15
Secara  umum  konsep  STA  yang  dikemukakan  oleh  perencana  kebijakan belum  dapat    terlaksana  dengan  baik. Sebagai  contoh  adalah  tidak  aktifnya  STA
tanaman pangan dan hortikultura yang berada di Desa Benda Kecamatan Cicurug Sukabumi  beberapa  waktu  yang  lalu.  Hal  tersebut  disebabkan  karena  adanya
permasalahan  dalam  penanganan  pemasaran  komoditas  jagung  serta  letak keberadaan  STA  itu  sendiri  yang  menimbulkan  tambahan  biaya  ongkos  angkut
yang  harus  ditanggung  oleh  petani  dari  lokasi  produksi  ke  lokasi  STA  berada. Kondisi tersebut mengakibatkan  sebagian  petani  lebih  banyak  menjual  hasil
panennya langsung ke Pasar Induk Ramayana Bogor maupun Pasar Induk Kramat Jati  dengan  harga  yang  lebih  kompetitif  dibandingkan  dengan  penerimaan  harga
di STA. Kasus lainnya adalah rancangan pembangunan konsep STA di Kabupaten Ciamis  juga  terbentur  dengan  permasalahan mengenai bagaimana  menetapkan
lokasi STA  yang  dapat  mengakomodasikan  sebagian  besar  produksi  komoditas unggulan  daerah  Ciamis  yang  cukup  menyebar  di  berbagai  wilayah  Kabupaten
Ciamis,  dengan  geografis  yang  cukup  beragam  serta  akses  pasar  yang  berbeda, seperti  yang  selama ini  telah  dijalankan  para  pelaku  agribisnis.  Hal  yang  sama
juga  terjadi  pada  STA  terpadu  di  Kabupaten  Sumedang,  yang  hanya  dapat mengakomodasi  beberapa  komoditas  pertanian  tanaman  semusim  dalam  jumlah
produksi yang fluktuatif Setiajie 2004a.
2.4.3. Manfaat Sub Terminal Agribisnis
Setiajie  2004a  menguraikan  beberapa  manfaat  STA  yang  merupakan infrastruktur pemasaran, diantaranya adalah sebagai berikut:
1 Memperlancar  kegiatan  dan  meningkatkan  efisiensi  pemasaran  komoditas agribisnis, yang meliputi:
a Sebagai pusat transaksi hasil-hasil agribisnis. b Memperbaiki struktur pasar, cara dan jaringan pemasaran.
c Sebagai pusat informasi pertanian. d Sebagai sarana promosi produk pertanian.
2 Mempermudah pembinaan mutu hasil-hasil produk agribisnis yang meliputi: a Penyediaan air bersih, es, gudang, cool room dan cold strorage.
b Melatih  para  petani  dan  pedagang  dalam proses penanganan  dan pengemasan hasil-hasil pertanian.
16
3 Sebagai  wadah  bagi  pelaku  agribisnis  untuk  pengembangan kegiatan agribisnis,  mengsinkronkan  kebutuhan  atau  permintaan  pasar  dengan
manajemen  lahan,  pola  tanam,  kebutuhan  saprodi  dan  dan permodalan  serta peningkatan administrasi pemasaran.
4 Peningkatan pendapatan daerah melalui jasa pelayanan pemasaran. 5 Pengembangan agribisnis dan wilayah.
Peranan  STA  mendukung  pula  terlaksananya  fungsi  Terminal  Agribisnis TA  yaitu  menjamin  kualitas  dari  suatu  komoditas  yang  akan  dijual  ke  para
konsumen, mengembalikan kestabilan harga, menjaga produksi dari dalam negeri, meningkatkan  pendapatan  produsen  dan  membangun  sistem  informasi. Peranan
TA dan STA ditunjukkan oleh hasil penelitian Alifah 2005 pada Gambar 3. Pada praktiknya terdapat STA ataupun TA yang telah dioperasikan namun
belum  dapat  memberikan  manfaat  yang  optimal  bagi  para  pelaku  agribisnis. Contohnya  adalah saluran  pemasaran  ikan  hias  melalui  TA  Rancamaya  belum
efisien  bila  dibandingkan  dengan  saluran  pemasaran  yang  tidak  melaui  TA. Walaupun demikian namun secara fungsi fasilitas TA Rancamaya adalah lembaga
pemasaran  yang  sangat  memuaskan Dalimunthe 2006. Sementara  itu, efisiensi saluran  tataniaga untuk  pasar  tradisional  dan  pasar modern melalui  STA
Cigombong  Kabupaten  Cianjur terlihat bahwa saluran tataniaga  paling  efisien berada pada pola saluran pemasaran dari STA Cigombong menuju pasar modern.
Hal tersebut dikarenakan pola saluran yang pendek, nilai rasio BC yang  merata, dan pasar yang terpadu untuk jangka panjang Wulandari 2008.
Berdasarkan  uraian pada  bab  tinjauan  pustaka,  belum  ada  penelitian mengenai  yang  mengkaji tentang  optimalisasi  distribusi  di  STA.  Penelitian
sebelumnya  mengenai  TA  atau  STA biasanya  mengkaji  mengenai  efisiensi saluran  tataniaga  seperti  yang  dilakukan  oleh  Dalimunthe  2006  dan  Wulandari
2008. Sementara  itu, topik  penelitian  mengenai  optimalisasi  memang  telah banyak dilakukan baik optimalisasi produksi, pengadaan dan distribusi. Penelitian
ini  mengkaji  tentang  optimalisasi  distribusi  buah  pepaya  di  Sub  Terminal Agribisnis  Rancamaya.  Sama  halnya  dengan  penelitian  sebelumnya  mengenai
optimalisasi  distribusi,  pada  penelitian  ini  optimalisasi  dianalisis  menggunakan linear  programming dengan  model  transportasi.  Pengolahan  analisis  tersebut
17
dibantu  dengan  penggunaan software LINDO Linear  Interactive  Discrete Optimier.  Pemakaian  alat  analisis  tersebut  untuk  menganalisis  optimalisasi
distribusi merupakan hal yang tepat.
Gambar 3 . Peranan Terminal Agribisnis dan Sub Terminal Agribisnis
Sumber : Alifah 2005 Sentra Produksi
Produsen
STA Produsen
STA Produsen
STA
Konsumen Pasar Retail
Konsumen Pasar Retail
Konsumen Pasar Retail
Sentra Pasar Terminal
Agribisnis
18
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis