19
30 menit. Jumlah volume air yang terpisah setelah siklus freeze-thaw diukur dan dinyatakan dalam  sineresis. Freeze-thaw dilakukan sebanyak 3 siklus.
Sineresis =
Cairan yang dipisahkan g
Bobot pasta pati g
× 100
19. Karakteristik Termal Pelelehan Granula Pati DSC modifikasi dari Maeda dan Morita, 2000
Sebanyak  2-3  mg  sampel  pati  walur  ditimbang hingga  tepat  pada alumunium  pan. Alumunium  pan  lalu  disealed  dengan  menggunakan  SSC-30  Shimadzu  Co.  Ltd.,  Tokyo.
Pengukuran  DSC  dilakukan  dengan  menggunakan  alat  DSC-60.  Pemanasan  dilakukan  mulai dari  suhu  ruang  hingga  suhu  120  °C  dengan  kecepatan  10  °Cmenit.  Alumunium  pan  yang
kosong digunakan sebagai reference.
20. Morfologi Struktur Granula Pati Manuel, 1996
Sampel  pati  sebanyak  2  mg  diletakkan  dalam  circular  aluminium  stubs  yang dilengkapi double sided sticky tape serta dulapisi oleh suatu lapisan tipis 20 nm yang terbuat
dari emas, lalu diperiksa dan difoto dengan SEM JSM 5410LV, JEOL Ltd., Tokyo, Japan pada tegangan 5 kV dengan perbesaran 2000x, 3500x, dan 7500x.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pati Walur Alami
Sifat  bahan  pangan  dalam  bentuk  bubuk  dapat  dilihat  dari  dua  sisi,  yaitu  sebagai partikel dan sebagai kesatuan bulk. Sifat bulk ditentukan oleh karakteristik fisik dan kimia bahan,
ukuran,  bentuk  geometri  bahan,  sifat  permukaan  partikel  bahan,  dan  sistem  secara  keseluruhan Wirakartakusumah  et  al,  1992.  Densitas  kamba  didefinisikan  sebagai  massa  partikel  yang
menempati unit volume tertentu. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa pati walur mempunyai densitas  kamba  sebesar  0.5160  gramml.  Hasil  ini  dipengaruhi  oleh  karakteristik  pati  walur  itu
sendiri. Data densitas kamba ini diperlukan dalam industri pangan terutama untuk memperkirakan kebutuhan ruang dalam hal penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan dalam distribusi bahan.
Terkait dengan hal ini, semakin besar densitas kamba suatu bahan, akan semakin ekonomis bahan tersebut karena memiliki area permukaan yang lebih luas Fennema, 1996. Sementara itu, selama
proses  ekstraksi  pati  dari  umbi  walur,  diketahui  bahwa  rendemen  ekstraksi  pati  walur  berkisar antara 2.86-5.29. Rendemen ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan rendemen pati hasil
ekstraksi  dari  perruvian  carrot  6.91-10.30  Matsuguma  et  al.,  2009,  tiger  nuts  15.3,  ubi jalar 20, dan taro 10 Abo-El-Fetoh et al., 2010. Rendemen yang rendah ini kemungkinan
disebabkan adanya proses reduksi oksalat yang dilakukan dengan perendaman menggunakan asam klorida  konsentrasi  1.2  N.  Perendaman  dengan  asam  klorida  akan  menghidrolisis  pati  walur
menjadi  molekul-molekul  yang  lebih  kecil  sehingga  rendemen  pati  yang  dihasilkan  cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan rendemen pati dari sumber lainnya Herminiati dan Abbas,
2006.  Ini  terlihat  dari  rendemen  pati  walur  sebelum  direduksi  kandungan  oksalatnya  yang berkisar antara  5.76-9.83.  Data rendemen  yang  dihasilkan memiliki rentang  yang  besar  karena
rendemen  pengupasan  yang  bervariasi  diakibatkan  oleh  bentuk  dari  umbi  walur  yang  berlekuk sehingga  sulit  untuk  dikupas  secara  manual  dan  umur  dari  umbi  walur  yang  didapat  sangat
bervariasi  sehingga  kandungan  pati  yang  dihasilkan  juga  bervariasi.  Untuk  selanjutnya  yang dimaksudkan dengan pati walur kontrol atau pati walur alami adalah pati walur yang telah melalui
proses reduksi oksalat. Derajat  putih  pati  walur  alami  terukur  sebesar  45.85  satuan.  Derajat  putih  pati  walur
tercatat  lebih  rendah  dibandingkan  dengan  pati  kelapa  sawit  83.02,  pati  sagu  84.86,  dan pati tapioka 93.53 Ridwansyah et al., 2007. Secara visual, pati walur tampak berwarna coklat
muda.  Pencoklatan  ini  kemungkinan  terjadi  karena  adanya  kandungan  senyawa  fenol  pada  umbi walur.  Pei-Lang et al.  2006  menyatakan  bahwa  pencoklatan  yang  terjadi  pada  pati  sagu  terjadi
karena adanya senyawa fenol dan polifenol oksidase di dalam batang sagu. Dalam  Tabel  4  dapat  dilihat  perbandingan  sifat  fisikokimia  antara  pati  walur  dengan
umbi walur. Tabel 4 menunjukkan bahwa pati walur memiliki kadar air 7,65 bb. Kadar air ini masih berada pada kadar air yang baik, yaitu sekitar 6-16 Moorthy, 2002. Kandungan air pada
bahan  berperan  penting  dalam  menentukan  karakteristik  alir  dan  untuk  menjalankan  fungsi mekanis lainnya. Namun demikian, kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan bahan menjadi
lembab dan mudah ditumbuhi oleh mikroba perusak sehingga daya tahan produk selama disimpan akan berkurang Mboungeng et al, 2008.
Tabel  4  juga  menunjukkan  bahwa  pati  walur  yang  dihasilkan  memiliki  kadar  lemak sebesar 0,10. Kadar lemak ini jauh berkurang dari kadar lemak umbi walur segar yaitu sebesar
3,68.  Hal  ini  disebabkan  oleh  proses  ekstraksi  pati  yang  melibatkan  penyawutan  umbi,