14
2.4. Studi Empiris Mengenai Tataniaga
Nugraha 2006 dalam analisis sistem tataniaga kayu jenis sengon Paraserianthes falcataria dan prospek pengembangannya di Kecamatan Cililin,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tujuan penelitian yaitu menganalisis sistem tataniaga kayu gergajian jenis sengon paraserianthes falcataria dan prospek
pengembangannya. Penelitian yang dilakukan berupa alat analisis kualitatif yaitu dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap keadaan sistem tataniaga
yang meliputi analisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya.
Lembaga tataniaga yang terlibat adalah; petani sengon, tengkulak kayu, pengolah kayu, industri penggergajian kayu IPK, pedagang penampung dan
material. Saluran yang tersedia sebanyak 7 saluran tataniaga yaitu; saluran I petani, tengkulak, dan pedagang penampung. Saluran II petani, tengkulak,
industri penggergajian kayu, dan material. Saluran III petani, pengolah, dan pedagang penampung. Saluran IV petani, pengolah, dan material. Saluran V
petani, industri penggergajian kayu, dan material. Saluran Vi petani, tengkulak, industri penggergajian kayu, pedagang penampung. Dan yang terakhir saluran
VII petani, tengkulak, dan industri luar daerah. Saluran yang paling banyak digunakan adalah saluran tataniaga I petani,
tengkulak, pedagang penampung dengan demikian marjin tataniaga tengkulak sebesar 36.51 persen dan keuntungan sebesar 154.05 persen, sedangkan farmer’s
share’ petani sebesar 63.40 persen dengan keuntungan sebesar 29.22 persen. Nilai rata-rata marjin keuntungan terbesar diperoleh pengolah sebesar Rp 46.488.10m
3
, di ikuti oleh industri penggergajian kayu IPK sebesar 40.666.67m
3
, kemudian tengkulak sebesar Rp. 36.916.67m
3
dan yang terendah petani sebesar Rp. 28.132.19m
3.
Kesimpulan yang diperoleh bahwa sistem tataniaga kayu gergajian jenis sengon belum efisien karena tidak adanya pembagian keuntungan yang
merata antara pelaku tataniaga yang terlibat.
2.5. Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah