Analisis nilai tambah dan pemasaran minyak gaharu (Studi kasus di CV Aromindo)

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK

GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)

SKRIPSI

ANDINA GEMAH PERTIWI H34080103

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR


(2)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK

GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)

Andina Gemah Pertiwi1) dan Ratna Winandi 2) 1)

Mahasiswi Departemen Agribisnis FEM IPB, H34080103 2)

Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM IPB, Dr. Ir., Ms

ABSTRACT

CV Aromindo is agarwood processing company located in Bogor. Agarwood oil production is resulting the added value that can increase revenue for the company and other production factors. However, sales of agarwood oil is still far from the target company, it is indicated by lack of marketing management process undertaken by CV Aromindo. Agarwood oil sales has implications for the value added. Success in achieving marketing objectives set by good marketing management process. Therefore, this study aims to analyze the value-added and marketing aloes. Based on the percentage value added ratio of 51.032 percent, then the CV Aromindo can be said to have great added value. In the implementation of marketing management, CV Aromindo has implemented marketing management in the company. Opportunity has not been fully utilized, for example, the opportunity to enter the China market that already exists. The marketing strategy is done. However, CV aromindo need to improve management of marketing, companies must have an employee who focused on marketing activities, expand markets, in cooperation with relevant parties aloes to get a higher yield and grow agarwood oil products to perfume or aromatherapy so as to increase profit.

Keywords: agarwood oil, value-added, marketing

ABSTRAK

CV Aromindo adalah perusahaan pengolah gaharu yang terletak di Bogor. Minyak gaharu merupakan hasil produksinya yang menghasilkan nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan bagi perusahaan dan faktor-faktor produksi lainnya. Akan tetapi, penjualan minyak gaharu masih jauh dari target perusahaan, itu diindikasikan karena kurang baiknya proses manajemen pemasaran yang dilakukan oleh CV Aromindo. Penjualan minyak gaharu berimplikasi pada nilai tambah. Keberhasilan dalam mencapai tujuan pemasaran yang ditetapkan oleh proses manajemen pemasaran yang baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk analisis nilai tambah dan pemasaran minyak gaharu. Berdasarkan persentase rasio nilai tambah 51,032 persen, maka CV Aromindo dapat dikatakan memiliki nilai tambah yang besar. Dalam pelaksanaan manajemen pemasaran, CV Aromindo telah menerapkan manajemen pemasaran di perusahaannya. Peluang belum dimanfaatkan seluruhnya, contohnya peluang untuk masuk ke pasar China yang sudah ada. Strategi pemasaran sudah dilakukan. Namun, CV Aromindo perlu untuk memperbaiki manajemen pemasarannya, perusahaan harus memiliki karyawan khusus yang berfokus pada kegiatan pemasaran, memperluas pasar, bekerjasama dengan pihak terkait gaharu untuk mendapatkan rendemen yang lebih tinggi dan mengembangkan produk minyak gaharu menjadi minyak wangi atau aromaterapi sehingga dapat meningkatkan keuntungan.


(3)

RINGKASAN

ANDINA GEMAH PERTIWI. Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Minyak Gaharu (Studi Kasus di CV Aromindo). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RATNA WINANDI ASMARANTAKA).

Gaharu merupakan salah satu produk primadona ekspor bagi HHBK. Namun, produksi gaharu Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan gaharu dunia sebesar 4000 ton per tahun. CV Aromindo merupakan perusahaan yang melakukan pengolahan untuk produk gaharu. Produk olahan terbaik yang dihasilkan oleh CV Aromindo adalah minyak gaharu yang memiliki nilai tambah akibat adanya perubahan bentuk produk. CV Aromindo mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian. Akan tetapi, perkembangan usaha gaharu CV Aromindo belum seperti yang diharapkan karena beberapa kendala. Salah satu permasalahan CV Aromindo yaitu penjualan minyak gaharu yang masih jauh dari target perusahaan sehingga keuntungan yang diterima belum maksimal.

Dari fakta yang ada maka timbul pertanyaan penelitian yaitu: bagaimana besaran dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha penyulingan kayu gaharu menjadi minyak gaharu serta pelaksanaan proses manajemen pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo. Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha penyulingan kayu gaharu menjadi minyak gaharu serta mengetahui dan menganalisis pelaksanaan proses manajemen pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo. Tujuan penelitian dijawab dengan metode Hayami yang dilengkapi dengan analisis deskriptif untuk pemasaran. Kerangka teoritis disusun berdasarkan teori yang ada dan penelitian terdahulu yang terkait.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh nilai tambah penyulingan gaharu menjadi minyak gaharu sebesar Rp 66.342,01 per kg bahan baku per tahun dan keuntungan sebesar Rp 57.542,01 per kg bahan baku per tahun atau sebesar 86,735 persen dari nilai tambah dan 44,263 persen dari nilai minyak gaharu. Adapun balas jasa terbanyak dari faktor keuntungan perusahaan yaitu sebesar 76,723 persen. Faktor lainnya yaitu pendapatan tenaga kerja sebesar 11,733 persen dan sumbangan input lain sebesar 11,544 persen. Seluruh hasil yang diperoleh tersebut merupakan perhitungan per kg bahan baku.

