562 lebih besar dari taraf nyata 10 persen α=0,1 maka terima H yang artinya pengaruh pemakaian BBM per hari tidak berpengaruh nyata. Pemakaian BBM yang digunakan oleh responden setiap harinya sama karena jarak yang ditempuh responden tidak pernah bertambah sehingga respon dari pemakaian BBM per hari memiliki respon yang lambat terhadap kenaikan harga BBM kecuali terjadi kemacetan total. Koefisien positif yang ada pada model mengindikasikan peningkatan pemakaian BBM per hari sebesar 0,045 akan menyebabkan respon setuju terhadap kenaikan harga BBM. Hal ini berbeda dengan hipotesis awal dikarenakan sedikitnya pendapatan yang dihasilkan oleh responden salah satunya karena peraturan pemerintah mengenai “shift” pada beberapa trayek. Nilai rasio Odd 1,046 artinya semakin banyak pemakaian BBM premium per hari maka peluang untuk setuju adalah 1,046 kalinya dibandingkan dengan peluang tidak setuju terhadap kenaikan BBM. 5. Pengaruh lama waktu berkendaraan terhadap respon setuju atau tidak setuju pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota perihal kenaikan harga BBM Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,084 lebih kecil dari taraf nyata 10 persen α=0,1 maka tolak H yang artinya pengaruh lama berkendara berpengaruh nyata terhadap respon kenaikan harga BBM. Lama berkendara dapat merespond dengan cepat karena semakin lama waktu berkendaraan maka akan semakin bertambah pendapatan yang dihasilkan responden. Koefisien yang ada pada model bernilai positif, yang dapat diartikan peningkatan lama waktu berkendaraan per hari sebesar 0.236 akan semakin setuju dengan adanya kenaikan harga BBM. Kesimpulan yang didapat sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa semakin lama waku berkendaraan perhari maka akan semakin setuju dengan kenaikan harga BBM. Rasio Odd yang didapat adalah 1,267 yang artinya semakin lama waktu berkendaraan perhari maka peluang untuk setuju adalah 1,267 kalinya dibandingkan dengan peluang tidak setuju terhadap kenaikan BBM.

4.5 Implikasi Kebijakan