22
padat, cair danatau gas yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan khususnya daerah pembuangan limbah cair.
Penyimpangan kelima, berhubungan dengan aspek CPMB pemeliharaan sarana pengendalian hama, yaitu di gudang tempat penyimpanan produk mi yang dapat dimasukin oleh burung yang dapat
sebagai agen pencemar ke produk. Menurut Kepmenkes RI, No.23,1978, untuk mencegah masuknya hama kedalam pabrik perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a. Bangunan pabrik harus terjaga dalam keadaan bersih dan terawat b. Menutup lubang-lubang dan saluran yang memungkinkan hama masuk.
c. Memasang kawat kasa pada jendela, pintu dan ventilasi
.
5.1.2 Pemahaman Karyawan tentang Sanitasi dan Higiene
Mengetahui pemahaman karyawan tentang higiene dan sanitasi dilakukan menggunakan media angket sebanyak 40 buah. Jumlah angket yang kembali sebanyak 36 buah. Hasil pengisian
angket disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pemahaman Karyawan tentang Sanitasi dan Higiene
No Pertanyaan Jumlah
orang 1
Mengikuti latihan atau training mengenai sanitasi a. Tidak
pernah 21
58.3 b. Pernah
15 41.7
Jumlah 36 100.0
2 Pendidikan terakhir
a. SD
0.0 b. SLTP
6 16.7
c. SLTA
30 83.3
d. Sarjana
0.0 Jumlah 36
100.0 3
Pengetahuan tentang sanitasi a. Hal-hal yang bersifat bersih membersihkan
3 8.3
b. Hal-hal yang berkaitan dengan kotoran 0.0
c. Mencegah dan memelihara area dari kotoran 33
91.7 d. Mencegah, memelihara dan membersihkan semua bagian dari kotoran
0.0 Jumlah 36
100.0 4
Pendapat tentang pemakaian sarung tangan a. Tidak perlu cukup dengan membersihkan tangan saja
0.0 b. Tidak perlu, karena mengganggu kelancaran bekerja
0.0 c. Tidak perlu karena membuat tangan bau dan berkeringat
0.0 d. Perlu untuk keseragaman pekerja
0.0 e. Perlu bagi pekerja yang tangannya kotor
0 0.0 f. Perlu agar produk mi yang kontak tidak kotor
36 100.0
Jumlah 36 100.0
5 Pengetahuan mengenai
hairnet topikerudung
a. Tidak perlu jika rambutnya pendek 0.0
b. Tidak perlu jika rambutnya sudah dicuci 0.0
c. Perlu agar seragam 0.0
d. Perlu agar rambut yang rontok atau cemaran rambut tidak mengenai bahan 36
100.0 Jumlah 36
100.0
23 Tabel 5. Lanjutan
No Pertanyaan Jumlah
orang 6
Pengetahuan mengenai penggunaan masker selama bekerja a. Tidak perlu, karena pemakaiannya kurang nyaman
0.0 b. Perlu agar tidak ditegur pengawas
0.0 c. Perlu, agar cemaran-cemaran yang bersal dari hidung maupun mulut
tidak mengenai bahan 36 100.0
Jumlah 36 100.0
7 Pengetahuan tentang perlunya mencuci tangan dengan sabun setelah dari
toilet a. Perlu agar mentaati peraturan dari perusahaan
0.0 b. Perlu agar mentaati peraturan dari QCQA
0.0 c. Perlu, agar tidak terkena teguran dari atasan
0.0 d. Perlu agar produk yang keluar dari perusahaan tetap terjamin
36 100.0
Jumlah 36 100.0
8 Pendapat tentang peraturan yang melarang pemakaian perhiasan bagi
pekerja a. Tidak perlu, karena tidak ada kaitannya dengan produksi
0.0 b. Tidak perlu, kalau yakin perhiasannya tidak jatuh
0.0 c. Tidak perlu, jika perhiasannya bersih
0.0 d. Perlu, agar tidak terjadi kesenjangan sosial
0.0 e. Perlu, agar perhiasan tidak mengotori bahan atau produk
36 100.0
Jumlah 36 100.0
9 Apa yang dilakukan jika mengalami penyakit kulit, atau flu selama berada
di pabrik a. Berobat ke dokter dan mengobati flu
10 27.8
b. Berobat ke dokter dan istirahat 26
72.2 Jumlah 36
100.0 10
Pendapat tentang pelaksanaan sanitasi pabrik, baik untuk pekerja, peralatan dan ruangan
a. Sangat
buruk 0 0.0
b. Buruk
11 30.6 c.
