SSOP SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES BAHAN DAN ALAT Analisis kapang dan khamir

12 mengenakan perhiasan agar mencegah perhiasan terjatuh ke proses pengolahan dan mengkontaminasi produk. Rambut dari kepala, kotoran dari muka dan hidung dapat menjadi sumber kontaminan bagi produk yang akan dihasilkan, oleh karena itu pengenaan tutup kepala dan masker harus dikenakan sebelum bekerja dan bukan di daerah pengolahan pangan Troller,1983.

3.5 GMP GOOD MANUFACTURING PRACTICES

GMP good manufacturing practices merupakan pedoman cara memproduksi makanan yang baik pada seluruh rantai makanan, mulai dari produksi primer sampai konsumen akhir dan menekankan higiene pada setiap tahap pengolahan. Thaheer 2005 menyebutkan bahwa GMP merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan yang bermutu dan sesuai dengan keamanan pangan dan tuntutan konsumen. Pedoman GMP atau Cara Produksi Makanan yang Baik CPMB menurut Menteri Kesehatan No.23MEN.KESSK1978 mencakup lokasi pabrik, bangunan, produk akhir, peralatan pengolahan, bahan produksi, higien personal, pengendalian proses pengolahan, fasilitas sanitasi, label, keterangan produk, penyimpanan, pemeliharaan sarana pengolahan dan kegiatan sanitasi, laboratorium, kemasan dan transportasi. Pada dasarnya, program persyaratan kelayakan dasar terdiri dari dua bagian, yaitu cara produksi makanan yang baik CPMB atau good manufacturing practice GMP dan standard prosedur operasional sanitasi atau SSOP sanitation standard operating procedure. Di Indonesia, sesuai dengan peraturan yang ada di Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan yang sekarang berubah menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM telah menerbitkan pedoman cara produksi makanan yang baik CPMB atau GMP. Pedoman penerapan GMP ini disusun berdasarkan pedoman umum higiene pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang pangan, terutama yang mengatur mengenai produksi pangan. Pedoman penerapan GMP ini berguna bagi pemerintah sebagai dasar untuk mendorong dan menganjurkan industri pangan untuk menerapkan cara produksi makanan yang baik dalam rangka : 1 Melindungi konsumen dari penyakit atau kerugian yang diakibatkan oleh pangan yang tidak memenuhi persyaratan, 2 Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa pangan yang dikonsumsi merupakan pangan yang layak, 3 Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan terhadap pangan yang diperdagangkan secara internasional, dan 4 Memberikan bahan acuan dalam program pendidikan kesehatan di bidang pangan kepada industri dan konsumen. Pedoman penerapan GMP bagi industri pangan sebagai acuan dalam menerapkan praktek cara produksi pangan yang baik dalam rangka : 1 Memproduksi dan menyediakan pangan yang aman dan layak bagi konsumen; 2 Memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada masyarakat, misalnya dengan pelabelan dan pemberian petunjuk mengenai cara penyimpanan dan penyediaannya, sehingga masyarakat dapat melindungi pangan terhadap kemungkinan terjadinya kontaminasi dan kerusakan pangan, yaitu dengan cara penyimpanan, penanganan dan penyiapan yang baik; dan 3 Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan dunia internasional terhadap pangan yang diproduksinya Ditjen POM, 1996.

3.6 SSOP SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES

Undang-Undang Pangan RI No. 7 tahun 1996 menjelaskan bahwa sanitasi pangan merupakan upaya pencegahan terhadap berbagai kemungkinan tumbuh dan berkembang biaknya jasad renik 13 pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan kesehatan manusia. SSOP merupakan alat bantu dalam penerapan GMP, yang berisikan tentang perencanaan tertulis untuk menjalankan GMP, syarat agar penerapan GMP dapat dimonitor dan adanya tindakan koreksi jika terdapat komplain, verifikasi dan dokumentasi FDA, 1995. SSOP menurut FDA 1995 terdiri atas delapan aspek kunci yaitu : 1 keamanan air proses produksi; 2 kondisi kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan; 3 pencegahan kontaminasi silang dari objek yang tidak saniter; 4 kebersihan pekerja; 5 pencegahan atau perlindungan dari adulterasi; 6 pelabelan dan penyimpanan yang tepat; 7 pengendalian kesehatan karyawan; dan 8 pemberantasan hama. IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 BAHAN DAN ALAT

Bahan-bahan yang digunakan untuk mengetahui kondisi sanitasi fasilitas mesin peralatan, antara lain media Plate Count Agar PCA, media Acidified Potato Dextrose Agar APDA, media Lactose Soy Tryptic Broth LSTB, media Brilliant Green Lactose Bile Broth BGLBB, Escherichia Coli Broth ECB, media Baird Parker Agar + Egg yolk Tellurit BPA, EY, Brain Heart Infusion Broth BHIB, Buffered Pepton Water BPW, Trypticase Soy Agar TSA, Egg yolk Tellurit 5 emulsi kuning telur dalam NaCl 1:1 + 1 Kalium Tellurit, Plasma kelinci, larutan pengencer, soda kostik NaOH, alkohol 70, air panas, sanitizer A Na 2 CO 3 , sanitizer B Linear Alkylbenzene Sulfonate , sabun cuci Trichlorohydroxy Diphenyl, Triclocarban , larutan buffer fosfat steril. Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri steril, tabung reaksi steril, pinset steril, bunsen, gelas ukur, lidi swab, pipet steril, jarum inokulasi, pipet milimeter, kertas steril, pengaduk, dan inkubator.

4.2 METODE PENELITIAN

4.2.1 Evaluasi penerapan GMP CPMB

PT X telah menerapkan kelayakan minimal dari suatu industri pangan sesuai dengan panduan dari BPOM 2002. a Penerapan CPMB di perusahaan dievaluasi meliputi aspek pimpinan, sanitasi lokasi dan lingkungan fisik, sanitasi pembuangan limbah, sanitasi lingkungan dari investasi burung, serangga atau binatang lain, kondisi umum pabrik, pabrik dalam ruangan pengolahan, fasilitas pabrik, pembuangan limbah di pabrik, operasional sanitasi di pabrik, binatang pengganggu dalam pabrik, peralatan produksi, pasokan air, sanitasi dan higiene karyawan, gudang biasa kering, gudang kemasan produk, tindakan pengawasan, bahan mentah dan produk akhir, hasil uji, tindakan pengawasan, sarana pengolahan, penggunaan bahan kimia, bahan penanganan dan pengolahan. Evaluasi dilaksanakan dengan menganalisis hasil penerapan CPMB yang telah dilaksanakan selama 2 tahun terakhir. Untuk menentukan tingkat rating kelayakan sarana produksi pangan berdasarkan penyimpangan deficiencydefect yang ada dengan menggunakan standar BPOM 2002, dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Kriteria Penilaian CPMB Tingkat Rating Jumlah Penyimpangan MN Minor MJ Major SR Serius KT Kritis A Baik Sekali 0 - 6 0 - 5 B Baik 7 6 - 10 1 - 2 atau tb  11 C Kurang tb  11 3 - 4 D Jelek tb tb  5  1 Keterangan : tb = tidak berlaku 15 b Pemahaman karyawan tentang higiene dan sanitasi meliputi pengalaman training, pendidikan terakhir, pemakaian fasilitas kebersihan di pabrik sarung tangan, masker, hairnetpenutup kepala, pengetahuan penggunaan pembersih tangan dan benda-benda yang tidak boleh di bawa kedalam pabrik serta ketentuan apabila terkena penyakit yang mengganggu kinerja perusahaan. Evaluasi kesesuaian penerapan CPMB oleh karyawan akan dianalisis dari hasil penyebaran kuesioner sebanyak 40 buah dan semua pertanyaan disusun dibawah bimbingan supervisor magang Lampiran 8. 4.2.2 Evaluasi sumber-sumber rekontaminasi di area mesin pendinginan dan pengemasan produksi mi instan Evaluasi ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan sanitasi pada peralatan mesin pendinginan maupun mesin pengemasan yang dapat menjamin mutu dan keamanan produk akhir yang dihasilkan. Standar maksimal mikroorganisme yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk mikroba TPC, kapang, khamir adalah 1,0x10 2 CFUmlcm 2 sedangkan untuk E.coli, dan koliform adalah 3 APMml, standar internal ini ditetapkan berdasarkan pengalaman perusahaan data historis dalam memproduksi mi instan. Titik-titik swab yang dilakukan pada area pendinginan dan pengemasan dapat dilihat pada Gambar 2. dan Tabel 3. Pada area mesin pendinginan terdapat bagian alat; chamber, konveyor, rantai ulir dan kipas. Spesifikasi alat cooling conveyor ini adalah : panjang 9,50 m, lebar 1,36 m, tinggi 0,6 m, jumlah kipas angin 6 buah, diameter lubang 0,8 cm dan jarak antar lubang 0,3 cm. Tujuan dari proses ini adalah agar mi yang baru keluar dari proses pengeringan dapat diturunkan suhunya sehingga mencapai suhu sekitar 32 o C sebelum dikemas. Pendinginan berlangsung selama 2-3 menit sehingga mi menjadi lebih keras. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode swab test pada 2 line produksi mi instan masing-masing menggunakan 1 kali pengulangan. Pada area mesin pengemasan terdapat bagian alat; konveyor, seal machine, rantai ulir, keranjang bumbu. Spesifikasi alat conveyor ini adalah : panjang 7,5 m, lebar 1,36 m, tinggi 0,6 m, lebar silender seal 12 mm, jumlah keranjang bumbu 4 buah. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode swab test pada 2 line produksi mi instan masing-masing menggunakan 1 kali pengulangan. Analisis mikrobiologi yang dilakukan meliputi TPC PCA, kapang dan khamir APDA, koliform LSTB dan BGLBB, dimana LSTB digunakan sebagai media pendugaan sedangkan BGLBB digunakan sebagai media peneguhan, dan E.coli LSTB dan ECB, dimana LSTB digunakan sebagai media pendugaan sedangkan ECB digunakan sebagai media peneguhan.

