9
Oleh  karena  itu,  kadar  air  dan  suhu  yang  diterapkan  selama  modifikasi  kemungkinan  akan saling berinteraksi dalam mempengaruhi karakteristik pati termodifikasi yang dihasilkan.
Studi yang dilakukan dilakukan oleh Vermeylen  et al. 2006 menunjukkan bahwa pati termodifikasi HMT pada kadar air dan suhu yang lebih tinggi mempunyai suhu gelatinisasi
yang  lebih  tinggi,  kisaran  suhu  gelatinisasi  yang  lebih  lebar,  dan  energi  entalpi  gelatinisasi yang lebih rendah dibendingkan dengan pati termodifikasi HMT pada kadar air dan suhu yang
lebih  rendah.  Selain  itu,  pati  termodifikasi  pada  suhu  dan  kadar  air  yang  lebih  tinggi mempunyai  ukuran  lubang  kekosongan  di  pusat  granula  yang  lebih  besar  dan  integritas
granula pati termodifikasi pada suhu 130
o
C telah hilang sebagian.
4. Pengaruh waktu dan suhu Adanya pengaruh interaksi waktu dan suhu modifikasi HMT terhadap karakteristik
pati termodifikasi jagung dilaporkan oleh Ahmad 2009. Modifikasi yang dilakukan pada suhu pemanasan  110
o
C  selama  6  jam  dapat  menghasilkan  pati  termodifikasi  dengan  karakteristik gelatinisasi tipe C, pati tersebut juga mempunyai kelarutan yang lebih rendah dan kekuatan gel
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pati yang dimodifikasi pada waktu dan suhu yang berbeda.
Studi yang dilakukan oleh Lestari 2009, menunjukkan bahwa tepung jagung yang dimodifikasi  HMT  pada  berbagai  modifikasi  suhu  dan  waktu  yang  berbeda  menghasilkan
tepung  jagung  dengan  karakteristik  gelatinisasi  yang  berbeda.  Tepung  jagung  termodifikasi dengan tipe C yaitu tepung yang mempunyai stabilitas panas dan pengadukan tinggi diperoleh
dengan  kombinasi  suhu  110
o
C  dan  waktu  6  jam.  Selain itu,  tepung tersebut  juga  mempunyai swelling  volume  dan  amylose  leaching  yang  lebih  rendah  bila  dibandingkan  dengan  tepung
yang dimodifikasi pada perlakuan lainnya. Studi yang dilakukan oleh Ahmad 2009 tidak menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan  stabilitas  pati  dengan  meningkatnya  waktu  dan  suhu modifikasi  HMT.  Stabilitas panas  pasta  pati  meningkat  dengan  meningkatnya  waktu  modifikasi  dari  12  jam  menjadi  16
jam,  namun  stabilitas  panas  tersebut  menurun  dengan  meningkatnya  suhu  modifikasi  dari 110
o
C menjadi 120
o
C.
5. Pengaruh pH dan waktu
Menurut Collado dan Corke 1999, pH dan waktu modifikasi HMT mempengaruhi profil  gelatinisasi  pari  ubi  jalar  termodifikasi  yang  dihasilkan.  Pati  ubi  jalar  kandungan
amilosa 15.2 yang dimodifikasi HMT pada pH asal 6.5-6.7 mempunyai viskositas puncak
dan viskositas breakdown yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pati yang dimodifikasi
pada  pH  basa  pH  10  pada  berbagai  waktu  modifikasi  4  jam,  8  jam,  dan  16  jam.  Hal  ini menunjukkan bahwa kestabilan pati yang dimodifikasi pada pH asal terhadap pemanasan dan
pengadukan  lebih  tinggi  bila  dibandingkan  dengan  pati  yang  dimodifikasi  pada  pH  basa. Peningkatan waktu modifikasi dari 4 jam menjadi 8 jam dan 16 jam cenderung meningkatkan
viskositas breakdown pati ubi jalar termodifikasi baik yang termodifikasi pada pH asal maupun pH  basa  atau  dapat  dikatakan  bahwa  peningkatan  waktu  modifikasi  cenderung  menurunkan
kestabilan pati terhadap pemanasan dan pengadukan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati walur yang telah melalui proses  reduksi  kandungan  oksalat.  Bahan-bahan  kimia  yang  digunakan  adalah  akuades,  K
2
SO
4
, HgO,  H
2
SO
4
pekat,  H
3
BO
3,
indikator metil merah-metil  biru,  NaOH-Na
2
S
2
O
3,
HCl  0.02N,  kertas saring  Whatman  no.  42,  kapas,  heksana,  H
2
SO4  0.255N,  NaOH  0.625N,  K
2
SO4  10,  alkohol, HCl  25,  NaOH  25,  larutan  Luff  Schrool,  KI  20,  H
2
SO4  26.5,  Na
2
S
2
O
3
0.1  N,  indikator pati, amilosa standar, NaOH 1N, asam asetat 1 N, larutan iod, dan minyak.
Alat-alat  yang  digunakan  untuk  analisis  antara  lain  neraca  analitik,  Polarized  Light Microscope,  oven,  desikator,  labu  Kjedahl,  alat  destilasi,  cawan  alumunium,  cawan  porselen,
tanur,  kondensor,  labu  soxhlet,  pH-meter,  Whiteness  meter,  Hot  Plate  Magnetic  Stirer, Spektrofotometer,  Differential  Scanning  Calorimetry,  Scanning  Electron  Microscope,  Rapid
Visco-Analyzer,  waterbath,  sentrifuse,  ,  Texture  Analyzer,  refrigerator,  freezer,  dan  alat  gelas lainnya.
B. Metode Penelitian
Penelitian  ini  terdiri  atas  beberapa  tahapan  yaitu  pembuatan  pati  walur,  karakterisasi pati walur, modifikasi pati walur dengan teknik heat moisture treatment HMT, dan karakterisasi
pati walur modifikasi HMT.
1. Pembuatan pati walur
Pembuatan  pati  walur  dilakukan  dengan  mengacu  pada  Purnomo  et  al  2010 dengan  modifikasi.  Pembuatan  pati  walur  dilakukan  dengan  dua  tahap  yaitu  ekstraksi  pati
walur  dan reduksi  kalsium  oksalat.  Langkah  pertama  yang dilakukan  adalah  pengupasan  dan pemarutan  umbi  walur.  Kemudian hasil  parutan  diperas  dengan menggunakan  screw  presser.
Ampas  dan hasil  perasan  dari  screw  presser  kemudian  dicampur kembali  dan  diaduk  dengan kecepatan  200  rpm  selama  15  menit.  Hasil  pengadukan  kemudian  dituang  ke  dalam  wadah
berlapis  kain  saring  disertai  penambahan  air  dan  didiamkan  selama  semalam  untuk mengekstrak  pati  walur.  Endapan  pati  kemudian  diambil  dan  dicampurkan dengan  HCl  1.2N
dengan  perbandingan  pati  dan  HCl  sebesar  1:5.campuran  diaduk  dengan  kecepatan  180  rpm selama  30  menit  untuk  mereduksi  kandungan  HCl  pada  pati  walur.  Setelah  30  menit,
ditambahkan  natrium  bikarbonat  sebanyak  0.6  dari  volume  campuran  dan  pengadukan dilanjutkan  selama  5  menit.  Setelah  lima  menit,  pengadukan  terus  dilanjutkan  dengan
penambahan  NaOH  10  bb  untuk  menetralkan  suspensi  pati.  Suspensi  pati  kemudian diendapkan  selama  semalam,  diambil,  dikeringkan  pada  suhu  60
o
C  selama  semalam,  dan bongkahan  pati  yang  didapat  digiling  kemudian  disaring  dengan  saringan  100  mesh.  Secara
singkat, diagram alir pembuatan pati walur dapat dilihat pada Gambar 1.