Optimalisasi Produksi Obat Tradisional pada Taman SYIFA di Kota Bogor, Jawa Barat

(1)

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA

TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

Oleh :

NUR HAYATI ZAENAL A14104112

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(2)

RINGKASAN

NUR HAYATI ZAENAL. Optimalisasi Produksi Obat Tradisional pada Taman SYIFA di Kota Bogor, Jawa Barat. Di bawah bimbingan RATNA WINANDI.

Indonesia kaya akan sumberdaya hayati dan merupakan salah satu negara megabiodiversity terbesar di dunia. Indonesia menduduki urutan kedua setelah Brazil yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Indonesia juga dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat (herbal) sehingga mendapat julukan live laboratory.

Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam membawa perubahan pada pola konsumsi obat ke obat-obatan yang terbuat dari bahan alami. Berdasarkan data WHO tahun 2007, sekitar 80 persen penduduk dunia dalam perawatan kesehatannya memanfaatkan obat tradisional yang berasal dari ekstrak tumbuhan. Meningkatnya kebutuhan akan obat tradisional tersebut merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan budidaya dan agribisnis tumbuhan obat, maupun industri pengolahannya dengan skala yang cukup besar. Saat ini produksi obat tradisional dan fitofarmaka berkembang dengan pesat, sehingga kebutuhan tumbuhan obat untuk bahan baku industri tersebut juga meningkat tajam. Namun sebagian bahan baku obat dari herbal tersebut masih belum banyak dibudidayakan dan pengembangan teknologi budidayanya masih terbatas.

Fluktuasi produksi tanaman dapat menghambat kontinuitas ketersediaan bahan baku sehingga dapat menghambat kegiatan produksi dari pelaku bisnis obat tradisional. Fluktuasi harga tanaman obat dapat mempengaruhi laba kotor yang diterima oleh industri tersebut. Industri yang bergerak dalam pengolahan tanaman obat menjadi obat tradisional ada dua macam, yaitu Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dan Industri Obat Tradisional (IOT). IOT adalah idustri obat tradisional yang memiliki total aset lebih dari Rp 600 juta tanpa memperhitungkan tanah dan bangunan yang dimiliki. IKOT adalah industri obat tradsional yang memiliki total aset kurang dari Rp 600 juta tanpa memperhitungkan tanah dan bangunan yang dimiliki.

Taman SYIFA didirikan dengan modal swadaya sehingga kegiatan produksi dibatasi oleh ketersediaan modal yang dimiliki. Taman SYIFA seperti industri kecil lainnya belum memiliki perencanaan dalam proses produksinya. Taman SYIFA memperoleh bahan baku produksi dengan membeli di pasar yang berada di daerah Bogor. Fluktuasi harga bahan baku untuk memproduksi obat tradisional secara langsung berdampak terhadap kegiatan produksi Taman SYIFA. Selain itu, ketersediaan bahan baku di pasar juga berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Tenaga kerja yang dimiliki Taman SYIFA masih terbatas dengan tenaga kerja dibagian produksi berjumlah dua orang. Kendala lain yang dihadapi Taman SYIFA adalah peralatan produksi yang dimiliki masih terbatas. Oleh karena itu, Taman SYIFA memerlukan perencanaan produksi agar sumberdaya yang dimiliki dapat digunakan dengan efisien dan efektif.

Tujan penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi input-ouput obat tradisional pada Taman SYIFA yang dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum dan menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan penjualan terhadap produksi, sumberdaya, dan keuntungan yang


(3)

diperoleh Taman SYIFA. Taman SYIFA yang berlokasi di KPP IPB Baranangsiang IV, B-69 Tanah Baru Bogor. Taman SYIFA menjadi lokasi penelitian karena merupakan salah satu produsen obat tradisional pendatang baru. Penelitian dilaksanakan dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret-April 2008.

Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif yaitu data yang diperoleh secara manual diatabulasikan berdasarkan aktivitas-aktivitas dan dimasukkan ke dalam program linear. Aktivitas-aktivitas tersebut disusun menjadi fungsi tujuan dan fungsi kendala yang selanjutnya diolah dengan software LINDO (Linear Interactive Descrete Optimizer). Hasil program linear selanjutnya dianalisis dengan empat analisis, yaitu analisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas, dan analisis post optimalitas.

Obat tradisional yang diproduksi Taman SYIFA berdasarkan hasil penelitian diperoleh pada kondisi aktual belum optimal. Tingkat produksi pada kondisi aktual sebesar 6857 bungkus, sedangkan pada kondisi optimal sebesar 9358,46 bungkus. Jika Taman SYIFA berproduksi pada kondisi optimalnya, maka laba kotor yang diterima meningkat sebesar 56,12 persen atau meningkat dari Rp 13.262.999,76 menjadi Rp 20.706.067,87.

Hasil analisis optimalisasi produksi menunjukkan bahwa sumberdaya yang masih berlebih pada kondisi optimal adalah bahan baku, jam tenaga kerja bagian produksi, dan jam kerja mesin. Kelebihan masing-masing sumberdaya tersebut adalah 200,82 kg, 133,66 jam, dan 1057 jam. Sumberdaya yang paling inefisiensi adalah jam kerja mesin sebesar 91,75 persen. Kendala bahan baku yang habis terpakai dan merupakan pembatas adalah minyak tanah. Kendala permintaan pasar selain instan mengkudu merupakan kendala pembatas karena memiliki nilai slack/surplus 0 dan nilai dual price lebih dari nol. Sehingga peningkatan permintaan pasar obat tradisional tersebut sebesar satu bungkus akan meningkatkan laba kotor sebesar nilai dual price-nya.

Hasil olahan optimalisasi tidak selamanya dapat diterapkan karena lingkungan bisnis yang bersifat dinamis. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan selang perubahan koefisien fungsi tujuan (laba kotor per bungkus) dan nilai ruas kanan kendala. Jika perubahan terjadi berkisar diantara selang tersebut, maka kondisi optimal dapat dipertahankan. Kendala yang memiliki selang sensitivitas paling sempit merupakan kendala yang paling peka terhadap perubahan. Kendala yang memiliki selang paling sempit adalah kendala ketersediaan minyak tanah.

Peningkatan harga minyak tanah tidak merubah solusi optimal. Namun, laba kotor yang diperoleh Taman SYIFA menurun karena adanya peningkatan biaya produksi. Peningkatan harga minyak tanah Rp 3.000 menjadi Rp 8.000 menurunkan laba kotor sebesar 10,63 persen.

Peningkatan permintaan pasar obat tradisional kecuali permintaan instan mengkudu sebesar batas maksimum peningatan permintaan pasar masing-masing jenis telah merubah solusi optimal yang lama. Hasil olahan optimalisasi yang baru merekomendasikan 19 jenis obat tradisional yang diproduksi. Total produksi obat tradisional pada kondisi optimal yang baru adalah 9878,59 bungkus. Bila Taman SYIFA berproduksi pada kondisi optimal yang baru maka laba kotor yang diterima meningkat sebesar 19,07 persen dari laba kotor pada kondisi optimal yang lama.


(4)

Taman SYIFA sebaiknya berproduksi pada kondisi optimal yaitu dengan memproduksi 6857 bungkus obat tradisional. Jika Taman SYIFA berproduksi pada kondisi optimalnya, maka laba kotor yang diterima meningkat sebesar 56,12 persen atau meningkat dari Rp 13.262.999,76 menjadi Rp 20.706.067,87. Pada kondisi optimal, sumber daya yang dimiliki Taman SYIFA masih berlebih. Taman SYIFA sebaiknya mengatur kembali ketersediaan sumberdaya berlebih seperti bahan baku, jam tenaga kerja produksi, jam kerja mesin, dan permintaan pasar instan mengkudu. Taman Syifa sebaiknya menurunkan produksi intstan jahe dan instan secang sebesar sebesar 25 persen dari kondisi aktualnya. Produksi obat tradisional yang sebaiknya ditingkatkan adalah seluruh obat tradisional selain instan jahe dan instan secang, namun peningkatan produksi instan 4,2 persen lebih rendah dari target penjualan. Taman SYIFA sebaiknya membuat catatan mengenai kegiatan produksinya sehingga seluruh kegiatan produksi dapat dievaluasi.


(5)

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA

TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

Oleh :

NUR HAYATI ZAENAL A14104112

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(6)

Judul : Optimalisasi Produksi Obat Tradisional pada Taman SYIFA di Kota Bogor, Jawa Barat

Nama : Nur Hayati Zaenal NRP : A14104112

Menyetujui Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS NIP 130 687 506

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT” ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Juni 2008

Nur Hayati Zaenal NRP A14104112


(8)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 7 Desember 1985 sebagai putri keempat dari pasangan H. Zaenal Abidin dan Hj. Salawati. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan sekolah di TK Melur Ciganjur tahun 1992, SD 05 pagi Ciganjur tahun 1998, SLTP Negeri 41 Jakarta tahun 2001, dan SMA Negeri 28 Jakarta tahun 2004.

Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi, diantaranya adalah anggota Koperasi Mahasiswa IPB tahun 2005, dan MISETA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) sebagai Anggota Departemen Bisnis dan

Kewirausahaan tahun 2007. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan acara, seperti Masa Perkenalan Kampus, Fakultas, dan Departemen.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, Skripsi yang berjudul Optimalisasi Produksi Obat Tradisional Pada Taman SYIFA Kabupaten Bogor, Jawa Barat dapat terselesaikan. Skripsi ini diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian yang merupakan syarat dari kelulusan.

Skripsi ini mengkaji dan menganalisis tingkat kombinasi input-output serta yang memaksimumkan laba pada industri kecil obat tradisional selama tahun 2007. Hal ini dilakukan karena adanya trend back to nature yang diikuti oleh berbagai kendala yang dihadapi para pelaku bisnis obat tradisional dalam melakukan kegiatan produksi. Penelitian ini bertempat di Taman SYIFA yang merupakan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) di Bogor, Jawa Barat. Taman SYIFA didirikan dengan modal swadaya dan belum melakukan perencanaan dalam kegiatan produksinya. Oleh karena itu, perhitungan tingkat kombinasi input-output produksi obat tradisional yang menghasilkan laba maksimum dilakukan.

Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan suatu kontribusi dan masukan yang baik untuk Taman SYIFA maupun masyarakat luas. Pada akhirnya penulis mengucapkan terimakasih pada seluruh pihak yang telah membantu penulisan ini.

Bogor, Juni 2008


(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya. Dengan segala kerendahan hati, melalui tulisan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orangtuaku, atas kasih sayang, cinta, dukungan, nasehat, pengalaman, pelajaran, dan doa yang tiada henti diberikan kepada penulis. Skripsi ini merupakan salah satu tanda cinta, bakti, dan terimakasih penulis kepada Bapak dan Mamah.

2. Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS, selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan pengalamannya serta waktu yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

3. Bapak Dr. Iwan Riswandi, MS, selaku dosen penguji utama yang telah berkenan meluangkan waktu serta memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Tintin Sarianti, SP, selaku dosen penguji dari Wakil Komisi Pendidikan Program Studi Manajemen Agribisnis yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis.

5. Saudara-saudaraku, teteh, kakak, dan abangku atas bantuan, kasih sayang, canda tawa, semangat, dan dukungan kepada penulis selama ini.

6. Sekretariat Program Studi Manajemen Agribisnis serta seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Agribisnis yang telah banyak membantu penulis.


(11)

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA

TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

Oleh :

NUR HAYATI ZAENAL A14104112

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(12)

RINGKASAN

NUR HAYATI ZAENAL. Optimalisasi Produksi Obat Tradisional pada Taman SYIFA di Kota Bogor, Jawa Barat. Di bawah bimbingan RATNA WINANDI.

Indonesia kaya akan sumberdaya hayati dan merupakan salah satu negara megabiodiversity terbesar di dunia. Indonesia menduduki urutan kedua setelah Brazil yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Indonesia juga dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat (herbal) sehingga mendapat julukan live laboratory.

Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam membawa perubahan pada pola konsumsi obat ke obat-obatan yang terbuat dari bahan alami. Berdasarkan data WHO tahun 2007, sekitar 80 persen penduduk dunia dalam perawatan kesehatannya memanfaatkan obat tradisional yang berasal dari ekstrak tumbuhan. Meningkatnya kebutuhan akan obat tradisional tersebut merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan budidaya dan agribisnis tumbuhan obat, maupun industri pengolahannya dengan skala yang cukup besar. Saat ini produksi obat tradisional dan fitofarmaka berkembang dengan pesat, sehingga kebutuhan tumbuhan obat untuk bahan baku industri tersebut juga meningkat tajam. Namun sebagian bahan baku obat dari herbal tersebut masih belum banyak dibudidayakan dan pengembangan teknologi budidayanya masih terbatas.

Fluktuasi produksi tanaman dapat menghambat kontinuitas ketersediaan bahan baku sehingga dapat menghambat kegiatan produksi dari pelaku bisnis obat tradisional. Fluktuasi harga tanaman obat dapat mempengaruhi laba kotor yang diterima oleh industri tersebut. Industri yang bergerak dalam pengolahan tanaman obat menjadi obat tradisional ada dua macam, yaitu Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dan Industri Obat Tradisional (IOT). IOT adalah idustri obat tradisional yang memiliki total aset lebih dari Rp 600 juta tanpa memperhitungkan tanah dan bangunan yang dimiliki. IKOT adalah industri obat tradsional yang memiliki total aset kurang dari Rp 600 juta tanpa memperhitungkan tanah dan bangunan yang dimiliki.

Taman SYIFA didirikan dengan modal swadaya sehingga kegiatan produksi dibatasi oleh ketersediaan modal yang dimiliki. Taman SYIFA seperti industri kecil lainnya belum memiliki perencanaan dalam proses produksinya. Taman SYIFA memperoleh bahan baku produksi dengan membeli di pasar yang berada di daerah Bogor. Fluktuasi harga bahan baku untuk memproduksi obat tradisional secara langsung berdampak terhadap kegiatan produksi Taman SYIFA. Selain itu, ketersediaan bahan baku di pasar juga berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Tenaga kerja yang dimiliki Taman SYIFA masih terbatas dengan tenaga kerja dibagian produksi berjumlah dua orang. Kendala lain yang dihadapi Taman SYIFA adalah peralatan produksi yang dimiliki masih terbatas. Oleh karena itu, Taman SYIFA memerlukan perencanaan produksi agar sumberdaya yang dimiliki dapat digunakan dengan efisien dan efektif.

Tujan penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi input-ouput obat tradisional pada Taman SYIFA yang dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum dan menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan penjualan terhadap produksi, sumberdaya, dan keuntungan yang


(13)

diperoleh Taman SYIFA. Taman SYIFA yang berlokasi di KPP IPB Baranangsiang IV, B-69 Tanah Baru Bogor. Taman SYIFA menjadi lokasi penelitian karena merupakan salah satu produsen obat tradisional pendatang baru. Penelitian dilaksanakan dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret-April 2008.

Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif yaitu data yang diperoleh secara manual diatabulasikan berdasarkan aktivitas-aktivitas dan dimasukkan ke dalam program linear. Aktivitas-aktivitas tersebut disusun menjadi fungsi tujuan dan fungsi kendala yang selanjutnya diolah dengan software LINDO (Linear Interactive Descrete Optimizer). Hasil program linear selanjutnya dianalisis dengan empat analisis, yaitu analisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas, dan analisis post optimalitas.

Obat tradisional yang diproduksi Taman SYIFA berdasarkan hasil penelitian diperoleh pada kondisi aktual belum optimal. Tingkat produksi pada kondisi aktual sebesar 6857 bungkus, sedangkan pada kondisi optimal sebesar 9358,46 bungkus. Jika Taman SYIFA berproduksi pada kondisi optimalnya, maka laba kotor yang diterima meningkat sebesar 56,12 persen atau meningkat dari Rp 13.262.999,76 menjadi Rp 20.706.067,87.

Hasil analisis optimalisasi produksi menunjukkan bahwa sumberdaya yang masih berlebih pada kondisi optimal adalah bahan baku, jam tenaga kerja bagian produksi, dan jam kerja mesin. Kelebihan masing-masing sumberdaya tersebut adalah 200,82 kg, 133,66 jam, dan 1057 jam. Sumberdaya yang paling inefisiensi adalah jam kerja mesin sebesar 91,75 persen. Kendala bahan baku yang habis terpakai dan merupakan pembatas adalah minyak tanah. Kendala permintaan pasar selain instan mengkudu merupakan kendala pembatas karena memiliki nilai slack/surplus 0 dan nilai dual price lebih dari nol. Sehingga peningkatan permintaan pasar obat tradisional tersebut sebesar satu bungkus akan meningkatkan laba kotor sebesar nilai dual price-nya.

Hasil olahan optimalisasi tidak selamanya dapat diterapkan karena lingkungan bisnis yang bersifat dinamis. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan selang perubahan koefisien fungsi tujuan (laba kotor per bungkus) dan nilai ruas kanan kendala. Jika perubahan terjadi berkisar diantara selang tersebut, maka kondisi optimal dapat dipertahankan. Kendala yang memiliki selang sensitivitas paling sempit merupakan kendala yang paling peka terhadap perubahan. Kendala yang memiliki selang paling sempit adalah kendala ketersediaan minyak tanah.

Peningkatan harga minyak tanah tidak merubah solusi optimal. Namun, laba kotor yang diperoleh Taman SYIFA menurun karena adanya peningkatan biaya produksi. Peningkatan harga minyak tanah Rp 3.000 menjadi Rp 8.000 menurunkan laba kotor sebesar 10,63 persen.

Peningkatan permintaan pasar obat tradisional kecuali permintaan instan mengkudu sebesar batas maksimum peningatan permintaan pasar masing-masing jenis telah merubah solusi optimal yang lama. Hasil olahan optimalisasi yang baru merekomendasikan 19 jenis obat tradisional yang diproduksi. Total produksi obat tradisional pada kondisi optimal yang baru adalah 9878,59 bungkus. Bila Taman SYIFA berproduksi pada kondisi optimal yang baru maka laba kotor yang diterima meningkat sebesar 19,07 persen dari laba kotor pada kondisi optimal yang lama.


(14)

Taman SYIFA sebaiknya berproduksi pada kondisi optimal yaitu dengan memproduksi 6857 bungkus obat tradisional. Jika Taman SYIFA berproduksi pada kondisi optimalnya, maka laba kotor yang diterima meningkat sebesar 56,12 persen atau meningkat dari Rp 13.262.999,76 menjadi Rp 20.706.067,87. Pada kondisi optimal, sumber daya yang dimiliki Taman SYIFA masih berlebih. Taman SYIFA sebaiknya mengatur kembali ketersediaan sumberdaya berlebih seperti bahan baku, jam tenaga kerja produksi, jam kerja mesin, dan permintaan pasar instan mengkudu. Taman Syifa sebaiknya menurunkan produksi intstan jahe dan instan secang sebesar sebesar 25 persen dari kondisi aktualnya. Produksi obat tradisional yang sebaiknya ditingkatkan adalah seluruh obat tradisional selain instan jahe dan instan secang, namun peningkatan produksi instan 4,2 persen lebih rendah dari target penjualan. Taman SYIFA sebaiknya membuat catatan mengenai kegiatan produksinya sehingga seluruh kegiatan produksi dapat dievaluasi.


(15)

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA

TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

Oleh :

NUR HAYATI ZAENAL A14104112

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(16)

Judul : Optimalisasi Produksi Obat Tradisional pada Taman SYIFA di Kota Bogor, Jawa Barat

Nama : Nur Hayati Zaenal NRP : A14104112

Menyetujui Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS NIP 130 687 506

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT” ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Juni 2008

Nur Hayati Zaenal NRP A14104112


(18)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 7 Desember 1985 sebagai putri keempat dari pasangan H. Zaenal Abidin dan Hj. Salawati. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan sekolah di TK Melur Ciganjur tahun 1992, SD 05 pagi Ciganjur tahun 1998, SLTP Negeri 41 Jakarta tahun 2001, dan SMA Negeri 28 Jakarta tahun 2004.

Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi, diantaranya adalah anggota Koperasi Mahasiswa IPB tahun 2005, dan MISETA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) sebagai Anggota Departemen Bisnis dan

Kewirausahaan tahun 2007. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan acara, seperti Masa Perkenalan Kampus, Fakultas, dan Departemen.


(19)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, Skripsi yang berjudul Optimalisasi Produksi Obat Tradisional Pada Taman SYIFA Kabupaten Bogor, Jawa Barat dapat terselesaikan. Skripsi ini diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian yang merupakan syarat dari kelulusan.

Skripsi ini mengkaji dan menganalisis tingkat kombinasi input-output serta yang memaksimumkan laba pada industri kecil obat tradisional selama tahun 2007. Hal ini dilakukan karena adanya trend back to nature yang diikuti oleh berbagai kendala yang dihadapi para pelaku bisnis obat tradisional dalam melakukan kegiatan produksi. Penelitian ini bertempat di Taman SYIFA yang merupakan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) di Bogor, Jawa Barat. Taman SYIFA didirikan dengan modal swadaya dan belum melakukan perencanaan dalam kegiatan produksinya. Oleh karena itu, perhitungan tingkat kombinasi input-output produksi obat tradisional yang menghasilkan laba maksimum dilakukan.

Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan suatu kontribusi dan masukan yang baik untuk Taman SYIFA maupun masyarakat luas. Pada akhirnya penulis mengucapkan terimakasih pada seluruh pihak yang telah membantu penulisan ini.

Bogor, Juni 2008


(20)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya. Dengan segala kerendahan hati, melalui tulisan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orangtuaku, atas kasih sayang, cinta, dukungan, nasehat, pengalaman, pelajaran, dan doa yang tiada henti diberikan kepada penulis. Skripsi ini merupakan salah satu tanda cinta, bakti, dan terimakasih penulis kepada Bapak dan Mamah.

2. Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS, selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan pengalamannya serta waktu yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

3. Bapak Dr. Iwan Riswandi, MS, selaku dosen penguji utama yang telah berkenan meluangkan waktu serta memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Tintin Sarianti, SP, selaku dosen penguji dari Wakil Komisi Pendidikan Program Studi Manajemen Agribisnis yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis.

5. Saudara-saudaraku, teteh, kakak, dan abangku atas bantuan, kasih sayang, canda tawa, semangat, dan dukungan kepada penulis selama ini.

6. Sekretariat Program Studi Manajemen Agribisnis serta seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Agribisnis yang telah banyak membantu penulis.


(21)

7. Ibu Umi, pemilik Taman SYIFA yang telah berkenan menyediakan tempat penelitian dan meluangkan waktunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Intan, Agnes, Pretty, Fanny, Widy, Tere, Uci, Sastro, dan Rani, terima kasih atas persahabatan, semangat, canda tawa dan pembelajaran yang indah selama empat tahun ini.

9. Intan, Fanny, Duta, Nova, dan Aulia, teman-teman seperjuangan dibawah bimbingan Ibu Ratna, terima kasih atas saran, masukan, dan motivasi yang diberikan selama penyelesaian skripsi ini.

10. Nunu, Mamieq, Ragil, Evan, Yudhi, Randi, Krishna, Yoga, Iwan, Opik, Nanien, Gery, Aliy, Nurani, Sriwel, Arisman, Ipung, Mitha, dan seluruh mahasiswa Manajemen Agribisnis 41 atas persahabatan dan bantuannya bagi penulis selama perkuliahan.

11. Wachu, Bocin, Uci, Nina, Novi, Merka, dan Ari atas saran, dukungan, dan persahabatan selama ini.

12. Seluruh pihak yang telah mendukung dan berdoa bagi penulis, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini.


(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

... ix

DAFTAR GAMBAR

... xi

DAFTAR LAMPIRAN

... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Perumusan Masalah ... 6

1.3

Tujuan Penelitian ... 8

1.4

Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Obat Tradisional ... 9

2.1.1 Sejarah Obat Tradisional ... 9

2.1.2 Definisi Obat Tradisional ... 11

2.1.3 Undang-Undang dan Peraturan Mengenai Obat Tradisional ... 13

2.1.4 Bahan Baku Obat Tradisional ... 15

2.2 Penelitian Terdahulu ... 18

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1

Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24

3.1.1

Produksi ... 24

3.1.2

Manajemen Produksi dan Operasi ... 25

3.1.3

Teori Optimalisasi ... 25

3.1.4

Linear Programming ... 27

3.2

Kerangka Pemikiran Operasional ... 32

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4.2

Jenis dan Sumber Data ... 35

4.3

Metode Pengolahan Data ... 35

4.4

Produk ... 39

4.5

Metode Analisis Data ... 40

4.6

Asumsi-Asumsi ... 43

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1

Sejarah Taman SYIFA ... 44

5.2

Visi dan Misi Taman SYIFA ... 45

5.3

Tenaga Kerja ... 45


(23)

5.4

Struktur Organisasi ... 46

5.5

Kegiatan Produksi ... 47

5.6

Pemasaran ... 48

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1

Perumusan Model Program Linear ... 50

6.1.1

Perumusan Fungsi Tujuan ... 50

6.1.2

Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku ... 51

6.1.3

Perumusan Fungsi Kendala Jam Tenaga Kerja Bagian

Produksi ... 54

6.1.4

Perumusan Fungsi Kendala Jam Kerja Mesin ... 55

6.1.5

Perumusan Fungsi Kendala Permintaan Pasar ... 57

6.2

Analisis Primal ... 58

6.2.1

Tingkat Produksi Optimal ... 59

6.2.2

Penggunaan Bahan Baku Optimal ... 61

6.2.3

Penggunaan Jam Tenaga Kerja Bagian Produksi Optimal ... 63

6.2.4

Penggunaan Jam Kerja Mesin Optimal ... 64

6.2.5

Permintaan Pasar pada Kondisi Optimal ... 64

6.3

Analisis Dual (Analisis status Sumberdaya) ... 66

6.4

Analisis Sensitivitas ... 66

6.4.1

Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ... 67

6.4.2

Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan Kendala ... 68

6.5

Analisis Post Optimalitas ... 70

6.5.1

Skenario 1 ... 71

6.5.2

Skenario 2 ... 71

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1

Kesimpulan ... 72

7.2

Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA

... 75


(24)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1.

Penggunaan Domestik Temulawak, Kunyit, Kencur, dan Jahe ... 4

2.

Harga Berbagai Jenis Produk Temulawak, Kunyit, Kencur, dan Jahe

untuk IOT dan IKOT ... 4

3.

Perkembangan Harga Komoditi Bahan Obat Tradisional

... 5

4.

Daftar Peralatan Produksi di Taman SYIFA ... 48

5.

Laba Kotor Setiap Jenis Obat Tradisional Per Bungkus ... 51

6.

Ketersediaan Bahan Baku ... 52

7.

Kebutuhan Jam Tenaga Kerja Bagian Produksi Untuk Menghasilkan

Satu Bungkus Obat Tradisional ... 55

8.

Kebutuhan Jam Kerja Mesin Untuk Menghasilkan Satu Bungkus

Obat Tradisional ... 56

9.

Target Penjualan Obat Tradisional di Taman SYIFA Selama Satu Tahun ... 57

10. Produksi Obat Tradisional pada Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal

di Taman SYIFA ... 60

11. Laba Kotor Setiap Jenis Obat Tradsional pada Kondisi Aktual dan

Kondisi Optimal ... 61

12. Penggunaan Sumberdaya Bahan Baku Obat Tradisional pada Kondisi

Aktual dan Kondisi Optimal ... 62

13. Target Penjualan Obat Tradisional di Taman SYIFA Selama Satu Tahun ... 65

14.

Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ... 67


(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.

Sistem Produksi dan Operasi ... 24

2.

Kerangka Pemikiran Operasional Optimalisasi Produksi ... 34

3.

Struktur Organisasi Taman SYIFA ... 47


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

Luas Panen Dan Produksi Tanaman Biofarmaka di Indonesia

Tahun 2002-2006 ... 78

2.

Matriks Penggunaan Bahan Baku Pada Taman SYIFA ... 79

3.

Laba Kotor per Bungkus Obat Tradisional ... 86

4.

Perhitungan Kebutuhan Jam Tenaga Kerja per Bungkus ... 87

5.

Perhitungan Kebutuhan Jam Kerja Mesin ... 88

6.

Laba Kotor per Bungkus Obat Tradisional pada Kondisi Aktual

dan Optimal ... 89

7.

Perhitungan Kebutuhan Jam Tenaga Kerja Bagian Produksi pada Kondisi

Aktual dan Optimal ... 90

8.

Perhitungan Jam Kerja Mesin pada Kondisi Aktual dan Optimal ... 91

9.