Sedang-sedang saja
7 19.4 d. Baik
17 47.2
e. Baik sekali 1
2.8 Jumlah 36
100.0 11
Salah satu cara agar semua pekerja memahami pentingnya sanitasi a. Peraturan yang tegas
1 2.8
b. Pemberian hukuman jika melanggar 0.0
c. Diberikan pendidikan,pelatihan terhadap sanitasi 35
97.2 d. Contoh dari pengawas
0.0 Jumlah
36 100.0 Hasil evaluasi pemahaman karyawan tentang sanitasi dan higiene menunjukkan bahwa
karyawan yang pernah mengikuti pelatihan tentang sanitasi dan higiene lebih sedikit, yaitu sebanyak 41,7 dibandingkan dengan yang tidak pernah mengikuti pelatihan, yaitu sebanyak 58,3. Pelatihan
dilaksanakan di lingkungan kantor pabrik dengan intensitas waktu 2-3 jam. Pelatihan tentang sanitasi dan higiene diikuti oleh karyawan dari tingkat line operator,
supervisorkepala regu, kepala bagian dan manajemen perusahaan dan dilakukan dengan cara inhouse training
di PT X Ciawi, Bogor 6 bulan sekali. Materi yang diajarkan dalam pelatihan ini terdiri dari 3
24
tiga topik, yaitu pengantar sistem pengendalian keamanan pangan, sanitasi dan higiene dalam industri pangan dan prinsip-prinsip CPMB. Pelaksanaan inhouse training dilaksanakan secara
periodik oleh pihak HRD dengan mengundang narasumber dari IPB. Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan tingkat pengertian dan
pemahaman peserta setelah mengikuti pelatihan menunjukkan tingkat pengertian dan pemahamannya sangat baik. Dengan demikian dapat dikatakan ada dampak positif terhadap sumber daya manusia
pada perusahaan di PT X Ciawi, Bogor. Hal ini mendukung hasil penelitiankajian yang dilakukan oleh Manning 1994 dan Howes et al. 1996 yang menyatakan bahwa salah satu dampak positif
adanya pelatihan sistem keamanan pangan adalah meningkatnya tingkat pengetahuan, pengertian dan pemahaman SDM yang terlibat dalam sistem industri pangan.
Sebagian besar responden dengan latarbelakang pendidikan SLTA, yaitu sebanyak 83,3 dan SLTP sebanyak 16,7. Sebanyak 83,3, menyatakan memiliki tanggung jawab terhadap sanitasi
di Pabrik secara keseluruhan meliputi; Pekerja, Mandor, Pengawas, Kepala Pabrik, Bagian QCQA, Bagian kebersihan, Pengawas dan Kepala Pabrik.
Sebanyak 91,7, menyatakan pengertian sanitasi adalah mencegah dan memelihara bagian dari kotoran. Seluruh responden menyatakan pemakaian sarung perlu, agar produk mi yang kontak
tidak kotor begitu juga dengan penggunaan hairnettopikerudung menurut responden perlu, agar rambut yang rontok atau cemaran rambut tidak mengenai bahan.