4.2.3 Evaluasi efektivitas sanitasi ruangan pada area pendinginan dan pengemasan primer

Evaluasi ini bertujuan untuk melihat apakah pelaksanaan sanitasi yang selama ini dilakukan perusahaan dalam membersihkan ruangan pengemasan dan pendinginan dapat memenuhi batas maksimal jumlah mikroorganisme yang tidak diinginkan oleh perusahaan, yang dimana standar tersebut sebelumnya telah ditetapkan berdasarkan pengalaman perusahaan dalam memproduksi mi instan dan kesepakatan antara semua karyawan divisi QCQA. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan metode densitas mikroba ruangan dan media yang digunakan adalah Acidified Potato Dextrose Agar APDA untuk menganalisis kapang dan khamir dan PCA Plate Count Agar untuk menganalisis TPC, media yang telah tersedia akan 16 ditempatkan masing-masing 1 pasang APDA dan PCA pada ruangan pendinginan tidak terlalu dekat dengan jarak 0,5 m dari mesin pendinginan dan pengemasan. Titik-titik swab yang dilakukan pada area pendinginan dan pengemasan dapat dilihat pada Gambar 2. dan Tabel 3. Evaluasi efektivitas sanitasi di area pendinginan dan pengemasan seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Area Penelitian Diagram Alir Proses Pembuatan Mi Instan di PT. X Bahan baku tepung terigu Bahan tambahan Air, garam, Ingrediens Pengadukan Pengepresan Pencetakan Pengukusan 100 C Pemotongan Penggorengan 125 C Pendinginan Penambahan bumbu minyak Penerimaan Bahan baku Pengemasan Primer etiket Pengemasan sekunder karton Penggudangan Area yang diteliti 17 Skematik titik pengambilan sampel di area pendinginan dan pengemasan seperti terlihat pada Gambar 2. 0,5 m ---------------7,5 m--------------- --------------------9,5 m--------------------- 0,5 m Gambar 2. Skema titik Pengambilan Sampel di PT. X pada Area Pendinginan dan Pengemasan Keterangan gambar : : Area Pendinginan : Area Pengemasan : Kipas : Konveyor : Sekat antara ruangan : Mesin pengemas : Keranjang bumbu : Peletakan cawan evaluasi sanitasi ruangan pendinginan : : Peletakan cawan evaluasi sanitasi ruangan pengemasan : Dilakukan Swab Tahap penelitian sanitasi peralatan pendinginan dan pengemasan sebagai berikut: Tabel 3. Area Proses dan Jenis Alat yang di Evaluasi Setelah Sanitasi Peralatan Pendinginan dan Pengemasan Area proses dan Jenis Alat Metode Sanitasi Alat Mikroorganisme yang diamati Pendinginan kipas, chamber, rantai ulir, konveyor Udara Pencucian dengan air kemudian dicuci dengan deterjen dan diseka alkohol 70 TPC, kapang-khamir, coliform E-coli Pengemasan konveyor, seal machine, rantai ulir, keranjang bumbu Udara pencucian dengan air kemudian diseka dengan alkohol 70 TPC, kapang-khamir, coliform E-coli A B A B 18