Analisis Sumberdaya pada Kondisi Optimal ... 92

10. Hasil Olahan Optimalisasi Program Linear di Taman SYIFA ... 93

11. Hasil Olahan Optimalisasi Program Linear Skenario I di Taman SYIFA ... 98

12. Hasil Olahan Optimalisasi Program Linear Skenario 2 di Taman SYIFA ... 103


(27)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia kaya akan sumberdaya hayati dan merupakan salah satu negara megabiodiversity terbesar di dunia. Indonesia menduduki urutan kedua setelah Brazil yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Indonesia juga dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat (herbal) sehingga mendapat julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis tumbuhan obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan obat tradisional yang kualitasnya setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumberdaya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1.200 species tumbuhan obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional.1

Sejak dahulu bangsa Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan tanaman yang memiliki khasiat obat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah kesehatan. Hal ini terjadi jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern dikenal masyarakat. Pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat tersebut merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun sehingga tercipta berbagai ramuan herbal yang merupakan ciri khas pengobatan tradisional Indonesia.

Indonesia memiliki ketergantungan yang besar terhadap bahan baku dan obat konvensional impor senilai 160 juta USD/tahun sehingga perlu disubstitusi

1

Hembing dalam Tanaman Obat Asli Milik Masyarakat Bangsa dan Negara RI, 2007 http://johnherf.wordpress.com diakses tanggal 26 Februari 2008


(28)

oleh produk dalam negeri (Deptan). Maraknya gerakan kembali ke alam (back to nature) menyebabkan penggunaan bahan obat alami di dunia semakin meningkat. Hal ini dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku dan obat konvensional impor. Gerakan kembali ke alam (back to nature) dilatarbelakangi perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan perkembangan pola penyakit. Slogan back to nature menunjukkan minimnya efek negatif yang ditimbulkan dari penggunaan herbal dan juga harga yang ekonomis. Obat yang berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat-obatan kimia, karena efek obat alami bersifat alamiah. Selain itu, pengobatan modern yang memanfaatkan obat-obatan kimia membutuhkan biaya yang cukup mahal. Oleh karena itu, obat alami yang memanfaatkan kandungan fitokimia dari tanaman obat menjadi alternatif pengobatan yang potensial.

Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam membawa perubahan pada pola konsumsi obat ke obat-obatan yang terbuat dari bahan alami. Berdasarkan data WHO TAHUN 2007, sekitar 80 persen penduduk dunia dalam perawatan kesehatannya memanfaatkan obat tradisional yang berasal dari ekstrak tumbuhan. Meningkatnya kebutuhan akan obat tradisional tersebut merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan budidaya dan agribisnis tumbuhan obat, maupun industri pengolahannya dengan skala yang cukup besar. Saat ini produksi obat tradisional dan fitofarmaka berkembang dengan pesat, sehingga kebutuhan tumbuhan obat untuk bahan baku industri tersebut juga meningkat tajam. Namun sebagian bahan baku obat dari herbal tersebut masih belum banyak dibudidayakan dan pengembangan teknologi budidayanya masih terbatas.


(29)

Berdasarkan Lampiran 1 diketahui bahwa produksi beberapa tanaman obat yang menjadi bahan baku obat alami mengalami fluktuasi. Hal ini menyebabkan terhambatnya kontinuitas dari ketersediaan bahan baku tanaman obat yang dapat menghambat kegiatan produksi obat yang berbahan baku alami.

Fluktuasi produksi dari beberapa tanaman obat yang menjadi bahan baku obat alami dapat disebabkan oleh terjadinya fluktuasi luas lahan untuk menanam. Alih fungsi lahan pertanian menyebabkan luas panen tanaman biofarmaka mengalami penurunan. Fluktuasi luas lahan tanaman biofarmaka di Indonesia tahun 2001-2005 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Perusahaan-perusahaan banyak yang memanfaatkan tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional. Departemen Kesehatan membagi perusahaan-perusahaan tersebut ke dalam dua industri, yaitu Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Kecil Obat Tradsional (IKOT). IOT adalah idustri obat tradisional yang memiliki total aset lebih dari Rp 600 juta tanpa memperhitungkan tanah dan bangunan yang dimiliki. IKOT adalah industri obat tradsional yang memiliki total aset kurang dari Rp 600 juta tanpa memperhitungkan tanah dan bangunan yang dimiliki.

Konsumsi dalam negeri tanaman obat seperti temulawak, kunyit, kencur, dan jahe oleh IOT, IKOT,dan industri farmasi disajikan pada Tabel 1. Hampir semua komoditas tersebut, sebagian besar pasokan digunakan untuk IKOT dan IOT, sedangkan penggunaan dalam industri farmasi masih terbatas. Hal ini dikarenakan bahan baku utama obat tradisional adalah tanaman yang berkhasiat obat.


(30)

Tabel 1. Penggunaan Domestik Temulawak, Kunyit, Kencur, dan Jahe Penggunaan (Ton)

Komoditi

Konsumsi IOT IKOT Farmasi Total Bahan

Baku Temulawak 2.033,70 3.244,01 4.217,21 2.341,10 11.836,02 Kunyit 4.187,46 2.408,84 3.131,49 502,00 10.299,79 Kencur 5.987,71 2.340,31 3.042,40 2.815,00 15.640,83 Jahe 21.641,16 4.197,01 5.456,11 - 31.294,28 Sumber : www.deptan.go.id (2003)

Peningkatan nilai tambah melalui diversifikasi produk primer (rimpang) menjadi produk sekunder (simplisia, ekstrak) oleh usaha agroindustri primer (pengirisan, pengeringan rimpang serta ekstraksi), merupakan salah satu aspek usaha berdayasaing tinggi di dalam upaya pemenuhan kebutuhan industri serta peningkatan pendapatan petani. Bidang usaha pengolahan rimpang menjadi simplisia mampu meningkatkan harga produk menjadi 7-15 kali, sedangkan dari rimpang menjadi produk olahan ekstrak sebesar 81- 280 kali (Tabel 2). Namun sampai saat ini, usaha agribisnis hilir untuk komoditas rimpang-rimpangan masih terbatas jumlahnya, padahal usaha ini berpeluang besar dilakukan.

Tabel 2. Harga Berbagai Jenis Produk Temulawak, Kunyit, Kencur, dan Jahe untuk IOT dan IKOT

Harga (Rp/kg) Rasio Harga x 100%

Komoditi

Rimpang Segar

Simplisia Kering

Ekstrak Simplisia Ekstrak

Temulawak 1.500 15.000 174.000 1 : 10 1 : 116 Kunyit 1.000 15.000 280.000 1 : 15 1 : 280 Kencur 5.000 40.000 800.000 1 : 8 1 : 90 Jahe 2.500 17.500 202.000 1 : 7 1 : 80,8 Sumber : www.deptan.go.id (2003)

Perkembangan jumlah IOT dan IKOT setiap tahun mengalami peningkatan sehingga kebutuhan tanaman obat sebagai bahan baku juga mengalami peningkatan. Menurut Departemen Kesehatan, jumlah IOT dan IKOT di Indonesia pada tahun 2003 mencapai 1.023 dan pada tahun 2004 meningkat


(31)

menjadi 1.118. Saat ini jumlah IOT dan IKOT mencapai 1.247 industri yang terdiri dari 129 IOT dan 1.118 IKOT.

Seperti halnya komoditi pertanian lainnya, harga jual produksi tanaman obat sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu (Tabel 3). Pada musim-musim panen raya harga jual turun. Petani tanaman obat menjual hasil produksinya dalam bentuk basah, dan tergantung kepada kualitas produk. Pasar yang menyerap produk tanaman obat seperti temulawak, kunyit, kencur, dan jahe adalah 1.035 perusahaan industri obat tradisional yang terdiri dari 118 IOT dan 917 IKOT.2 Tabel 3. Perkembangan Harga Komoditi Bahan Obat Tradisional 2000-2005

Harga (Rp/kg) Komoditi

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Peningkatan Rata-Rata

(%) Jahe Gajah 1.700 1.800 2.800 1.500 5.000 6.000 57,94 Jahe Emprit 2.600 3.000 3.200 3.000 5.000 6.000 20,51 Kunyit 1.100 1.200 1.300 1.300 1.000 1.500 18,10 Kencur 2.800 3.000 3.500 3.100 2.500 3.000 10,36 Temulawak 1.000 1.100 1.200 1.200 500 700 0,16 Kapulaga 7.800 7.900 8.100 8.300 6.000 6.500 -2,66 Sumber :www. bi.go.id

Berdasarkan Tabel 3, harga semua bahan obat tradisional dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 menunjukkan kenaikan, akan tetapi dari tahun 2002 ke tahun 2003 menunjukkan penurunan, kecuali kapulaga dan kunyit. Dari tahun 2004 ke tahun 2005 semua bahan obat tradisional mengalami kenaikan. Harga semua bahan obat tradisional di tahun 2005 lebih rendah dibandingkan dengan harga di tahun 2003, kecuali Jahe Gajah dan Jahe Emprit yang mengalami kenaikan. Harga tertinggi jahe gajah, jahe emprit, kunyit, kencur, temulawak, dan kapulaga berturut-turut adalah Rp 6.000, Rp 6.000, Rp 1.500, Rp 3.500, Rp 1.200, dan Rp 8.300. Bahan obat tradisional termahal adalah kapulaga bila dibanding

2


(32)

lima komoditas lainnya. Peningkatan rata-rata harga bahan baku obat tradisional tertinggi adalah jahe gajah sebesar 57,94 persen. Peningkatan rata-rata harga jahe gajah yang tinggi dapat mempengaruhi laba yang diterima oleh para pengusaha obat tradisional. Hal ini dikarenakan jahe merupakan salah satu bahan baku obat tradisional yang sering dimanfaatkan oleh pengusaha obat tradisional.

Perkembangan peran UKM yang besar ditunjukkan oleh jumlah unit usaha, kontribusinya terhadap pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Pada tahun 2006, jumlah UKM sebesar 48.929.636 unit atau 99,98 persen dari seluruh unit usaha. Kontribusi UKM dalam produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2006 sebesar Rp 2.066,43 triliun. UKM dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 80.933.384 orang (Kementrian Koperasi dan UMKM).

Taman SYIFA merupakan salah satu industri kecil obat tradisional di Bogor yang memanfaatkan tanaman obat sebagai bahan baku untuk kegiatan produksinya. Industri kecil obat tradisional ini telah berkembang kurang lebih dua tahun. Saat ini obat tradisional yang dihasilkan terdiri dari empat kelompok yaitu ekstrak kapsul, minuman instan, simplisia, dan produk kecantikan.

1.2 Perumusan Masalah

Maraknya gerakan kembali ke alam (back to nature) menyebabkan peningkatan konsumsi obat tradional berbahan baku alami oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan minimnya efek negatif yang ditimbulkan dan harga yang lebih ekonomis. Obat yang berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat-obatan kimia, karena efek obat bersifat alamiah. Gerakan kembali ke alam (back to nature) dimanfaatkan oleh Taman SYIFA


(33)

sebagai peluang usaha. Taman SYIFA yang berdiri tahun 2005 di Bogor, merupakan salah satu industri kecil yang memanfaatkan tanaman obat untuk menghasilkan obat tradisional dalam bentuk kapsul, minuman instan, simplisia, dan produk kecantikan.

Taman SYIFA didirikan dengan modal swadaya sehingga kegiatan produksi dibatasi oleh ketersediaan modal yang dimiliki. Taman SYIFA seperti industri kecil lainnya belum memiliki perencanaan dalam proses produksinya. Fluktuasi harga bahan baku untuk memproduksi obat tradisional secara langsung berdampak terhadap kegiatan produksi Taman SYIFA. Selain itu, ketersediaan bahan baku di pasar juga berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Tenaga kerja yang dimiliki Taman SYIFA masih terbatas dan setiap tenaga kerja memiliki rangkap jabatan. Tenaga kerja dibagian produksi berjumlah dua orang yang bekerja untuk bagian produksi selama empat jam setiap harinya. Kendala lain yang dihadapi Taman SYIFA adalah peralatan produksi yang dimiliki masih terbatas seperti mesin juicer. Mesin juicer merupakan alat produksi termahal yang dimiliki oleh Taman SYIFA, namun saat ini belum digunakan secara optimal. Oleh karena itu, Taman SYIFA memerlukan perencanaan produksi agar sumberdaya yang dimiliki dapat digunakan dengan efisien dan efektif.

Dari uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagi berikut:

1. Bagaimana tingkat kombinasi output obat tradisional yang menghasilkan produksi yang optimal pada Taman SYIFA?


(34)

2. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan penjualan terhadap produksi, sumberdaya, dan keuntungan yang diperoleh Taman SYIFA?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Menentukan tingkat kombinasi ouput obat tradisional pada Taman Obat Sfifa yang dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum.

2. Menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan penjualan terhadap produksi, sumberdaya, dan keuntungan yang diperoleh Taman SYIFA.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan dalam menentukan kombinasi produksi yang menghasilkan produksi yang optimal sehingga keuntungan yang maksimum dapat dicapai dengan mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh Taman SYIFA.


(35)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Tradisional

Masyarakat Indonesia telah mengenal obat tradisional berbahan baku alami dalam berbagai bentuk dan setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Pemakaian obat tradisional di Indonesia telah berlangsung secara turun temurun sejak jaman nenek moyang. Untuk melindungi konsumen maupun industri obat tradisional maka pemerintah menetapkan undang-undang dan peraturan mengenai obat tradisional.

2.1.1 Sejarah Obat Tradisional

Sejak lama manusia menggunakan tumbuhan dan bahan alam lain sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu, mempercantik diri serta menjaga kondisi badan agar tetap sehat dan bugar. Dari catatan sejarah diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan tumbuhan telah dikenal masyarakat sejak masa sebelum masehi. Hingga saat ini penggunaan tumbuhan atau bahan alam sebagai obat tersebut dikenal dengan sebutan obat tradisional.3

Indonesia sebelum era kemerdekaan terdapat pula kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan yang dilakukan oleh dua orang berkebangsaan Belanda, yaitu J. Kloppenburg-Versteegh dan Martha C. van Wijk-Fransz. Keduanya mengakhiri kegiatannya dengan menerbitkan buku masing-masing, yakni " Indische Planten en Haar Geneeskracht " atau " Tumbuh-tumbuhan Indonesia dan Khasiatnya untuk

3


(36)

Kesehatan" dan " Martha's Indische Kruiden Recepten Boek " atau " Buku resep-resep tumbuhan Indonesia ". Buku yang pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, menjadi dua jilid dan beredar bebas.4

Pada zaman kerajaan-kerajaan Indonesia, misalnya Keraton Surakarta, pengetahuan tentang ramuan-ramuan obat dari bahan alam ini telah dibukukan kedalam " Kawruh Bab Jampi Jawi " atau " Pengetahuan tentang Jamu Jawa", yang diterbitkan pada tahun 1858 dan memuat sebanyak 1734 ramuan jamu. Awalnya sebagai bahan baku obat tumbuh-tumbuhan yang digunakan diambil dari tumbuhan liar yang tumbuh di sekeliling tempat tinggalnya. Ketika tumbuh-tumbuhan di sekitar tempat tinggal tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan, maka mulailah pencarian bahan baku yang dilakukan di tempat yang lebih jauh, bahkan sampai ke wilayah hutan. Obat-obat nabati tersebut berasal dari tumbuhan liar yang umurnya tidak seragam sehingga mutunya tidak seragam pula. Oleh karena itu, pembudidayaan sumber bahan baku tersebut mulai dilakukan.5

Masuknya penjajahan Belanda ke Indonesia lambat laun menggeser pengetahuan tentang obat alam pada masyarakat karena pengetahuan Barat mulai berkembang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pengetahuan tentang obat alam, bahkan hingga enggan menggunakan karena dianggap obat kampung dan tidak berkhasiat. Padahal kenyataan menunjukkan bahwa tidak seperti yang diduga, obat alam mampu berperan dalam mengatasi masalah kesehatan, yang ternyata dari jaman dahulu pada saat obat kimia belum dikenal, nenek moyang kita mampu bertahan hidup serta mampu menurunkan generasi-generasi penerus.

4

Sejarah Jamu, www.sidomuncul.com diakses tanggal 6 Februari 2008 5


(37)

Hal tersebut merupakan bukti bahwa obat alam memiliki kemampuan menanggulangi masalah kesehatan yang dihadapi.

Walaupun kedatangan penjajah Belanda sempat mengikis kepedulian masyarakat pada obat alam, namun kenyataan menunjukkan bahwa kepedulian tersebut tidaklah punah. Hal ini terbukti jaman perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, dalam rangka mengantisipasi kurangnya obat-obatan bagi para pejuang kemerdekaan, para dokter yang bertugas di medan perang mulai beralih pada obat yang berasal dari alam, khususnya tumbuh-tumbuhan.

Semangat cinta obat alam yang telah ditunjukkan oleh Prof. Dr. M. Sardjito mempelopori penyusunan buku tentang formula obat-abat alam, yang kemudian diberi nama " Formularium Medicamentorum Soloensis" oleh Drs. Med. Ramali seorang pejuang di Surakarta. Maka ketika dunia barat mendengungkan semboyan " Back To Nature ", Indonesia sebenarnya telah mendahului memanfaatkan obat alam dalam pelayanan kesehatan, hanya saja karena lambannya pertumbuhan semangat cinta obat alam tersebut, maka sampai kinipun perjuangan untuk memulihkan kedudukan obat alam dalam dunia kesehatan masih harus terus lakukan.6

2.1.2 Definisi Obat Tradisional

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi

6


(38)

kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.7

Menurut definisi Departemen Kesehatan RI yang dimaksud dengan obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat tradisional yang berasal dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan untuk obat tradisional hampir selalu identik dengan tanaman obat karena sebagian besar obat tradisional bahan bakunya berasal dari tanaman obat.

Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Badan POM RI mengelompokkan obat bahan alam Indonesia menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Jamu merupakan sediaan alami dengan bahan baku tanaman obat dalam bentuk sederhana yang khasiat penggunaannya berdasarkan pada data atau pengalaman empiris secara turun temurun.

2. Herbal terstandar merupakan sediaan obat alami yang telah terstandarsisasi dan lolos uji preklinik (uji khasiat dan toksisitas pada hewan percobaan). 3. Fitofarmaka merupakan sediaan alami dengan bahan baku tanaman obat yang

telah terstandardisasi dan lolos uji preklinis dan uji klinis (pada pasien).

7


(39)

2.1.3 Undang-Undang dan Peraturan Mengenai Obat Tradisional

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab I Pasal 1:

1. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. 2. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral, sediaan sariaan (gelenik), atau campuran dari bahan tesebut yang secara tururn temurundigunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Bab V Pasal 40 ayat 2 menyatakan sediaan farmasi yang berupa bahan obat tradsional dan kosmetik serta alat kesehatan harus memenuhi standar dan atau persyaratan yang ditentukan. Untuk industri obat tradisional skala besar, standar yang berlaku adalah buku Materia Medika. Dalam Bab VI Pasal 34 menetapkan penandaan yang tercantum pada pembungkus, wadah, etiket, dan atau brosur harus berisi informasi mengenai:

1. Nama obat tradisional dan nama dagang 2. Komposisi

3. Bobot, isi, atau jumlah obat dalam setiap wadah 4. Dosis pemakaian

5. Khasiat atau kegunaan 6. Kontra indikasi (apabila ada) 7. Kadaluarsa

8. Nomor pendaftaran 9. Nomor kode produksi


(40)

10. Nama industri atau alamat sekurang-kurangnya nama kode dan kata-kata Indonesia

11. Untuk obat tradisional lisensi harus dicantumkan nama dan alamat pemberi lisensi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 246/1992 dalam kerangka pengembangannya mengklasifikasikan obat tradisional menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Kelompok jamu, yaitu obat tradsional yang bahan bakunya adalah simplisia yang sebagian besar belum mengalami standarisasi dan belum pernah diteliti, bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan, dan sebagainya.