Seluruh responden menyatakan; a mengetahui penggunaan masker selama bekerja perlu, agar cemaran-cemaran yang berasal dari hidung maupun mulut tidak mengenai produk, b
mengetahui perlunya mencuci tangan dengan sabun setelah dari toilet, agar produk yang keluar dari perusahaan tetap terjamin, dan c mengetahui peraturan yang melarang pemakaian perhiasan bagi
pekerja, agar perhiasan tidak mengotori bahan atau produk. Sebanyak 72,2 menyatakan jika mengalami penyakit kulit, atau flu selama berada di pabrik
maka yang dilakukan berobat ke dokter dan istirahat. Sebanyak 47,3 menyatakan tentang pelaksanaan sanitasi pabrik, baik untuk pekerja, peralatan dan ruangan pada kategori baik serta
sebanyak 97,2 menyatakan agar semua pekerja memahami pentingnya sanitasi dan higiene maka perlu diberikan pendidikan,pelatihan tentang sanitasi dan higiene.
Hasil wawancara berdasarkan persentase pemahaman karyawan tentang higiene dan sanitasi ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Pemahaman Karyawan tentang Sanitase dan Higiene
No Aspek yang dinilai
Persentase
≥ 50 50 1
Pelatihan tentang sanitasi dan higiene √
2 Bertanggung jawab terhadap sanitasi di Pabrik
√ 3
Memahami manfaat sanitasi √
4 Mengetahui perlunya pemakaian sarung tangan
√ 5
Mengetahui penggunaan hairnettopikerudung, penggunaan masker selama bekerja, perlunya mencuci tangan dengan sabun, mengetahui
peraturan yang melarang pemakaian perhiasan, dan √
6 Pencegahan yang dilakukan bila mengalami penyakit serta pentingnya
memahami sanitasi dan hygiene √
Secara umum pemahaman karyawan tentang higiene dan sanitasi sebagian besar sudah baik, hal ini terkait dengan tingkat pendidikan karyawan, yaitu sebanyak 83,3 dengan latar belakang
pendidikan SLTA, sehingga tingkat kesadaran dan perilaku dalam bekerja untuk memahami
25
pentingnya higiene dan sanitasi sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan, namun belum semuanya karyawan mengikuti pelatihan higiene dan sanitasi
. Menurut Minarni 1995 higiene pekerja yang menangani makanan sangat penting
peranannya di dalam mencegah perpindahan penyakit ke dalam makanan. Persyaratan bagi pekerja agar mendukung higiene pekerja adalah kesehatan yang baik dan pengetahuan mengenai sanitasi.
Hasil penelitian Sudibyo 2008 mengungkapkan terjadinya kontaminasi pada produksi mi kering salah satu bersumber dari karyawan. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor berikut: a tidak ada
pengawasan dalam hal sanitasi pencucian tangan sebelum masuk ke ruang pengolahan dan setelah keluar dari toilet, b fasilitas klinik tidak digunakan untuk check up rutin seluruh karyawan,
khususnya di bagian produksi, c manajemen unit pengolahan tidak memiliki tindakan efektif untuk mencegah karyawan yang diketahui mengidap penyakit yang dapat mengkontaminasi produk, d
kebersihan karyawan tidak terjaga dengan baik dan kurang memperhatikan aspek sanitasi dan higiene misalnya pakaian seragam celemek ada yang kotor, dan kebiasaan minum di ruang produksi.
Karyawan atau personel yang langsung menangani pengolahan pangan dapat mencemari bahan pangan atau pangan tersebut, baik berupa cemaran fisik, kimia maupun biologis. Oleh karena
itu, higiene karyawan merupakan salah satu hal yang penting yang harus diperhatikan oleh industri pangan agar produk panganya bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Upaya yang dapat dilakukan
adalah memupuk kebiasaan karyawan yang baik dan melatih karyawan untuk meninggalkan kebiasaan yang buruk Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2009
.
5.2 EVALUASI SUMBER-SUMBER REKONTAMINASI DARI