Pembuatan Tablet Ekstrak Etanol Sabut Buah Pinang EESBP Hasil Karakterisasi Ekstrak Etanol Sabut Buah Pinang EESBP Hasil Skrining Fitokimia EESBP

31

3.9.13 Scanning Electron Microscopy

Analisis morfologi selulosa dilakukan menggunakan Scanning Electron Microscopy TM3000 Hitachi di Laboratorium Terpadu MIPA Universitas Sumatera Utara.

3.10 Pembuatan Tablet Ekstrak Etanol Sabut Buah Pinang EESBP

Pembuatan tablet ekstrak etanol sabut buah pinang dilakukan secara cetak langsung dengan bobot tablet 650 mg dan diameter 13 mm. Dibuat dua formula dengan bahan tambahan yaitu selulosa mikrokristal dari sabut buah pinang dan sebagai pembanding digunakan Avicel PH 102. Formula tablet yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 3.3. R EESBP 0, 200 Aerosil 1 Mg. Stearat 1 Talkum 1 Avicel PH 102 SMSBP q.s Tabel 3 .3 Formula tablet EESBP Komposisi F1 F2 EESBP mg 200 200 Aerosil mg 6,5 6,5 Mg. stearat mg 6,5 6,5 Talkum mg 6,5 6,5 SMSBP mg 430,5 - Avicel PH 102 mg - 430,5 keterangan : F1 = formula tablet EESBP dengan bahan pengisi SMSBP F2 = formula tablet EESBP dengan bahan pengisi Avicel PH 102 32

3.11 Uji Preformulasi

Uji preformulasi tablet EESBP meliputi pengujian sudut diam, penetapan waktu alir dan indeks kompresibilitas.

3.11.1 Sudut diam

Tiap formula dituang pelan-pelan lewat corong, sementara bagian bawah corong ditutup, kemudian penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar. Diukur tinggi dan jari-jari kerucut yang terbentuk, kemudian ditentukan sudut diamnya. Granul yang mempunyai daya alir bebas akan mempunyai sudut diam antara 20 o – 40 o Lachman, dkk., 1994. tangen θ = 2h D keterangan: h = tinggi kerucut, D = diameter 3.11.2 Penetapan waktu alir Granul yang akan dicetak dimasukkan kedalam corong alir, lalu dialirkan hingga seluruh granul mengalir. Waktu alir ditentukan hingga seluruh formula mengalir keluar. Syarat waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 detik. 3.11.3 Penetapan indeks kompresibilitas Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml dan diukur volume awalnya V1, lalu dihentakkan sehingga volume akhirnya V2 konstan. Indeks tap dihitung dengan rumus: Carstensen, 1977. I = V1-V2 V1 x 100 dimana : VI = volume sebelum hentakan, V2 = volume setelah hentakan Syarat: I ≤ 20 33 3.12 Evaluasi Tablet 3.12.1 Pemeriksaan keseragaman bobot tablet Dimasukkan 20 tablet dan dibersihkan dari debu kemudian ditimbang. Dihitung bobot rata-rata tiap tablet, kemudian ditimbang satu persatu dan diambil 3 berat tablet yang berdeviasi tinggi Ditjen POM, 1979. Deviasi = bobot tablet - bobot rata-rata bobot rata-rata x 100 Persyaratan keseragaman bobot tablet dapat dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini: Tabel 3.4 Persyaratan keseragaman bobot tablet Bobot rata-rata Penyimpangan A B 25 mg atau kurang 26 mg sd 150 mg 151 mg sd 300 mg Lebih dari 300 mg 15 10 7,5 5 30 20 15 10 Persyaratan tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang diterapkan pada kolom A dan tidak boleh 1 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom B Ditjen POM, 1979.

3.12.2 Pemeriksaan friabilitas tablet

Sebanyak 20 tablet ditimbang, misalkan beratnya ”a” gram, dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu tekan tombolnya sehingga alat berputar selama 4 menit 100 kali putaran. Tablet dikeluarkan, dibersihkan dari debu dan ditimbang beratnya, misalnya ”b” gram. Friabilitas tablet dapat dihitung dengan rumus : F = a b x 100 34

3.12.3 Uji kekerasan tablet

Alat yang digunakan adalah Strong Cobb Hardness Tester Copley. Sebuah tablet diletakkan ditengah besi penahan, kemudian alat dijalankan sehingga besi penahan menekan tablet. Kekerasan tablet dapat dilihat pada skala yang muncul di monitor. Pemeriksaan kekerasan tablet dilakukan sebanyak lima tablet dan dihitung rata-ratanya Parrot, 1971.

3.12.4 Uji waktu hancur tablet

Alat yang digunakan adalah Disintegration Tester Copley. Pengujian dilakukan terhadap enam tablet. Satu buah tablet dimasukkan ke dalam masing-masing tabung dari keranjang. Dimasukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Digunakan air bersuhu 37 o C ± 2 o C sebagai media, kemudian alat dijalankan. Waktu hancur tablet dicatat yaitu sejak tablet dinaikturunkan sampai tablet hancur. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal dikasa. Syarat waktu hancur tablet yaitu tidak boleh lebih dari 15 menit Ditjen POM, 1995. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI adalah tumbuhan pinang Areca catechu L. dari suku Arecaceae. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 53. Penyarian terhadap sabut buah pinang dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 80, dimana diharapkan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya dapat tersari. Hasil pengumpulan sampel sebanyak 10 kg menghasilkan 1,2 kg simplisia dan dari 1 kg simplisia diperoleh ekstrak etanol sebanyak 85 gram. Rendemen yang didapat sebesar 8,5.

4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak Etanol Sabut Buah Pinang EESBP

Hasil pemeriksaan karakterisasi EESBP dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil karakterisasi EESBP No Karakterisasi ekstrak Hasil 1 Kadar air 9,30 2 Kadar sari yang larut dalam air 41,79 3 Kadar sari yang larut dalam etanol 42,14 4 Kadar abu total 5,39 5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 2,06 Penetapan kadar air dilakukan untuk memberi batasan atau rentang besarnya kandungan air di dalam ekstrak, karena apabila tingginya kandungan air dapat menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat cemaran bakteri dan bahan 36 aktifnya penguraian secara kimia. Penetapan kadar sari larut dalam air dan etanol untuk mengetahui banyaknya senyawa polar yang larut dalam air dan etanol. Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa anorganik dalam simplisia, misalnya logam K, Ca, Na, Pb, Hg dan silika Ditjen POM, 2000.

4.2 Hasil Skrining Fitokimia EESBP

Hasil skrining fitokimia terhadap EESBP diperoleh golongan senyawa kimia seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia dari EESBP No Golongan Senyawa Hasil 1. Alkaloid - 2. Flavonoid + 3. SteroidTriterpenoid - 4. Tanin - 5. Glikosida + 6. Saponin - keterangan: + : mengandung senyawa, -: tidak mengandung senyawa Penentuan golongan senyawa kimia terhadap EESBP dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya. EESBP yang ditambah dengan pereaksi Dragendorff tidak memberikan endapan warna jingga kecoklatan, dengan pereaksi Bouchardat tidak memberikan endapan warna kuning kecoklatan dan dengan pereaksi Mayer tidak terbentuk endapan putih dan kekeruhan, ini menunjukkan bahwa tidak adanya senyawa alkaloid Depkes RI, 1995. Flavonoid ditentukan dengan penambahan serbuk Mg dan HCL 2 N, memberikan warna kuning pada lapisan amil alkohol yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid pada EESBP Farnsworth, 1966. 37 Penambahan Liebermann-Burchard tidak memberikan warna merah atau ungu dan biru yang menunjukkan tidak adanya senyawa steroidtriterpenoid Harborne, 1987, sedangkan skrining pada senyawa tanin dengan penambahan FeCl 3 tidak memberikan warna biru kehitaman. Pemeriksaan tanin dinyatakan positif jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman Farnsworth,1966. Skrining senyawa glikosida ditunjukkan dengan penambahan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat dimana terbentuk cincin ungu. Pereaksi Molish merupakan pereaksi umum yang digunakan untuk identifikasi karbohidrat, dalam hal ini adalah gula. Skrining senyawa saponin tidak menghasilkan busa yang stabil, ini menunjukkan bahwa EESBP tidak mengandung saponin Depkes RI,1995. Ekstrak etanol sabut buah pinang mengandung senyawa flavonoid yang dapat dimanfaatkan sebagai antidiare. Flavonoid sebagai antidiare bekerja dengan cara menghambat motilitas usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi cairan dan elektrolit Di Carlo, dkk., 1993. Aktivitas flavonoid yang lain juga dapat menghambat pelepasan asetikolin di saluran cerna, sehingga akan menyebabkan berkurangnya aktivasi reseptor asetikolin nikotinik yang memperantarai terjadinya kontraksi otot polos dan teraktivasinya reseptor aseptor muskarinik khususnya Ach-M 3 yang mengatur motilitas gastrointestinal dan kontraksi otot polos Ikawati, 2008.

4.3 Hasil Pembuatan Selulosa Mikrokristal Sabut Buah Pinang SMSBP