Dalam pelaksanaan pemasaran minyak gaharu, CV Aromindo telah menerapkan manajemen pemasaran pada perusahaannya. Akan tetapi, peluang yang ada belum dimanfaatkan oleh perusahaan, contohnya peluang untuk masuk ke pasar China. Perusahaan menetapkan segmentasi pasarnya berdasarkan geografis dimana segmen pasar tersebut berada pada wilayah geografis Timur Tengah tepatnya Saudi Arabia. Target pasar CV Aromindo yaitu perusahaan minyak wangi dan aromaterapi. CV Aromindo menetapkan posisi produknya sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi dan aromaterapi yang memiliki kualitas tinggi. Strategi bauran pemasaran juga dilakukan oleh CV Aromindo dimana produk yang dijual berupa minyak gaharu dengan penetapan harga berdasarkan going rate atau mengikuti harga yang berlaku dipasaran.


(4)

Tempat/pendistribusian, CV Aromindo menetapkan pendistribusian produknya ke pasar Saudi Arabia terutama Al Obaid Trading sebagai pelanggan tetapnya. Dalam menjalankan usahanya CV Aromindo memperkenalkan produk minyak gaharu melalui website. Sebagai tahap pengendalian pemasaran, CV Aromindo cenderung mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan kepada CV Aromindo agar melakukan kerjasama dengan pihak terkait gaharu untuk menghasilkan rendemen minyak gaharu yang lebih tinggi agar besar nilai tambah yang diciptakan dari proses penyulingan dapat lebih tinggi. Selain itu, perusahaan sebaiknya mengembangkan produk minyak gaharu yang masih merupakan bahan baku menjadi minyak wangi dan aromaterapi yang merupakan bahan jadi, sehingga bisa meningkatkan keuntungan perusahaan. Adapun untuk pemasaran perusahaan, CV Aromindo sebaiknya memiliki karyawan khusus di bagian pemasaran untuk mengerjakan tugas pemasaran terkait dengan penyusunan strategi yang tepat, misalnya dalam penetapan bauran pemasaran 4P, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi, sehingga mampu meningkatkan keuntungan perusahaan. Hal lainnya yaitu sebaiknya CV Aromindo melakukan perluasan pasar, misalnya dengan memasuki pasar China yang sudah ada, sehingga dapat lebih meningkatkan volume penjualan dan keuntungan perusahaan.


(5)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN MINYAK

GAHARU (STUDI KASUS DI CV AROMINDO)

ANDINA GEMAH PERTIWI H34080103

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR


(6)

Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Minyak Gaharu (Studi Kasus Di CV Aromindo)

Nama : Andina Gemah Pertiwi

NIM : H34080103

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS NIP. 19530718 197803 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Minyak Gaharu (Studi Kasus di CV Aromindo)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Andina Gemah Pertiwi H34080103


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Maret 1990 yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang berasal dari pasangan Ir. H. Nata Suwarya, M.Si dan Hj. Ida Tinawati, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN PAI Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Sulawesi Selatan pada tahun 2002, dilanjutkan ke SMPN 12 Kota Makassar Sulawesi Selatan pada tahun 2005, dan pendidikan menengah atas diselesaikan di SMAN 5 Kota Bogor Jawa Barat pada tahun 2008. Penulis diterima di Mayor Agribisnis di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selain itu penulis juga mengikuti program Minor Komunikasi di Departemen Komunikasi Pengembangan Masyarakat.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif terlibat pada kegiatan organisasi baik yang diadakan oleh Departemen Agribisnis, tingkat Fakultas Ekonomi dan Manajemen maupun kegiatan yang diadakan Institut Pertanian Bogor.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam senantiasa terlimpah pada Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Minyak Gaharu (Studi Kasus di CV Aromindo)”.

Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha penyulingan kayu gaharu menjadi minyak gaharu, serta mengetahui dan menganalisis pelaksanaan proses manajemen pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo. Penulis berharap semoga hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2013 Andina Gemah Pertiwi


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi tidak terlepas dari bantuan, motivasi, doa, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, masukan, koreksi, dan bantuan selama pra, pelaksanaan, hingga setelah pelaksanaan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM dan Ir. Harmini, M.Si selaku dosen penguji utama dan dosen penguji Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis pada sidang penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi.

3. Drs. Iman Firmansyah selaku dosen pembimbing proposal penelitian atas segala bimbingan, masukan, koreksi, dan bantuan selama pra, pelaksanaan, hingga setelah pelaksanaan proposal penelitian.

4. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran selama perkuliahan.

5. Ir. H. Nata Suwarya, M.Si dan Hj. Ida Tinawati, S.Pd orang tua tercinta atas kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi, do’a yang tiada henti-hentinya selama penulis menempuh pendidikan hingga saat ini, dan mendidik penulis agar selalu menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. Semoga skripsi ini menjadi persembahan terbaik.

6. Kakak dan Adik penulis Anandita Irianti Utami, S.Hut, Indra Suryadinata dan Ghaissani Arifah Hidayati, atas kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi dan do’a yang tiada henti-hentinya selama penulis menempuh pendidikan hingga saat ini.

