12
dapat mengoptimalkan distribusi produknya, namun ada pula perusahaan yang belum optimal dalam menjalankan kegiatan distribusi. Faktor yang mendukung
dapat dijalankannya distribusi secara optimal adalah dapat terpenuhinya permintaan serta tidak ada kelebihan penawaran maupun permintaan Pranata
2007. Tidak semua perusahaan dapat melakukan kegiatan distribusi secara
optimal. Terjadi penyimpangan antara distribusi aktual dan komposisi distribusi optimal sebesar 16,6 persen pada kegiatan distribusi produk sarimi oleh PT. Sari
Indo Prakarsa di wilayah Bogor dan Depok. Penyimpangan tersebut
mencerminkan biaya yang dapat dihemat yakni sebesar Rp 17.104.091,00 Rustiani 2006. Sementara itu, terjadi inefisiensi biaya distribusi sebesar Rp
809.127.911,00 pada distribusi pemasaran ikan mas hidup dari waduk Cirata Handiyani 2007.
2.3. Pemasaran Buah-buahan
Subsektor hortikultura memegang peranan penting dalam pertanian Indonesia secara umum. Komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan dan
sayuran merupakan bahan pangan sumber vitamin dan protein nabati yang esensial bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Dalam hal perolehan
devisa negara, subsektor ini sudah menunjukkan prestasinya. Peluang pasar domestik hortikultura masih sangat terbuka. Jumlah
penduduk Indonesia yang lebih dari 230 juta jiwa merupakan potensi pasar domestik yang sangat terbuka lebar. Prospek pasar yang cukup bagus tersebut
perlu didukung dengan berbagai sarana yang memadai, termasuk dalam kegiatan transportasi atau pendistribusian yang efisien dan efektif. Struktur pemasaran
buah-buahan nasional dapat ditunjukkan melalui bagan pada Gambar 2. Keberadaan lokasi usahatani buah-buahan yang terpencar dan umumnya
petani berusaha dengan skala kecil, serta karakteristik produk yang membutuhkan penanganan pasca panen yang lebih intensif, menyebabkan pemasaran selama ini
belum efisien. Perlu adanya terobosan agar terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam hal sarana transportasi pedesaan yang tepat untuk mengumpulkan dan
mengangkut buah-buahan di sentra produksi. Lokasi pasar yang sulit dijangkau dari tempat produksi, menyebabkan permintaan konsumen tidak dapat terpenuhi.
13
Di samping itu posisi tawar petani yang lemah terhadap harga dikarenakan sifat produk buah-buahan yang mudah rusak, akibatnya buah terpaksa dijual berapapun
sesuai harga yang berlaku. Hal tersebut akan berdampak pula pada pendapatan usahatani para petani buah Laksmana 2010.
Gambar 2. Struktur Pemasaran Buah-buahan Nasional
Sumber: Gonarsyah 1998
Pada pemasaran buah-buahan, terkadang tercipta
jumlah saluran pemasaran yang cukup banyak, dengan banyak pula pelaku yang terlibat di
dalamnya. Oleh karena itu perlu dicermati saluran mana yang paling efisien untuk menyalurkan produk pada konsumen. Saluran pemasaran yang paling efisien
adalah saluran yang menghasilkan rasio BC dan farmer share yang paling besar dibandingkan saluran yang lain. Selain itu efisiensi sebuah saluran pemasaran juga
dapat dilihat dari jumlah produk yang melalui saluran pemasaran tersebut Sumardi 2009.
Fenomena pemasaran antara satu jenis buah dengan jenis buah yang lain tentu berbeda-beda. Pemasaran buah mangga di daerah Indramayu dilakukan
dengan dua cara yakni sistem tebasan dan non tebasan. Berdasarkan analisis RC rasio, petani non tebasan lebih menguntungkan dibandingkan petani tebasan.
Panen dengan tebasan ini dilakukan sepenuhnya oleh tengkulak dan tidak melibatkan petani, dengan demikian penjualan secara tebasan umumnya
SUMBERDAYA
Lahan, Tenaga Kerja, Modal
PRODUKSI PRIMER
mangga, nenas, jeruk, sawo, pepaya, durian, salak, dsb
KEGIATAN PENGOLAHAN
mangga, nenas, jeruk, sawo, pepaya, durian, dsb
PERMINTAAN DOMESTIK
Buah-buahan segar dan olahan domestik dan impor
KEGIATAN IMPOR
Anggur, Pear, Kiwi, Apel, Leci, dsb
segar dan olahan
PASAR INTERNASIONAL
Buah-buahan Segar dan Olahan
KEGIATAN EKSPOR
mangga, nenas, jeruk, sawo, pepaya, durian,
salak, dsb
14
merugikan petani karena sering terjadi kuantitas panen lebih tinggi dari pada kuantitas taksiran. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sistem tebasan
adalah dikarenakan petani membutuhkan uang dengan cepat, adanya risiko pencurian, dan dirasa merepotkan jika petani menjual sendiri produknya
Yulizarman 1999.
2.4. Sub Terminal Agribisnis