Analisis Penyimpangan Biaya Distribusi Buah Pepaya pada Kondisi Aktual dan Optimal

67 allowable decrease pada masing-masing kendala permintaan dari konsumen K1, K2, K3 dan K4 masing-masing adalah 215, 215, 42 dan 108. Hal tersebut berarti jumlah permintaan minimal dari masing-masing konsumen yang diperbolehkan sehingga tidak merubah nilai dual price adalah sebanyak 9.415 kilogram dari konsumen K1, 335 kilogram dari konsumen K2, 174 kilogram dari konsumen K3, dan nol kilogram atau tidak ada permintaan dari konsumen K4. Dummy sources menunjukkan jumlah permintaan buah pepaya california yang tidak dapat dipenuhi. Nilai allowable increase pada dummy suorces sebesar 215 dan allowable decrease sebesar nol, berarti bahwa kisaran jumlah kelebihan permintaan yang tidak merubah nilai dual price dari dummy sources adalah berkisar antara 727 kilogram sampai 942 kilogram. Terdapat dua kendala yang paling peka terhadap perubahan yakni kendala penawaran dari P3 dan kendala permintaan dari K3. Hal tersebut tercermin dari nilai selang kepekaannya yang kecil yakni senilai 42. Jadi range penawaran buah pepaya california dari pemasok P3 berkisar antara 174 kilogram sampai 216 kilogram, sedangkan range permintaan dari konsumen K3 juga berkisar antara 174 kilogram sampai 216 kilogram.

6.3.4. Analisis Penyimpangan Biaya Distribusi Buah Pepaya pada Kondisi Aktual dan Optimal

Terdapat perbedaan atau penyimpangan antara jumlah alokasi buah pepaya secara aktual dengan alokasi buah pepaya yang optimal. Penyimpangan tersebut berdampak pada total biaya yang harus dikeluarkan. Seperti yang terlihat pada Tabel 30 dan Tabel 31, terdapat perbedaan jumlah alokasi buah pepaya dari masing-masing pemasok menuju masing-masing konsumen di antara distribusi aktual dan optimal. Pada komposisi distribusi aktual, total biaya transportasi adalah sebesar Rp 5.415.202,00 sedangkan pada komposisi distribusi optimal, total biaya transportasi adalah sebesar 5.403.835,00. Terdapat perbedaan biaya transportasi sebesar Rp 11.367,00. Perbedaan total biaya transportasi ini terjadi karena adanya perbedaan alokasi buah pepaya saat kondisi optimal dengan kondisi aktual. Pada kondisi optimal, alokasi distribusi buah pepaya lebih diutamakan dahulu melalui jalur tranportasi dengan biaya transportasi yang lebih murah, sehingga biaya dapat 68 diminimalkan. Seperti yang terjadi pada alokasi distribusi optimal buah pepaya california, total biaya transportasinya lebih murah Rp 35.815,00 dibandingkan dengan kondisi aktualnya. Sementara itu, total biaya transportasi buah pepaya bangkok pada kondisi optimal lebih mahal Rp 24.448,00 dibandingkan pada saat kondisi aktual. Hal tersebut dikarenakan jumlah buah pepaya bangkok yang didistribusikan saat kondisi optimal lebih banyak dibandingkan saat kondisi aktual. Pada keadaan optimal, jumlah buah pepaya bangkok yang didistribusikan lebih banyak agar pemenuhan permintaan konsumen lebih optimal. Walaupun demikian, pada kondisi optimal total biaya transportasi buah pepaya secara keseluruhan lebih murah dibandingkan dengan kondisi aktual. Tabel 30 . Alokasi dan Biaya Transportasi Buah Pepaya pada Komposisi Aktual, Bulan April 2011 Variabel Pepaya Bangkok Pepaya California Jumlah Biaya Jumlah Biaya x11 7.500 kg Rp 2.235.000,00 1.946 kg Rp 579.908,00 x12 0 kg Rp - 234 kg Rp 96.408,00 x13 0 kg Rp - 26 kg Rp 9.438,00 x14 65 kg Rp 23.595,00 105 kg Rp 38.115,00 x21 800 kg Rp 191.200,00 6.602 kg Rp 1.577.878,00 x22 0 kg Rp - 0 kg Rp - x23 0 kg Rp - 0 kg Rp - x24 0 kg Rp - 0 kg Rp - x31 0 kg Rp - 0 kg Rp - x32 0 kg Rp - 0 kg Rp - x33 480 kg Rp 145.920,00 174 kg Rp 52.896,00 x34 335 kg Rp 101.840,00 0 kg Rp - x41 100 kg Rp 29.800,00 384 kg Rp 114.432,00 x42 225 kg Rp 92.700,00 306 kg Rp 126.072,00 x43 0 kg Rp - 0 kg Rp - x44 0 kg Rp - 0 kg Rp - Total 9.505 kg Rp 2.820.055,00 9.777 kg Rp 2.595.147,00 Total biaya transportasi aktual Rp 5.415.202,00 69 Tabel 31 . Alokasi dan Biaya Transportasi Buah Pepaya pada Kondisi Optimal Variabel Pepaya Bangkok Pepaya California Jumlah Biaya Jumlah Biaya x11 7.500 kg Rp 2.235.000,00 1.946 kg Rp 579.908,00 x12 114 kg Rp 46.968,00 215 kg Rp 88.580,00 x13 0 kg Rp - 42 kg Rp 15.246,00 x14 0 kg Rp - 108 kg Rp 39.204,00 x21 558 kg Rp 133.362,00 6.602 kg Rp 1.577.878,00 x22 0 kg Rp - 0 kg Rp - x23 242 kg Rp 73.568,00 0 kg Rp - x24 0 kg Rp - 0 kg Rp - x31 0 kg Rp - 0 kg Rp - x32 121 kg Rp 42.713,00 0 kg Rp - x33 262 kg Rp 79.648,00 174 kg Rp 52.896,00 x34 432 kg Rp 131.328,00 0 kg Rp - x41 342 kg Rp 101.916,00 690 kg Rp 205.620,00 x42 0 kg Rp - 0 kg Rp - x43 0 kg Rp - 0 kg Rp - x44 0 kg Rp - 0 kg Rp - Total 9.571 kg Rp 2.844.503,00 9.777 kg Rp 2.559.332,00 Total biaya transportasi optimal Rp 5.403.835,00 Perbedaan biaya transportasi sebesar Rp 11.367,00 menandakan bahwa alokasi aktual buah pepaya dari masing-masing pemasok menuju masing-masing konsumen telah mendekati komposisi distribusi optimal, namun sebaiknya dalam melihat optimalisasi distribusi pada kasus ini juga dianalisis dari sisi nilai penjualan yang terjadi. Pada kasus ini terdapat pula perbedaan jumlah penerimaan yang diperoleh dari nilai penjualan buah pepaya antara kondisi aktual dengan kondisi optimal. Total nilai penjualan yang dapat diperoleh saat kondisi optimal adalah sebesar Rp 94.347.800,00 Tabel 32, sedangkan pada kondisi aktual, nilai penjualan hanya sebesar Rp 81.216.500,00. Perbedaan jumlah nilai penjualan antara kondisi aktual dengan kondisi optimal adalah sebesar Rp 13.131.300,00. Perbedaan yang cukup besar tersebut terjadi karena pada kondisi aktual seringkali terjadi retur atau pengembalian produk terutama pengembalian produk dari konsumen K1 yakni PT. Hero Supermarket. Pengembalian produk tersebut menyebabkan nilai penjualan aktual menjadi lebih kecil. Oleh karena itu agar nilai penjualan lebih optimal, kualitas produk harus lebih diperbaiki agar pengembalian produk dapat diminimalisir. 70 Tabel 32 . Nilai Penjualan Buah Pepaya pada Kondisi Optimal Konsumen Jumlah pemenuhan optimal Nilai Penjualan optimal Pepaya Bangkok Grade A Pepaya California Grade A Pepaya Bangkok Grade B Pepaya California Grade B K1 8.400 kg 9.238 kg 0 kg 0 kg Rp 89.028.000,00 K2 0 kg 0 kg 235 kg 215 kg Rp 1.565.000,00 K3 0 kg 0 kg 504 kg 216 kg Rp 2.167.200,00 K4 0 kg 0 kg 432 kg 108 kg Rp 1.587.600,00 Total Rp 94.347.800,00 Adanya perbedaan total biaya transportasi dan nilai penjualan buah pepaya pada kondisi aktual dan pada kondisi optimal akan mempengaruhi struktur biaya distribusi buah pepaya. Total biaya distribusi pada kondisi optimal adalah sebesar Rp 74.074.635,00. Jika dibandingkan antara total biaya distribusi pada keadaan aktual dan keadaan optimal terdapat perbedaan yang menunjukkan jumlah biaya yang dapat dihemat, yakni sebesar Rp 11.367,00. Berdasarkan data mengenai total biaya dan nilai penujalan buah pepaya pada kondisi optimal, maka dapat pula dilakukan analisis laba rugi untuk mengetahui berapa besar keuntungan atau kerugian yang dialami setelah dilakukan optimalisasi distribusi. Analisis laba rugi distribusi buah pepaya pada kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 33. Pada kondisi optimal, dengan nilai penjualan yang lebih besar dan total biaya distribusi yang lebih kecil maka laba yang diperoleh baik laba kotor maupun laba bersih akan lebih besar dibandingkan saat kondisi aktual. Laba kotor pada kondisi optimal adalah sebesar Rp 33.598.200,00 dan laba bersih pada kondisi optimal adalah sebesar Rp 20.273.165,00. Dengan demikian maka pada kondisi optimal, proporsi biaya transportasi terhadap laba kotor menjadi 16 persen. Terjadi penurunan proporsi biaya distribusi dibandingkan saat kondisi aktual sebesar 10 persen. Adanya peningkatan keuntungan dan penurunan total biaya distribusi walaupun tidak banyak, menunjukkan bahwa STA harus lebih memperhatikan alokasi produk sebaik-baiknya dengan juga memperhatikan kualitas produk dan sumberdaya manusia yang menanganinya. Hal tersebut akan berpengaruh pada optimalisasi buah pepaya yang dilakukan oleh STA Rancamaya. 71 Tabel 33. Analisis Laba Rugi Distribusi Buah Pepaya pada Kondisi Optimal Analisis Laba Rugi Distribusi Buah Pepaya pada Kondisi Optimal nilai penjualan pada kondisi optimal Rp 94.347.800,00 biaya pembelian Rp 60.749.600,00 biaya pengemasan Rp 3.960.000,00 biaya penyusutan Rp 161.200,00 biaya administrasi umum Rp 3.500.000,00 biaya pemasaran Rp 300.000,00 biaya transportasi Rp 5.403.835,00 total biaya distribusi Rp 74.074.635,00 laba kotor nilai penjualan-biaya pembelian Rp 33.598.200,00 laba bersih nilai penjualan-total biaya distribusi Rp 20.273.165,00 72 VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Pola distribusi buah pepaya pada STA Rancamaya sudah cukup tertata dengan baik. Diawali dengan diterimanya order dari masing-masing konsumen hingga buah pepaya didistribusikan kepada masing-masing konsumen, namun dalam kegiatan distribusi aktual, cukup sering terjadi retur atau tidak diterimanya produk oleh PT. Hero Supermarket. 2. Komponen biaya tertinggi dalam struktur biaya distribusi di luar biaya pembelian buah adalah biaya transportasi buah sebesar 7,31 persen. Kemudian jika dilihat proporsi biaya transportasi terhadap laba kotor yang diperoleh adalah sebesar 26 persen. 3. Perbedaan biaya transportasi yang tidak terlalu besar menandakan bahwa alokasi aktual buah pepaya dari masing-masing pemasok menuju masing- masing konsumen telah mendekati komposisi distribusi optimal.

7.2. Saran

Beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan untuk mencapai distribusi buah pepaya yang optimal pada STA Rancamaya, antara lain: 1. Petugas STA sebaiknya lebih berhati-hati dalam melakukan proses transportasi buah pepaya karena terkait dengan karakteristik buah pepaya yang mudah rusak, dan lebih jeli dalam melakukan penyortiran produk, terutama untuk buah pepaya yang akan dikirim menuju PT. Hero Supermarket agar jumlah produk yang diretur dapat diminimalisir. Upaya mengurangi produk yang ditolak dapat juga dilakukan dengan cara penyuluhan terhadap petani pemasok agar dapat menghasilkan buah pepaya dengan kualitas yang sesuai dengan pasar. 2. Sebaiknya penggunaan kapasitas kendaraan lebih dioptimalkan, agar biaya transportasi per kilogram buah pepaya dapat lebih diminimalkan. Pengoptimalan kapasitas kendaraan dapat diusahakan melalui pencarian pasar baru yang tentunya diimbangi dengan penambahan pasokan buah dari para petani.