7. Bapak Ir. Ramzi Salim sebagai pemimpin sekaligus pemilik perusahaan, Bapak Solihin, SE, sebagai kepala Humas yang menerima dan membantu penulis dalam pencarian informasi dan pelaksanaan skripsi di CV Aromindo. 8. Ibu Ida, Mbak Dian, Bapak Yusuf, dan seluruh dosen dan staf Departemen


(11)

9. Sahabat tersayang, M. Hadinoor Gorbachev, ST, Busrol Karim, SE, Ramdhani, Arima Puspitaningrum, S.Stk, Bebby Noviola, SE, Restika Raditia Aulia, SE , Akbar Zaenal Muttaqin, SE, Andikha Yuli Sutrisno, SE, Regina Prameisa, SE, Dinda Puti Denantica, SE, Septiannisa Rahmi, SE, Julia Rahmamita, SE, Nur Hutami Budiarti, SE, Destia Eka Putri, SE, Meidina Megan Andriani, SE, dan Tsamaniatul Khusnia atas dukungan, semangat, dan kebersamaannya selama ini.

10. Ratih Kusuma Ningrum, SE, Eva Aprilalony, SE, Aklima Dhiska, SE, Farisah Firas, Mizani Adlina, SE, dan Muhammad Fikri, SE, teman satu bimbingan skripsi di bawah bimbingan Pak Iman dan Bu Ratna.

11. Teman gladikarya Desa Bojong Sawah, Firman Raditya, Putri Nursakinah, SE, dan Ervan Fahreza, SE, atas sharing dan kebersamaan selama gladikarya. 12. Teman-teman Departemen Agribisnis IPB dan Kelas A21-A22 Angkatan 45

Tingkat Persiapan Bersama yang telah memberikan banyak pengalaman dan kenangan berharga bagi penulis.

13. Semua pihak yang telah bersedia membantu penulis semasa penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Terima kasih banyak.

Bogor, Maret 2013 Andina Gemah Pertiwi H34080103


(12)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan ... 12

1.4 Manfaat ... 12

1.5 Ruang Lingkup ... 13

II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu ... 14

2.2 Gaharu ... 14

2.3 Klasifikasi Gaharu ... 16

2.4 Minyak Gaharu ... 17

2.5 Minyak Atsiri ... 18

2.6 Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah dan Pemasaran ... 19

2.7 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu ... 21

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.1.1 Konsep Nilai Tambah ... 22

3.1.2 Konsep Pemasaran ... 23

3.1.3 Analisis Peluang Pasar ... 25

3.1.4 Segmentasi, Target, dan Posisi Pasar ... 25

3.1.5 Bauran Pemasaran ... 28

3.1.6 Pelaksanaan dan Pengendalian Pemasaran ... 33

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

IV METODOLOGI PENELITIAN ... 36

4.1 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.2 Data dan Instrumentasi ... 36

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 36

4.4 Metode Pengolahan data ... 37

4.4.1 Analisis Nilai Tambah ... 37

4.4.2 Analisis Proses Manajemen Pemasaran ... 40

4.4.3 Definisi Operasional Variabel ... 43

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 46

5.1 Sejarah dan Perkembangan CV Aromindo ... 46

5.2 Lokasi Perusahaan ... 47

5.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 47

5.4 Sarana dan Prasarana Produksi ... 49


(13)

iv

5.6 Mesin dan Peralatan ... 50

5.7 Proses Produksi ... 51

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

6.1 Analisis Nilai Tambah ... 53

6.2 Pendapatan Total Perusahaan ... 59

6.3 Analisis Pemasaran Minyak Gaharu ... 60

6.3.1 Analisis Peluang Pasar ... 61

6.3.2 Analisis Segmentasi, Target, dan Positioning ... 65

6.3.3 Bauran Pemasaran ... 68

6.3.4 Pelaksanaan dan Pengendalian Usaha Pemasaran ... 72

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

7.1 Kesimpulan ... 74

7.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(14)

v

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Konstribusi Sektor Kehutanan dan Hasil-Hasilnya dalam

Pembentukan Produk Domestik Bruto Harga Konstan 2000 ... 1

2. Ekspor Gaharu Tahun 2000-2010 ... 3

3. Produksi Gaharu Indonesia Tahun 2004-2009 ... 4

4. Perkembangan Kuota dan Realisasi Ekspor Gaharu Indonesia ... 5

5. Harga Kayu Gaharu Sesuai Grade ... 8

6. Ekspor Minyak Gaharu oleh CV Aromindo Tahun 2007-2011 ... 11

7. Perhitungan Nilai Tambah Minyak Gaharu ... 39

8. Jenis dan Jumlah Gaharu milik CV Aromindo ... 47

9. Informasi Tenaga Kerja CV Aromindo ... 48

10. Luas Lahan dan Bangunan CV Aromindo ... 50

11. Perhitungan Nilai Tambah Kayu Gaharu Menjadi Minyak Gaharu ... 54

12. Sumbangan Input Lain ... 56

13. Wilayah Pendistribusian Gaharu ... 71

14. Informasi untuk Perhitungan ... 86


(15)

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. 4P Bauran Pemasaran ... 29 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35 3. Distribusi Nilai Tambah Pengolahan Minyak Gaharu

Terhadap Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan ... 57 4. Besarnya Distribusi Marjin Terhadap Imbalan


(16)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jenis dan Golongan HHBK ... 81 2. Jenis – Jenis Pohon Penghasil Gaharu di Indonesia ... 82 3. Daftar Minyak Atsiri yang Sedang Berkembang di Indonesia.. . 83 4. Mesin dan Peralatan CV Aromindo ... 85 5. Perhitungan Hari Orang Kerja ... 86 6. Perhitungan Sumbangan Input Lain ... 87


(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luasnya hutan di Indonesia menjadikan negara Indonesia sebagai paru-paru dunia dan dengan kekayaan hutan yang dimilikinya tentu begitu banyak pula potensi yang dapat dikembangkan dari hasil hutan tersebut. Hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 Tentang Kehutanan Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memiliki kontribusi terhadap perekonomian nasional melalui perkembangan investasi industri dan perdagangan hasil hutan (Tabel 1). Akan tetapi, persentase kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB terus menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi peringatan penting bagi para pelaku usaha di sektor kehutanan agar meningkatkan produktivitas usahanya sehingga sektor kehutanan tetap mampu memberikan kontribusi yang tinggi bagi negara.

Tabel 1. Kontribusi Sektor Kehutanan dan Hasil-Hasilnya dalam Pembentukan Produk Domestik Bruto Harga Konstan 2000

Tahun

Uraian

PDB (milyar

rupiah) Kehutanan

Persen-tase Terha-dap PDB (%) Industri Kayu dan Produk Lainnya (milyar rupiah) Persen-tase Terha-dap PDB (%) Kehutanan dan Hasil-Hasilnya (1+2) (milyar rupiah) Persen-tase Terha-dap PDB (%) 2004 1.656.516,80 17.433,80 1,05 20.325,50 1,23 37.759,30 2,28 2005 1.750.656,10 17.176,90 0,98 20.138,50 1,15 37.315,40 2,13 2006 1.846.654,90 16.784,10 0,91 20.006,20 1,08 36.693,10 1,99 2007 1.963.974,30 16.401,40 0,84 19.657,60 1 36.059,00 1,84 2008 2.082.315,90 16.543,30 0,79 20.335,80 0,98 36.879,10 1,77 2009 2.176.975,50 16.793,80 0,77 20.039,20 0,92 36.833,00 1,69

2010 2.310.689,80 17.192,50 0,74 - - - -

2011 2.463.242,00 17.361,80 0,70 - - - -


(18)

2

Hasil hutan dibedakan menjadi dua, yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). HHBK dalam pemanfaatannya memiliki keunggulan dibanding hasil kayu sehingga HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya (Sudarmalik dkk. 2006). HHBK merupakan salah satu hasil hutan selain kayu dan jasa lingkungan. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35 Tahun 2007, HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari hutan.

Produk HHBK Indonesia diminati oleh masyarakat, baik domestik maupun luar negeri. HHBK mampu memberikan penghasilan bagi masyarakat sekitar hutan dan juga memiliki peran dalam penambahan devisa negara. HHBK memiliki berbagai macam jenis dan golongan (Lampiran 1). Menteri kehutanan pun telah menetapkan jenis-jenis HHBK yang terdiri dari 9 kelompok HHBK yang di dalamnya terdiri dari 558 spesies tumbuhan dan hewan sesuai dengan yang tercantum pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/Menhut-II/Tahun 2007.

Departemen Kehutanan telah mengembangkan lima jenis HHBK yang menjadi prioritas pengembangan, yaitu rotan, bambu, lebah, sutera dan gaharu. Di antara kelima prioritas tersebut, gaharu merupakan salah satu produk primadona ekspor bagi HHBK. Hal tersebut dilihat dari perdagangan HHBK untuk tumbuhan dan satwa liar ke luar negeri yang didominasi oleh ekspor gaharu dan arwana. Keduanya berkontribusi menyumbang 65 persen penerimaan devisa hingga 1,7 milyar rupiah untuk kelompok tumbuhan dan satwa liar pada penerimaan devisa yang dihasilkan dari ekspor produk HHBK1.

Perdagangan gaharu di Indonesia berlangsung sejak tahun 1918 pada masa penjajahan Hindia Belanda. Volume perdagangan gaharu saat itu hanya sekitar 11 ton per tahun. Setelah kemerdekaan, ekspor perdagangan gaharu terus berkembang tidak saja ke daratan China, tetapi juga ke Korea, Jepang dan USA serta ke beberapa negara Timur Tengah dengan permintaan yang tidak terbatas (Biro KLN dan Investasi 2002). Volume perdagangan gaharu mengalami

1

Bambang, Novianto. 2011. Kemenhut Desak Perubahan Tarif Perdagangan Tanaman Satwa Liar. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/12/04/25/m30diq-kemenhut-desak-perubahan-tarif-perdagangan-tanamansatwa-liar[diakses 10 Januari 2012]


(19)

3

peningkatan yang sangat drastis pada tahun 2010. Total volume ekspor gaharu saat itu mencapai 573 ton, naik signifikan dari tahun 2006 sebesar 170 ton. Persentase kenaikan volume perdagangan tersebut mencapai lebih dari 100 persen yaitu 337 persen dengan perkiraan perolehan devisa pada tahun 2006 sebesar US$ 26.086.350 dan meningkat menjadi US$ 85.987.500 pada tahun 2010 (Bintoro 2011).

Perdagangan gaharu yang semakin meningkat menyebabkan intensitas perburuan gaharu alam tidak terkendali karena gaharu yang diperdagangkan selama ini merupakan gaharu yang tumbuh di hutan alam. Masyarakat mengambil gaharu dengan cara menebang pohon hidup dan mencacahnya untuk memperoleh bagian kayu bergaharu tanpa memikirkan dampak yang terjadi pada pohon penghasil gaharu.

Tabel 2. Ekspor Gaharu Indonesia Tahun 2000-2010

Tahun Total Volume Ekspor Gaharu (Ton)

2000 155,790

2001 197,426

2002 175,000

2003 174,085

2004 175,000

2005 171,424

2006 170,000

2007 ≠

2008 ≠

2009 ≠

2010 573,000

Keterangan: alasan ketidaktersediaan tidak diketahui Sumber: CITES (2003) dan PHKA (2011)

Pada tahun 1995 pohon penghasil gaharu Aquilaria sp dimasukkan dalam daftar kelompok Apendix II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) karena perburuan yang tidak terkendali. Sejak dimasukkan dalam daftar kelompok Apendix II CITES, kuota ekspor gaharu dibatasi hanya 250 ton per tahun. Namun sejak tahun 2000, total


(20)

4

ekspor gaharu dari Indonesia terus menurun hingga jauh dibawah ambang kuota CITES. Semakin sulitnya mendapatkan gaharu di hutan alam telah mengakibatkan semua pohon gaharu (Aquilaria sp dan Gyrinops sp) dimasukkan dalam Apendix II pada konvensi CITES tanggal 2-14 Oktober 2004 di Bangkok. Eksploitasi hutan dan perburuan gaharu yang tidak terkendali menyebabkan penurunan kemampuan ekspor gaharu Indonesia. Sebagai gambaran, pada Tabel 2 disajikan data hasil kajian tentang perdagangan ekspor gaharu di Indonesia.

Kekhawatiran akan punahnya spesies gaharu di Indonesia membuat Departemen Kehutanan menurunkan kuota ekspor menjadi hanya 125 ton per tahun sejak tahun 2005. Hingga saat ini, belum terdapat akurasi data produksi dari berbagai daerah penghasil. Namun, produksi gaharu dapat diperkirakan oleh departemen kehutanan seperti yang tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Gaharu Indonesia Tahun 2004-2009

Tahun Produksi (Ton)

2004 6.175

2005 231

2006 668

2007 -

2008 -

2009 714

Sumber: BPS Kehutanan (2010)

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa terdapat penurunan yang tajam produksi gaharu dari tahun 2004 ke 2009. Departemen Kehutanan melihat potensi penurunan produksi gaharu tersebut sejak beberapa tahun lalu. Oleh karena itu, pada tahun 2001 eksportir gaharu diwajibkan memiliki lahan seluas minimal dua hektar untuk membudidayakan pohon gaharu. Pembudidayaan gaharu oleh masyarakat menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi pasokan gaharu dunia dengan total kebutuhan dunia sebesar 4.000 ton per tahun. Setelah tahun 2006, kuota untuk masing-masing jenis tumbuhan gaharu semakin mengalami fluktuasi begitu pula dengan realisasi ekspornya. Hal tersebut terlihat pada Tabel 4.


(21)

5

Tabel 4. Perkembangan Kuota dan Realisasi Ekspor Gaharu Indonesia

Tahun Jenis Gaharu Kuota (kg) Realisasi (kg) Persentase realisasi terhadap kuota (%)

2007

Aquilaria Malaccensis 30.000 23.709 79

Aquilaria Filaria 76.000 76.000 100

Gyrnops 24.000 8.000 33

2008

Aquilaria Malaccensis 30.000 30.000 100

Aquilaria Filaria 65.000 65.000 100

Gyrnops 25.000 25.000 100

2009

Aquilaria Malaccensis 173.250 74.890 43

Aquilaria Filaria 455.000 326.882 72

Gyrnops - - -

Sumber: Siran & Turjaman (2011)

Kuota ekspor gaharu pada tahun 2007 dari ketiga jenis yang dapat dipenuhi hanya dari jenis Aquilaria filaria, sedangkan untuk Aquilaria malaccensis tidak dapat dipenuhi, bahkan untuk Gyrinops realisasi ekspornya hanya mencapai 33 persen dari kuota yang ditetapkan. Pada tahun 2008, realisasi ekspor gaharu untuk ketiga jenis dapat terpenuhi 100 persen dari kuota yang ditetapkan. Pada tahun 2009, kenaikan kuota yang signifikan terjadi pada jenis Aquilaria malaccensis sebanyak hampir enam kali lipat, sedangkan pada Aquilaria filaria sebanyak tujuh kali lipat.

Penurunan kemampuan ekspor gaharu Indonesia sangat berpengaruh terhadap perkembangan harga gaharu, baik di pasar dunia maupun ditingkat pedagang pengumpul dikarenakan Indonesia merupakan produsen terbesar gaharu dunia. Pada tahun 1980, harga gaharu ditingkat pedagang pengumpul berkisar Rp 80.000 per kg untuk kualitas super. Awalnya, kenaikan harga gaharu relatif lambat, yaitu hanya naik menjadi Rp 100.000 per kg pada tahun 1993. Kenaikan pesat terjadi pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997, dimana harga gaharu mencapai Rp 3-5 juta per kg. Kenaikan harga gaharu berlanjut dan makin tajam hingga mencapai Rp 10 juta per kg pada tahun 2000 dan meningkat lagi hingga mencapai Rp 15 juta per kg pada tahun 2009 (Adijaya 2006 dan Wiguna 2009).


(22)

6

Perkembangan harga yang semakin baik, membuat prospek gaharu semakin baik untuk pasar luar negeri karena permintaan luar negeri cukup tinggi. Namun, produksi gaharu Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan gaharu dunia. Indonesia bersaing dengan negara-negara penghasil gaharu lainnya. Jika Indonesia dapat memanfaatkan peluang tersebut, maka Indonesia dapat menjadi negara pengekspor yang dapat diandalkan, selain meningkatkan keuntungan bagi setiap pengusaha juga dapat menunjang devisa dan perluasan kesempatan kerja.

Berbagai daerah di Bangka, Sukabumi, Bogor, Lampung dan NTT mulai mengembangkan pembudidayaan gaharu untuk mengantisipasi berkurangnya produksi gaharu Indonesia. Daerah Bogor merupakan daerah yang sangat serius dalam melakukan budidaya gaharu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor sudah melakukan penelitian gaharu semenjak tahun 2000 dan sudah menemukan teknik budidaya gaharu yang dipastikan bisa menghasilkan gubal gaharu yang harum dan mempunyai nilai rupiah yang sangat tinggi.

Nilai guna gaharu awalnya hanya digunakan sebagai bahan pengharum tubuh dan ruangan dengan cara pembakaran (fumigasi) serta sebagai bahan baku dupa atau hio yang digunakan dalam upacara ritual keagamaan masyarakat Hindu dan Budha. Pada saat ini, gaharu banyak dibutuhkan sebagai bahan baku industri pengikat (fixatif) minyak wangi serta bahan baku industri obat tradisional herbal. Sementara ini, produk ekspor gaharu Indonesia sebagian besar masih dalam bentuk potongan kayu. Oleh karena itu, untuk memperoleh nilai tambah perlu digalang bermacam jenis produk perdagangan ekspor gaharu dalam berbagai bentuk produk barang setengah jadi dan barang jadi dengan kualitas dan kontinuitas yang tertata secara baik sesuai perkembangan permintaan pasar dunia. CV Aromindo adalah satu perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan gaharu di Bogor, tepatnya terletak di daerah Cilendek Barat. Perusahaan ini menjual berbagai jenis gaharu, mulai dari yang natural atau bahan baku mentah, sampai pada gaharu yang sudah melalui processing atau pengolahan menjadi produk jadi. Berkembangnya teknologi industri menyebabkan berkembangnya tataniaga gaharu dalam bentuk produk minyak atsiri yang secara teknis diperoleh melalui penyulingan.


(23)

7

CV Aromindo memanfaatkan peluang yang ada dengan membuat produk minyak gaharu yang dibutuhkan sebagai bahan dasar untuk membuat minyak wangi maupun minyak aromaterapi. Melalui penciptaan minyak gaharu yang semula hanya berupa potongan kayu gaharu menjadi minyak gaharu, maka menciptakan nilai tambah bagi produk tersebut. Besarnya nilai tambah produk minyak gaharu selama ini tidak diketahui secara pasti oleh perusahaan. Padahal, dengan mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan, perusahaan dapat mengetahui secara pasti besar keuntungan yang didapatkan dari proses pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu sehingga memacu perusahaan untuk terus melakukan pengembangan terhadap produk yang dijual agar memiliki nilai tambah guna meningkatkan pendapatan perusahaan.

Produksi Gaharu di dalam negeri, lebih sering untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor, seperti China, Eropa dan Arab Saudi2. Begitu pun dengan CV Aromindo turut menjual minyak gaharu ke pasar tersebut. Perilaku kebutuhan masyarakat terhadap produk olahan gaharu seperti dupa, hio, minyak wangi, dan minyak aromaterapi berbahan dasar gaharu yang memiliki wangi khas menyebabkan industri pengolahan gaharu di pasar ekspor berkembang. Oleh karena itu, CV Aromindo perlu melakukan proses manajemen pemasaran yang baik agar dapat bersaing di pasar tersebut dan mampu mencapai tujuan pemasaran perusahaannya. Proses manajemen pemasaran ini dapat menentukan keberhasilan perusahaan dalam menjangkau pasar-pasar yang tepat dan potensial. Pada prosesnya, dapat dilihat peluang pasar bagi CV Aromindo, penerapan strategi pemasaran yang dilakukan melalui analisis segmentasi, targeting, dan positioning, bauran pemasaran produk, harga, distribusi, dan promosi yang dilakukan, serta pelaksanaan dan pengendalian pemasaran CV Aromindo. Oleh karena itu, penelitian ini diarahkan pada analisis nilai tambah dan pemasaran gaharu.

1.2 Permasalahan

Saat ini, gaharu sebagian besar dijual dalam bentuk mentah (potongan kayu). Padahal, beragamnya nilai guna gaharu merupakan indikator dalam pengusahaan gaharu, sehingga pengelolaan sumberdaya dan produksi diharapkan

2

http://www.hariansumutpos.com/2012/05/34648/melihat-potensi-gaharu-produk-ekspor-unik-dan-mahal#ixzz2KkjpBihH [Diakses 18 Februari 2012]


(24)

8

dapat berkembang sebagai lahan pengusahaan gaharu bagi Indonesia yang berperan penting dalam menggalang pendapatan masyarakat dan negara.

Gaharu tidak banyak dikonsumsi di dalam negeri lantaran harganya yang mahal. Hal ini membuat para pengusaha gaharu lebih memilih mengekspor ke pasar internasional, sebab permintaan pasar internasional tinggi. Berbagai negara konsumen atas produk komoditi gaharu antara lain, berbagai negara Timur Tengah, China, Jepang, Korea, Taiwan, Eropa, Amerika, Jerman, dan Belanda. Dari beberapa negara tersebut, kontribusi ekspor terbesar ke wilayah Timur Tengah, sebesar 60 hingga 70 persen3.

Gaharu merupakan produk yang memiliki nilai jual tinggi walaupun tidak diolah atau masih dalam bentuk kayu. Namun, ketika produk gaharu tersebut diolah, maka akan semakin meningkatkan nilai jualnya. Pada tahun 2010, nilai jual gaharu sebelum diolah ditingkat pedagang pengumpul lokal berkisar Rp 10.000,00 per kg untuk gaharu kualitas paling rendah hingga mencapai Rp 15.000.000,00 per kg untuk gaharu kualitas super, yaitu tergantung seberapa banyaknya kandungan resin pada gaharu tersebut (Anonim 2010). Harga gaharu pada tahun 2010 ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Harga Kayu Gaharu Sesuai Grade Tahun 2010 di Pulau Jawa

No Grade Kayu Gaharu Harga (Rp/kg)

1 Grade A Super king 15.000.000

2 Grade A 10.000.000

3 Grade AB 5.000.000

4 Grade C 2.000.000

5 Grade D 1.000.000

6 Grade E 500.000

7 Low Grade 100.000 - 300.000

8 Gaharu untuk minyak 10.000 - 100.000

Sumber: Anonim (2010)

3

A, Mashur M. 2011. China Impor Kayu Gaharu Tanpa Perantara. http://medan.tribunnews.com/2011/03/16/china-impor-kayu-gaharu-tanpa-perantara [Diakses 10 Januari 2012]


(25)

9

Harga jual gaharu di pasar lokal berbeda dibandingkan dengan yang beredar di pasar internasional, karena negara-negara pengekspor gaharu yang ada, mampu menjual gaharu dalam bentuk yang lebih bernilai jual. Peningkatan nilai jual pada suatu produk dapat dilakukan dengan pengubahan bentuk dari produk mentah menjadi produk olahan, baik berupa produk setengah jadi, maupun produk jadi. Produk jadi ini memiliki nilai tambah dan mampu meningkatkan pendapatan bagi perusahaan yang memproduksinya.

Salah satu alternatif dalam meningkatkan nilai tambah pengusahaan dapat dilakukan dengan mengembangkan jenis produk jadi yang memiliki nilai ekonomis pasar yang menguntungkan, salah satunya yaitu pengembangan produk minyak atsiri gaharu. Harga ekspor minyak gaharu di pasaran dunia sangat tinggi, berdasarkan pengalaman salah satu penyuling, titik terendah harga minyak gaharu sudah mencapai 7000 US$ per kg. Selain harga bahan baku yang mahal, tingginya harga minyak gaharu juga dipengaruhi oleh keterbatasan bahan baku dan rendemen minyak yang diperoleh dari hasil penyulingan relatif sedikit.

Produsen penyuling minyak gaharu masih sangat minim jumlahnya, karena untuk melakukan penyulingan pada gaharu, modal yang dibutuhkan tidak sedikit. Namun, berdasarkan kenyataan mengenai tingginya nilai jual produk olahan gaharu, maka semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk mengembangkan produk olahan gaharu, seperti minyak gaharu, dupa, hio, sabun, teh gaharu, dll. Hal itu dilakukan perusahaan demi mendapatkan keuntungan yang maksimal dari pengushaan gaharu tersebut.

CV Aromindo merupakan perusahaan yang melakukan pengolahan untuk produk gaharu. Perusahaan ini mempunyai alat penyulingan gaharu yang dirancang sendiri dan memiliki hak cipta atas mesin tersebut. CV Aromindo juga sering dijadikan percontohan bagi perusahaan lain ataupun individu yang ingin berbisnis gaharu melalui kegiatan seminar dan pelatihan. Adapun CV Aromindo menjual gaharu dalam bentuk mentah dan juga produk jadi. Produk mentah yang dijual berupa natural gaharu yaitu produk gaharu yang kualitasnya tinggi. process gaharu yaitu produk gaharu yang diolah agar memiliki kualitas yang lebih baik dan adapula minyak gaharu yang dihasilkan dengan menggunakan peralatan


(26)

10

canggih. Selain itu, terdapat produk olahan gaharu lain yang dihasilkannya, yaitu dupa, sabun, hio, dan hiasan artistik dari kayu gaharu.

CV Aromindo memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang ada dengan menjual gaharu dalam berbagai produk olahan, diantaranya dupa, hio, minyak gaharu, dan hiasan artistik kayu gaharu. Produk olahan terbaik yang dihasilkan oleh CV Aromindo adalah minyak gaharu yang diproduksi dengan menggunakan peralatan canggih. Minyak gaharu tersebut diproduksi dengan penyulingan sistem manual dan menggunakan tekanan uap tinggi. Peralatan yang digunakan dirancang sendiri oleh CV Aromindo dengan perpaduan peralatan penyulingan minyak gaharu dari Thailand dan India.

Harga minyak gaharu yang dihasilkan oleh CV Aromindo bervariasi tergantung pada proses produksinya. Harga yang ditetapkan perusahaan tersebut dapat berubah mengikuti nilai tukar rupiah terhadap dollar yang terjadi, karena CV Aromindo ini menjual minyak gaharu ke pasar ekspor. Dari segi ukuran, minyak gaharu yang dijual oleh CV Aromindo dijual dalam satuan kg.

