Sistem Distribusi Optimalisasi distribusi buah pepaya di sub terminal agribisnis rancamaya Kota Bogor Jawa Barat

10 Pepaya california merupakan nama dagang dari varietas pepaya IPB 9. Bobot pepaya california sekitar 0,6 – 2,0 kilogram. Bentuk buah silindris dengan pangkal buah yang agak menjorok ke dalam. Kulit buah berwarna hijau terang bertekstur halus. Daging buah berwarna jingga kemerahan dan bertekstur keras dengan rasa yang cukup manis. Pepaya california berbunga pada umur empat bulan setelah bibit dipindahkan ke lahan, sedangkan buahnya dapat dipanen pada umur 180 hari setelah berbunga. Penampilan tekstur kulit buahnya yang halus sangat menggugah selera dan tergolong pepaya favorit konsumen di kelasnya Sobir 2009. Pepaya bangkok bukan tanaman asli Indonesia. Jenis pepaya ini didatangkan dari Thailand sekitar tahun 70-an. Pepaya bangkok diunggulkan karena ukurannya paling besar dibanding jenis pepaya lainnya. Beratnya dapat mencapai 3,5 kilogram per buahnya. Selain ukuran, keunggulan lainnya ialah rasa dan ketahanan buah. Daging buahnya berwarna jingga kemerahan, rasanya manis segar dan teksturnya keras sehingga tahan dalam pengangkutan Suprapti 2009. Pepaya hawaii adalah pepaya yang berasal dari Kepulauan Hawaii. Pepaya tersebut merupakan suatu jenis pepaya solo. Pepaya solo berarti pepaya yang habis dimakan oleh satu orang. Sifat khas varietas ini adalah ukuran buahnya kecil dan bentuknya mirip buah alpukat berleher. Berat buah antara 0,4 – 1 kilogram per buah. Konsumen lebih menyukai buah pepaya jenis ini dengan berat 0,5 kilogram. Daging buah berwarna kuning, namun ada pula yang berwarna merah. Varietas pepaya ini termasuk varietas pepaya yang tahan angkut Kalie 2008.

2.2. Sistem Distribusi

Faktor yang menyebabkan sistem distribusi di Indonesia kurang efisien adalah belum memadainya sarana dan prasarana transportasi. Jaringan distribusi yang belum mapan selama ini menyebabkan tersendatnya aliran produk, sehingga sering terjadi kelangkaan penyediaan barang di beberapa pasar. Belum mapannya jaringan distribusi, ditambah dengan rentannya sektor jasa transportasi dari pengaruh ekonomi makro serta iklim seperti harga bahan bakar atau bencana alam, secara tidak langsung akan berdampak pada kegiatan distribusi Rizki 2005. 11 Sebagian besar produsen memanfaatkan pedagang perantara untuk memasarkan produk mereka. Pada umumnya alasan utama dalam penggunaan perantara tersebut adalah karena perantara dapat membantu meningkatkan efisiensi distribusi Swastha 2005. Salah satu cara untuk menunjukkan efisiensi tersebut adalah dengan diagram saluran seperti yang terlihat pada Gambar 1. Gambar 1 . Penggunaan Perantara untuk Meningkatkan Efisiensi Sumber: Swastha 2005 Pada bagian A, produsen tidak menggunakan perantara sebagai penyalur. Dalam hal ini produsen harus melakukan kontak penjualan lebih banyak, yaitu sebanyak empat puluh hubungan, ini terjadi antara empat produsen dengan sepuluh pembeli jumlah transaksi dari produsen ke pembeli = 4x10 = 40. Sementara itu pada bagian B, dengan jumlah produsen dan pembeli sama seperti pada kondisi A, terlihat bahwa penggunaan perantara dapat meningkatkan efisiensi ditribusi. Keberadaan perantara membuat kontak penjualan yang terjadi antara produsen dengan pembeli akhir hanya sebanyak empat belas transaksi jumlah transaksi = dari produsen ke perantara + dari perantara ke pembeli = 4+10 = 14. Jadi dengan memasukkan perantara ke dalam saluran distribusi akan mengurangi jumlah pekerjaan yang harus dilakukan. Beberapa perusahaan mendistribusikan produknya secara langsung tanpa perantara, namun lebih banyak perusahaan yang menggunakan perantara dalam mendistribusikan produknya. Sejumlah biaya diperlukan dalam melaksanakan kegiatan pendistribusian produk. Oleh karena itu dalam melakukan proses distribusi perlu adanya pemilihan pola distribusi yang optimal agar biaya yang dikeluarkan tidak membengkak. Beberapa penelitian mengenai optimalisasi distribusi pada suatu perusahaan berkesimpulan bahwa ada perusahaan yang telah Produsen Perantara Pembeli Akhir A B 12 dapat mengoptimalkan distribusi produknya, namun ada pula perusahaan yang belum optimal dalam menjalankan kegiatan distribusi. Faktor yang mendukung dapat dijalankannya distribusi secara optimal adalah dapat terpenuhinya permintaan serta tidak ada kelebihan penawaran maupun permintaan Pranata 2007. Tidak semua perusahaan dapat melakukan kegiatan distribusi secara optimal. Terjadi penyimpangan antara distribusi aktual dan komposisi distribusi optimal sebesar 16,6 persen pada kegiatan distribusi produk sarimi oleh PT. Sari Indo Prakarsa di wilayah Bogor dan Depok. Penyimpangan tersebut mencerminkan biaya yang dapat dihemat yakni sebesar Rp 17.104.091,00 Rustiani 2006. Sementara itu, terjadi inefisiensi biaya distribusi sebesar Rp 809.127.911,00 pada distribusi pemasaran ikan mas hidup dari waduk Cirata Handiyani 2007.

2.3. Pemasaran Buah-buahan