2. kelompok lainnya adalah kelompok fitoterapi yang lebih dikenal dengan fitofarmaka, yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah simpisia yang telah mengalami standarisasi dan telah dilakukan penelitian atas sediaannya, kegunaannya jelas, dan dapat diandalkan.

Surat Edaran Badan POM No. PO.01.04.4.41.526 tahun 2007 mengenai penggunaan Bahasa Indonesia pada penandaan obat tradisional dan suplemen makanan. Dalam upaya melindungi masyarakat dari risiko penggunaan produk obat tradisional dan suplemen makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, manfaat dan kesalahan penggunaan, sesuai :

• Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka;


(41)

• Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.41.1381 Tahun 2005 tentang Tata Laksana Pendaftaran Suplemen Makanan

maka :

1. Penandaan Obat tradisional dan suplemen makanan yang diedarkan di Indonesia, harus menggunakan bahasa Indonesia;

2. Penandaan obat tradisional impor dan/atau suplemen makanan impor selain menggunakan bahasa aslinya harus menggunakan bahasa indonesia; 3. Apabila penandaan obat tradisional dan/atau suplemen makanan tidak

menggunakan bahasa indonesia, sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2 di atas, maka izin edarnya dapat dibatalkan.

Definisi industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 246/Menkes/Per/V/1990 adalah: 1. Industri Obat Tradisional (IOT) adalah industri yg memproduksi obat

tradisional dengan total aset di atas Rp 600.000.000 (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan

2. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp 600.000.000 (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan.

2.1.4 Bahan Baku Obat Tradisional

Bahan baku obat tradisional adalah tanaman yang memiliki khasiat obat. Temulawak, kunyit, kencur dan jahe adalah kelompok tanaman rimpang-rimpangan (Zingiberaceae), yang digunakan dalam hampir semua produk obat


(42)

tradisional. Kelompok tanaman rimpang-rimpangan tersebut telah dimanfaatkan sebagai bahan baku berbagai produk seperti simplisia, minuman instan, sirup, dan lainnya.

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang saat ini dicanangkan sebagai minuman kesehatan nasional, tergolong komoditas multifungsi. Kandungan minyak atsiri, kurkuminoid, xanthorrizol dan pati didalam rimpang temulawak memungkinkan penggunaan yang luas di dalam penyembuhan berbagai penyakit (anti kolesterol, antioksidan, penanggulangan penyakit hati, gangguan pencernaan, dll). Sebagai obat anti kolesterol dan penanggulangan penyakit hati (Hepato-protector), rimpang temulawak bisa dibuat menjadi berbagai jenis produk dalam bentuk kapsul, tablet dan minuman penyegar. Meskipun di pasaran beredar obat kimia dengan bahan aktif sintetis laktulosa, fosfolipid dan chelidonin yang bersifat koleritikum, tetapi karena harga yang mahal dan adanya efek samping dari obat-obatan tersebut, maka peluang pasar untuk produk industri farmasi/minuman kesehatan dan produk IOT/IKOT berbahan baku temulawak terbuka luas. Produk fitofarmaka berupa bahan jadi berbentuk tablet/kaplet untuk menanggulangi gangguan hati (hepato-protektor) diproduksi dengan bahan baku utama ekstrak temulawak.

Kunyit (Curcuma domestica), dengan kandungan utama kurkumin dan minyak atsiri, berfungsi untuk pengobatan hepatitis, antioksidan, gangguan pencernaan, anti mikroba (broad spectrum), anti kolesterol, anti HIV, anti tumor (menginduksi apostosis), menghambat perkembangan sel tumor payudara (hormone dependent and independent), menghambat ploriferasi sel tumor pada usus besar (dose-dependent), anti invasi, anti rheumatoid arthritis (rematik),


(43)

mempunyai prospek yang cerah pada sektor industri hilir dalam berbagai bentuk (ekstrak, minyak, pati, makanan/minuman, kosmetika, produk farmasi dan IKOT/IOT). Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat, misalnya untuk peradangan sendi (arthritisrheumatoid) atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul. Pasar dan industri produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa suplemen makanan dalam bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan industrinya sudah berkembang. Suplemen makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit.

Kencur (Kaempferia galanga) di dunia kesehatan digunakan untuk pengobatan gangguan pencernaan, saluran pernafasan dan campuran ramuan afrodisiak, juga digunakan untuk industri kosmetika berbasis bahan alam, sehingga sangat potensial dikembangkan di sektor hilir dalam bentuk ekstrak, minyak dan suplemen makanan atau minuman. Dewasa ini perusahaan kosmetika, berlomba-lomba memproduksi jenis produk perawatan wajah dan kulit berbahan baku alami, terutama untuk pemutih. Bahan sintetis untuk pemutih kulit seperti AHA (Alpha Hydroxy Acid), banyak menimbulkan efek samping (iritasi dan bersifat karsinogenik), membuka peluang penggunaan bahan alami. Turunan minyak atsiri dari rimpang kencur etil-para metoksi sinamat (EPMS) merupakan sumber bahan baku potensial untuk pemutih dan tabir surya pada kosmetika. Obat tradisional terstandar dari rimpang segar kencur dengan potensi pasar luas dewasa ini adalah minuman kesehatan beras kencur. Produk jadi minuman beras kencur terbuat dari bahan utama rimpang segar kencur.


(44)

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis komoditas tanaman obat yang tergolong tinggi permintaannya baik di dalam maupun di luar negeri. Sebagian besar rimpang jahe digunakan untuk bahan baku makanan (asinan jahe, permen jahe) dan minuman (instan jahe). Fungsi utama jahe di dalam pengobatan tradisional adalah untuk mengeluarkan angin, pengobatan rematik, menghangatkan tenggorokan dan campuran ramuan afrodisiak. Hampir tidak ada obat fitofarmaka yang diproduksi di dalam negerimenggunakan bahan baku utamanya jahe, kecuali sebagai bahan ambahan untuk produk obat tertentu, sebagian besar simplisia jahe digunakan oleh IOT dan IKOT sebagai bahan baku jamu. Jenis produk jadi yang prospektif dikembangkan dengan bahan baku utama jahe adalah herbal terstandar untuk obat batuk dan minuman kesehatan (instan jahe). Selain itu, kandungan gingerol dan shogaol yang tinggi terutama pada jahe merah, potensial dikembangkan sebagai obat fitofarmaka untuk penyembuhan kanker dengan dukungan penelitian yang kuat. Produk jadi minuman kesehatan instan jahe, terbuat dari bahan utama rimpang segar jahe.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimalisasi telah banyak dilakukan peneliti–peneliti sebelumnya dengan komoditi atau produk dan pada aspek yang berbeda. Penelitian– penelitian tersebut antara lain :

Nur Asyiah (2001) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Produksi Nenas Kaleng di PT. INNI Pioneer Food Industri, Kerawang, Jawa Barat. Penelitian tersebut menggunakan metode program linear dengan bantuan program komputer LINDO sebagai alat analisis. Kendala yang diperhitungan terdiri dari


(45)

kendala bahan baku, bahan penolong dan kendala permintaan pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produksi aktual PT INNI Pioneer Food Industri sebesar 1.199.420 kaleng dengan 20 jenis nenas kaleng lebih tinggi dan bervariasi dari pada tingkat produksi optimal yang menurut hasil olahan program linear sebesar 868.350 kaleng dengan 16 jenis nenas kaleng. Jumlah produksi pada kondisi aktual leboh besar daripada jumlah produksi saat optimal dikarenakan adanya tujuan–tujuan yang tidak diungkapkan sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk memformulasikan dalam Goal Programming. Selain itu juga terdapat kendala lain yang tidak diungkapkan pihak perusahaan serta adanya kesalahan data dan informasi yang diberikan oleh perusahaan. Dengan berproduksi pada tingkat optimal maka akan didapat keuntungan total sebesar Rp 1.532.879.000 akan tetapi keuntungan ini bukan sebenarnya karena tidak semua komponen biaya dihitung. Sumberdaya yang digunakan belum optimal karena adanya bahan baku yang berlebih pada nenas Grade C dan D serta gula.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nur Asyiah (2001) adalah meneliti tingkat optimalisasi produksi pada suatu unit bisnis dan memperhitungkan kendala bahan baku dan kendala permintaan pasar. Selain itu, alat bantu untuk menganalisis adalah dengan menggunakan program komputer LINDO. Sedangkan perbedaannya adalah komoditi yang diteliti dan kendala bahan penolong yang diperhitungkan pada penelitian Nur Asyiah.

Sukma (2001) melakukan penelitian dengan judul Optimalisasi Produksi Susu Olahan di Pabrik Milk Treatment Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pengalengan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah linear


(46)

progamming. Kendala pembatas yang diperhitungkan adalah kendala bahan baku, bahan penolong, kendala jam kerja mesin, kendala transfer, kendala jam tenaga kerja langsung, dan produksi minimum. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa untuk mencapai optimalisasi produksi, KPBS harus meningkatkan produksi susu pasteurisasinya yaitu susu cup coklat, cup strauberri, dan fresh milk, mempertahankan produksi susu pack pada tingkat aktual serta mengurangi produksi dan penjualan susu dingin. Peneliti juga melakukan analisis sensitivitas dan pasca optimal. Analisis pasca optimal dilakukan dengan 2 skenario. Skenario pertama dengan menaikan keuntungan susu pack di atas range. Dan skenario kedua dilakukan dengan menurunkan keuntungan fresh milk dibawah range yang diingikan. Hasil dari analisi pasca optimal adalah peningkatan susu pack yang akan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan keuntungan yang dicapai lebih tinggi apabila keuntungan susu pack meningkat.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sukma (2001) adalah meneliti tingkat optimalisasi produksi pada suatu unit bisnis, memperhitungkan kendala bahan baku, dan kendala jam kerja mesin. Selain itu, alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah linear progamming dengan bantuan program komputer LINDO. Sedangkan perbedaannya adalah komoditi yang diteliti dan kendala pembatas yang diperhitungkan seperti bahan penolong, kendala transfer, kendala jam tenaga kerja langsung, dan produksi minimum.

Marilis (2002) melakukan penelitian dengan judul Optimalisasi Produksi Obat Tradisional di PT. XYZ Jakarta. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah linear progamming dengan bantuan program komputer ABQM. Kendala pembatas yang diperhitungkan adalah bahan simplisia dan non


(47)

simplisia, bahan pengemas, tenaga kerja langsung, jam mesin, dan target produksi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perusahaan belum melakukan produksi secara optimal. Tingkat produksi jamu optimal pada PT. XYZ lebih tinggi daripada produksi aktualnya dengan jenis jamu yang diproduksi sama dengan kondisi aktualnya sebanyak 14 jenis. Pada kondisi aktual, diproduksi 2.866.888 sachet sedangkan pada kondisi optimal disarankan untuk memproduksi jamu sebanyak 3.115.490 sachet. Berdasarkan hasil olahan solusi optimal dapat diketaui bahwa 36 dari 43 sumberdaya merupakan sumberdaya yang berlebih. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perusahaan belum merencanakan pengadaan sumberdaya dengan baik. Selain itu, kesulitan mendapatkan sumberdaya tertentu menyebabkan perusahaan sengaja membeli dalam jumlah banyak untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Marilis (2002) adalah meneliti tingkat optimalisasi produksi obat tradisional pada suatu unit bisnis, dan memperhitungkan jam kerja mesin. Selain itu, alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah linear progamming. Sedangkan perbedaannya adalah kendala pembatas yang diperhitungkan seperti bahan simplisia dan non simplisia, bahan pengemas, tenaga kerja langsung, target produksi dan program komputer yang digunakan adalah ABQM.

Wisnoe Marety (2005) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Produksi Nata De Coco di PT. FITS Mandiri. Penelitian tersebut menggunakan metode program linear dengan bantuan program komputer LINDO sebagai alat analisis. Kendala yang diperhitungan terdiri dari kendala bahan baku, bahan penolong dan kendala permintaan pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


(48)

tingkat produksi aktual PT. FITS Mandiri sebesar 16.835 cup untuk nata de coco bentuk kubus dan 158.006 cup untuk nata de coco bentuk slice. Dengan tingkat produksi tersebut, perusahaan sebenarnya masih dapat mengoptimalkan jumlah produksinya menjadi 27. 200 cup untuk nata de coco bentuk kubus dan 172.800 cup untuk nata de coco bentuk slice. Keuntungan perusahaan yang diperoleh apabila berproduksi pada kondisi optimal juga akan meningkat sebesar 14,39 persen (Rp 4.283.571).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Wisnoe Marety (2005) adalah meneliti tingkat optimalisasi produksi pada suatu unit bisnis, memperhitungkan kendala bahan baku, kendala permintaan pasar dan menggunakan metode program linear dengan bantuan program komputer LINDO sebagai alat analisis. Sedangkan perbedaannya adalah komoditi yang diteliti dan kendala pembatas yang diperhitungkan seperti bahan penolong.

Uding Sastrawan (2006) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Produksi Obat Tradisional pada KTO Enggal Damang Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Penelitian tersebut menggunakan metode program linear dengan bantuan program komputer LINDO sebagai alat analisis. Kendala yang diperhitungan terdiri dari kendala lahan, kendala bahan baku, kendala jam tenaga kerja lapangan, kendala jam kerja mesin, kendala modal untuk upah tenaga kerja lapangan, dan kendala permintaan pasar. Berdasarkan hasil olahan optimalisasi produksi dapat diketahui bahwa KTO Enggal Damang belum melakukan produksi secara optimal. Tingkat produksi obat tradsional pada kondisi optimal lebih besar daripada produksi aktualnya dengan jenis obat tradisional yang sama yaitu, 14 jenis. Pada kondisi aktual, produksi obat tradisional sebesar


(49)

63.360 kapsul, sedangkan pada kondisi optimal disarankan memproduksi sebesar 131.629 kapsul. Dengan menerapkan tingkat produksi yang optimal, laba kotor yang diperoleh KTO Enggal Damang sebesar Rp 13.437.330 atau 109,1 persen lebih tinggi dibandingkan laba kotor aktualnya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Uding Sastrawan (2006) adalah meneliti tingkat optimalisasi produksi obat tradisional pada suatu unit bisnis, memperhitungkan kendala bahan baku, kendala jam kerja mesin, kendala permintaan pasar, dan menggunakan metode program linear dengan bantuan program komputer LINDO sebagai alat analisis. Sedangkan perbedaannya adalah komoditi yang diteliti dan kendala pembatas yang diperhitungkan seperti kendala lahan, kendala jam kerja lapang, dan kendala modal untuk upah tenaga kerja lapang.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah meneliti tingkat optimalisasi produksi pada suatu unit bisnis dengan mempertimbangkan beberapa kendala pada bisnis tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan penetapan kendala yang digunakan.


(50)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Tujuan perusahaan dalam melakukan aktivitasnya adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan produksi yang mengasilkan kombinasi output yang optimum.

3.1.1 Produksi

Menurut Assauri (1980), istilah produksi banyak dipergunakan dalam suatu organisasi yang menghasilkan output, baik berupa barang maupun jasa. Secara umum, produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input). Jadi, produksi mencakup setiap proses yang menggunakan input-input untuk menghasilkan output baik berupa barang maupun jasa dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Sistem produksi adalah alat yang digunakan untuk mengubah input untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna sebagai output (Buffa dan Sarin, 1996).

Infor

Informasi Umpan Balik Gambar 1. Sistem Produksi dan Operasi

Sumber : Buffa dan Sarin (1996)

Input :

• Bahan

• Tenaga Kerja

• Mesin

• Energi

• Modal

• informasi

Transformasi : Proses konversi

Output :


(51)

Menurut Ferguson (1983), fungsi produksi adalah sebuah persamaan matematis yang menunjukkan jumlah output maksimal yang dapat dihasilkan berdasarkan suatu kelompok input yang dispesifikasi dengan mengingat teknologi yang berlaku. Dalam fungsi produksi biasanya jumlah yang diproduksi berdasarkan pada ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, mesin, dan modal yang digunakan.

3.1.2 Manajemen Produksi dan Operasi

Menurut Assauri (1980), manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumberdaya-sumberdaya baik berupa sumberdaya-sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya alat, sumberdaya-sumberdaya dana dan bahan, secara efektif dan efisien untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Maka dalam istilah manajemen tercakup semua kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa.

3.1.3 Teori Optimalisasi

Optimalisasi adalah serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam suatu kondisi tertentu. Dengan pendekatan normatif dapat diketahui bahwa optimalisasi mengidentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada tujuan maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi tujuan (Nasendi dan Anwar, 1985).


(52)

Optimalisasi bertujuan memaksimumkan keuntungan atau nilai dari produk yang dihasilkan dari proses produksi dan meminimumkan biaya atau segala pengorbanan yang diperlukan dalam proses produksi dengan memperhatikan kendala-kendala yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian tujuan tersebut kegiatan produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas diantara berbagai kegiatan yang saling bersaing (Buffa dan Sarin, 1996).

Menurut Taha (1996), tahap-tahap utama yang harus dilakukan untuk melakukan studi tentang operation research mencakup:

1. Definisi Masalah

Tiga tahap yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah deskripsi tentang sasaran atau tujuan dari studi tersebut, identifikasi alternatif keputusan sistem tersebut, dan pengenalan tentang keterbatasan, batasan dan persyaratan sistem tersebut.

2. Pengembangan Model

Model yang dikembangkan harus sesuai dan mewakili sistem yang bersangkutan, serta dapat menyatakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan batasan masalah dalam betuk variabel keputusan.

3. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dicapai dengan menggunakan teknik-teknik optimalisasi yang diidentifikasikan dengan baik dan menghasilkan pemecahan yang optimal.


(53)

4. Pengujian Keabsahan Model

Metode untuk menguji keabsahan suatu model adalah dengan menbandingkan kinerjanya dengan masa lalu yang tersedia untuk sistem aktual model tersebut. 5. Implementasi Hasil Akhir

Hasil opersi diterjemahkan oleh peneliti secara terperinci serta diberikan dalam bentuk yang mudah kepada pihak yang mengatur dan mengoperasikan sistem yang direkomendasikan tersebut.

3.1.4 Linear Programming

Linear Programming adalah suatu analisis masalah dengan menggunakan sebuah fungsi linear dari sejumlah variabel-variabel dengan tujuan maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya, dimana variabel-variabel tersebut merupakan anggota dari sejumlah kendala dalam bentuk pertidaksamaan linear. Supranto (1988) menyatakan bahwa Linear Programming merupakan salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimisasi atau minimisasi) dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linear untuk mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada.