4.2.4 Evaluasi efektivitas higiene karyawan

Evaluasi ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan sanitasi pada kebersihan karyawan yang dapat menjamin mutu dan keamanan produk akhir yang dihasilkan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan metode swab, sebelum metoda swab dilakukan, tangan pekerja dibersihkan dengan sabun cuci tangan dibilas sela-sela jari tangan, kemudian tangan dikeringkan dengan menggunakan mesin pengering, dan tangan yang sudah kering disemprot dengan alkohol 70, selanjutnya dari tangan karyawan yang akan dianalisis adalah TPC, E.coli, koliform dan Staphylococcus aureus . Standar maksimal mikroorganisme yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk TPC, adalah 1,0x10 2 CFUmlcm 2 sedangkan untuk E.coli, dan koliform adalah 3 APMml, standar internal ini ditetapkan berdasarkan pengalaman perusahaan data historis dalam memproduksi mi instan. Sedangkan Staphylococcus aureus pada karyawan diwajibkan 0 nol pada saat memasuki area produksi .

4.2.5 Analisis TPC, kapang dan khamir, E.coli, koliform, Staphylococcus

aureus a. Analisis TPC Pengujian TPC akan dilakukan pengenceran 10 -1 , pertama-tama luas permukaan yang akan dianalisis diswab 5x5 cm dengan menggunakan kapas yang dikaitkan pada lidi yang telah disterilkan sebelumnya, kemudian lidi di masukkan kedalam 10 ml larutan pengencer, kemudian 1 ml dari larutan pengencer tersebut dituangkan ke petridish steril yang kemudian dituangi 20 ml media PCA untuk TPC digoyang-goyang secara merata. Jarak pemasukan media dengan contoh tidak boleh lebih dari 30 menit. Setelah membeku petridish tersebut dibalik dan disimpan dalam inkubator yang bersuhu 35- 37 o C selama 3 hari 3x 24 jam, setelah masa inkubasi maka dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada petridish dengan rumus berikut: Perhitungan jumlah kolonicm 2 : Keterangan: menunjukkan volume larutan buffer fosfat yang digunakan membasahi swab

b. Analisis kapang dan khamir

Pengujian kapang dan khamir akan dilakukan pengenceran 10 -1 , pertama-tama luas permukaan yang akan dianalisis diswab 5x5 cm dengan menggunakan kapas yang dikaitkan pada lidi yang telah disterilkan sebelumnya, kemudian lidi di masukkan kedalam 10 ml larutan pengencer, kemudian 1 ml dari larutan pengencer tersebut dituangkan ke petridish steril yang kemudian dituangi 20 ml media PDA untuk TPC dan 1,4 ml asam tartrat per 100 ml kemudian digoyang-goyang secara merata. Jarak pemasukan media dengan contoh tidak boleh lebih dari 30 menit. Setelah membeku petridish tersebut dibalik dan disimpan dalam inkubator yang bersuhu 35-37 o C selama 3 hari 3x 24 jam, setelah masa inkubasi maka dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada petridish dengan rumus berikut: Jumlah koloni dalam cawan petri x 10 x 1 luas alat yang di swab cm 2 19 Perhitungan jumlah kolonicm 2 : Keterangan: menunjukkan volume larutan buffer fosfat yang digunakan membasahi swab

c. Analisis E.coli