Menurut Nasendi dan Anwar (1985), dalam merumuskan suatu persoalan atau permasalahan yang dihadapi ke dalam model ke dalam model program linear, terdapat karakteristik-karakteristik yang harus dipenuhi yaitu:

1. Ada tujuan yang akan diacapi secara tegas dan jelas

2. Terdapat berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut 3. Terbatasnya sumberdaya yang tersedia


(54)

4. Dapat dirumuskan secara kuantitatif 5. Adanya keterkaitan antar variabel

Menurut Soekartawi (1992), Linear Programming memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan-kelebihan dari Linear Programming adalah :

1. Mudah dilaksanakan apalagi bila menggunakan alat bantu komputer.

2. Dapat menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat dicapai.

3. Fungsi tujuan (objective function) dapat difleksibelkan sesuia dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Misalnya untuk meminimumkan biaya atau memaksimumkan keuntungan berdasrkan data yang tebatas.

Kelemahan dari Linear Programming adalah sulitnya analisis dengan banyak variabel jika tidak tersedia alat bantu komputer. Kelemahan lainnya adalah tidak diperhitungkan adanya economic of scale untuk memenuhi asumsi linieritas. Oleh karena itu, Linear Programming kurang mewakili keadaan yang sebenarnya. Menurut Buffa (1996) , proses pengembangan model optimasi linear adalah:

1. Tetapkan variabel-variabel keputusan

2. Tetapkan fungsi sasaran (Z), suatu persamaan linear yang mencakup variabel-variabel keputusan yang mengidentifikasi sasaran dalam memecahkan masalah.

3. Tetapkan kendala-kendala yang merupakan ekspresi (rumusan) linear yang mengandung variabel-variabel keputusan yang menjelaskan batasan-batasan atas keputusan yang diambil.


(1)

Lanjutan Lampiran 11

39 888.000000 INFINITY 888.000000 40 600.000000 0.000000 124.636360 41 600.000000 0.000000 124.636360 42 600.000000 0.000000 124.636360 43 720.000000 0.000000 64.999977 44 240.000000 0.000000 64.999977


(2)

MAX 7000X1 + 7000X2 + 7000X3 + 7000X4 + 7000X5 + 1900X6 + 2075X7 + 2175X8 + 2050X9 + 2050X10 + 1590X11 + 4587.5X12+ 2330X13+ 5583.33X14+ 350X15+ 1350X16+ 1350X17+ 850X18+ 2350X19+ 975X20+ 825X21

SUBJECT TO

0.11X1 + 0.11X2 + 0.11X3 + 0.05X13 + 0.1X16 <= 150 0.03X2 + 0.11X4 + 0.0002X20 + 0.0002X21 <= 20 0.11X5 <= 20

0.05X6 + 0.005X12 <= 85 0.05X7 + 0.005X12 <= 60 0.05X8 <= 48

0.05X9 <= 48 0.05X10 <= 24

0.05X11 + 0.005X12 <= 24 0.003X12 <= 6

0.1X15 <= 60 0.1X17 <= 60 0.1X18 <= 60 0.1X19 <= 60

0.25X20 + 0.25X21 <= 240 0.05X1 <= 40

0.05X14 <= 20 0.0002X21 <= 1

0.05X6 + 0.05X7 + 0.05X8 + 0.05X9 + 0.05X10 + 0.04X11 + 0.05X12 + 0.04X13 + 0.17X14 <= 276 0.04X6 + 0.04X7 + 0.04X8 + 0.04X9 + 0.04X10 + 0.03X11 + 0.05X12 + 0.03X13 + 0.13X14 <= 220.8

0.24X1 + 0.24X2 + 0.24X3 + 0.24X4 + 0.24X5 + 0.30X6 + 0.30X7 + 0.30X8 + 0.30X9 + 0.30X10 + 0.30X11 + 0.30X12 + 0.30X13 + 0.30X14 + 0.10X15 + 0.10X16 + 0.10X17 + 0.10X18 + 0.10X19 + 0.18X20 + 0.18X21 <= 2304

0.06X1 + 0.06X2 + 0.06X3 + 0.06X4 + 0.06X5 + 0.01X6 + 0.01X7 + 0.01X8 + 0.01X9 + 0.01X10 + 0.01X11 + 0.01X12 + 0.01X13 + 0.01X14 <= 1152

X1 <= 510.9 X2 <= 143.7 X3 <= 510.9 X4 <= 141 X5 <= 181.8 X6 <= 1409.9 X7 <= 1176 X8 <= 960 X9 <= 960 X10 <= 480 X11 <= 456 X12 <= 599.9 X13 <= 879.2 X14 <= 144 X15 <= 600 X16 <= 888 X17 <= 600 X18 <= 600


(3)

Lanjutan Lampiran 12 X19 <= 600

X20 <= 720 X21 <= 240

END

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 13

OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 24655688.43

VARIABLE VALUE REDUCED COST X1 510.899994 0.000000

X2 143.699997 0.000000 X3 510.899994 0.000000 X4 140.881821 0.000000 X5 181.800003 0.000000 X6 435.190002 0.000000 X7 1140.010010 0.000000 X8 960.000000 0.000000 X9 960.000000 0.000000 X10 480.000000 0.000000 X11 0.000000 97.500031 X12 599.900024 0.000000 X13 435.899994 0.000000 X14 144.000000 0.000000 X15 475.363647 0.000000 X16 0.000000 285.000031 X17 600.000000 0.000000 X18 600.000000 0.000000 X19 600.000000 0.000000 X20 720.000000 0.000000 X21 240.000000 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 0.000000 12850.000000

3) 0.000000 56000.000000 4) 0.002000 0.000000 5) 60.241001 0.000000 6) 0.000000 3500.000000 7) 0.000000 0.000000 8) 0.000000 3000.000000 9) 0.000000 0.000000 10) 21.000500 0.000000 11) 4.200300 0.000000 12) 12.463636 0.000000 13) 0.000000 0.000000 14) 0.000000 0.000000


(4)

15) 0.000000 0.000000 16) 0.000000 0.000000 17) 14.455000 0.000000 18) 12.800000 0.000000 19) 0.952000 0.000000 20) 5.329000 0.000000 21) 0.000000 21250.000000 22) 0.000000 3500.000000 23) 1011.159119 0.000000 24) 0.000000 4746.500000 25) 0.000000 3066.500000 26) 0.000000 4746.500000 27) 0.118182 0.000000 28) 0.000000 6160.000000 29) 974.710022 0.000000 30) 35.989998 0.000000 31) 0.000000 275.000000 32) 0.000000 0.000000 33) 0.000000 150.000000 34) 456.000000 0.000000 35) 0.000000 2457.500000 36) 443.299988 0.000000 37) 0.000000 1770.829956 38) 124.636360 0.000000 39) 888.000000 0.000000 40) 0.000000 1000.000000 41) 0.000000 500.000000 42) 0.000000 2000.000000 43) 0.000000 333.799988 44) 0.000000 183.800003

NO. ITERATIONS= 13

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE

X1 7000.000000 INFINITY 4746.500000 X2 7000.000000 INFINITY 3066.500000 X3 7000.000000 INFINITY 4746.500000 X4 7000.000000 11243.833008 6160.000000 X5 7000.000000 INFINITY 6160.000000 X6 1900.000000 150.000000 130.000046 X7 2075.000000 24575.001953 175.000000 X8 2175.000000 INFINITY 275.000000 X9 2050.000000 INFINITY 150.000000 X10 2050.000000 INFINITY 150.000000 X11 1590.000000 97.500031 INFINITY X12 4587.500000 INFINITY 2457.500000


(5)

Lanjutan Lampiran 12

X13 2330.000000 1393.863647 142.500015 X14 5583.330078 INFINITY 1770.829956 X15 350.000000 102.359253 130.000015 X16 1350.000000 285.000031 INFINITY X17 1350.000000 INFINITY 1000.000000 X18 850.000000 INFINITY 500.000000 X19 2350.000000 INFINITY 2000.000000 X20 975.000000 INFINITY 333.799988 X21 825.000000 INFINITY 183.800003

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE

2 150.000000 22.164999 8.309091 3 20.000000 0.013000 5.712500 4 20.000000 INFINITY 0.002000 5 85.000000 INFINITY 60.241001 6 60.000000 1.799500 48.735500 7 48.000000 INFINITY 0.000000 8 48.000000 0.000000 48.000000 9 24.000000 INFINITY 0.000000 10 24.000000 INFINITY 21.000500 11 6.000000 INFINITY 4.200300 12 60.000000 INFINITY 12.463636 13 60.000000 INFINITY 0.000000 14 60.000000 INFINITY 0.000000 15 60.000000 INFINITY 0.000000 16 240.000000 INFINITY 0.000000 17 40.000000 INFINITY 14.455000 18 20.000000 INFINITY 12.800000 19 1.000000 INFINITY 0.952000 20 276.000000 INFINITY 5.329000 21 220.800003 4.263200 1.661818 22 2304.000000 12.463636 47.536366 23 1152.000000 INFINITY 1011.159119 24 510.899994 198.136353 166.181808 25 143.699997 198.136353 0.433333 26 510.899994 198.136353 166.181808 27 141.000000 INFINITY 0.118182 28 181.800003 0.018182 51.931816 29 1409.900024 INFINITY 974.710022 30 1176.000000 INFINITY 35.989998 31 960.000000 0.000000 960.000000 32 960.000000 INFINITY 0.000000 33 480.000000 0.000000 480.000000 34 456.000000 INFINITY 456.000000 35 599.900024 166.181808 359.899994 36 879.200012 INFINITY 443.299988 37 144.000000 18.464645 70.424248 38 600.000000 INFINITY 124.636360 39 888.000000 INFINITY 888.000000


(6)

40 600.000000 0.000000 124.636360 41 600.000000 0.000000 124.636360 42 600.000000 0.000000 124.636360 43 720.000000 0.000000 64.999977 44 240.000000 0.000000 64.999977