CV Aromindo sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri gaharu dan produk turunannya mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian. Dalam aktivitas usahanya, selain berorientasi pada keuntungan, CV Aromindo juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan nilai tambah dan menyumbang devisa bagi negara. Akan tetapi, perkembangan usaha gaharu CV Aromindo belum seperti yang diharapkan karena beberapa kendala, di antaranya yaitu ketersediaan bahan baku yang tidak menentu, persaingan yang ketat dikarenakan pasar tujuan dari minyak gaharu ini adalah berorientasi ekspor, kemampuan tenaga penjual yang masih terbatas, serta masalah lain yang berkaitan dengan pengembangan usaha.

Menyadari kontribusi yang diberikan melalui adanya usaha minyak gaharu ini, menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk mempertahankan kesinambungan dan kestabilan aktivitas usahanya. Seperti yang diketahui, minyak gaharu memiliki nilai jual yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kayu gaharu. Hal ini dapat dilihat dari harga minyak gaharu yang lebih tinggi dibandingkan dengan gaharu dalam bentuk kayu. Produk olahan gaharu tersebut menghasilkan nilai tambah yang bisa meningkatkan pendapatan bagi CV


(27)

11

Aromindo. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana usaha pengolahan produk gaharu menjadi minyak gaharu ini dapat memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi perusahaan dan faktor-faktor produksi lainnya sehingga mampu menjaga kesinambungan usaha CV Aromindo.

Permasalahan lain yang dihadapi CV Aromindo dalam mencapai keuntungannya yaitu penjualan minyak gaharu yang masih jauh dari target perusahaan akibat dari permintaan yang belum sesuai. Permintaan terhadap minyak gaharu CV Aromindo menjadi penentu besarnya penjualan produk yang dilakukan perusahaan karena selama ini perusahaan menjual minyak gaharu jika ada permintaan melalui pemesanan. Oleh karena itu, perusahaan harus meninjau kembali langkah pemasaran yang dilakukan perusahaan. Langkah pertama dalam perencanaan bisnis adalah langkah pemasaran, dimana pasar sasaran dan strategi pemasarannya ditentukan, dan tujuan penjualan serta sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan ini ditetapkan (Kotler 1993). Adapun target hasil penjualan produksi minyak gaharu yang ingin dicapai perusahaan sebesar 38,4 kg per tahun. Penetapan target ini didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam memproduksi minyak gaharu sesuai dengan kapasitas mesin produksi yang dimiliki perusahaan juga banyaknya bahan baku yang mampu didapatkan dan waktu yang dibutuhkan untuk proses penyulingan gaharu menjadi minyak gaharu. Besarnya volume penjualan ekspor minyak gaharu oleh CV Aromindo dapat dilihat dari pada Tabel 6.

Tabel 6. Ekspor Minyak Gaharu oleh CV Aromindo Tahun 2007-2011

Tahun Volume Penjualan Minyak Gaharu (kg)

2007 6,58

2008 2,00

2009 5,00

2010 18,00

2011 2,00

Sumber: Data Sekunder Perusahaan (2012)

Tujuan pemasaran perusahaan CV Aromindo salah satunya yaitu pencapaian target penjualan minyak gaharu sesuai yang telah ditetapkan


(28)

12

perusahaan. Akan tetapi, hal tersebut belum mampu dicapai oleh perusahaan terbukti dari data penjualan pada tabel 6. Manajer pemasaran menjalani proses pemasaran untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut (Kotler 1993). Keberhasilan dalam mencapai tujuan pemasaran perusahaan salah satunya dapat ditentukan oleh proses manajemen pemasaran yang baik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menganalisis proses manajemen pemasaran yang dilakukan perusahaan. Manajemen pemasaran dalam hal ini ditujukan pada analisis peluang pasar minyak gaharu, penetapan segmentasi, target, dan posisi produk di pasar serta bauran pemasaran produk, harga, distribusi dan promosi, serta pelaksanaan dan pengendalian pemasaran yang dilakukan CV Aromindo. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha pengolahan kayu gaharu menjadi minyak gaharu?

2) Bagaimana pelaksanaan proses manajemen pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian antara lain:

1) Mengetahui besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik fakor-faktor produksi yang dihasilkan melalui adanya usaha pengolahan kayu gaharu menjadi minyak gaharu.

2) Mengetahui dan menganalisis pelaksanaan proses manajemen pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dan membangun bagi:

1) peneliti, sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan yang akan menjadi penyeimbang pada dunia kerja dalam hal memperluas wawasan dan melatih kemandirian;


(29)

13

2) Perusahaan, untuk mempertimbangkan dan menentukan kebijakan-kebijakan yang harus diambil dan dilaksanakan yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah usaha dan penentuan manajemen pemasaran yang tepat;

3) pemerintah, diharapkan menjadi salah satu masukan untuk merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan efektifitas pemasaran gaharu dan olahannya; dan

4) pembaca, sebagai referensi, pedoman, literatur, dan inspirasi mengenai analisis nilai tambah dan pemasaran produk olahan gaharu dan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada analisis nilai tambah dan pemasaran produk olahan gaharu. Produk yang dihasilkan berupa minyak gaharu. Penelitian ini dilakukan di CV Aromindo. Alat analisis yang digunakan untuk menghitung nilai tambah pada penelitian ini adalah analisis nilai tambah dengan metode Hayami, sedangkan untuk menganalisis proses manajemen pemasarannya yaitu melalui analisis peluang pasar, penelitian dan pemilihan pasar sasaran, pengembangan strategi bauran pemasaran, serta pelaksanaan dan pengendalian usaha pemasaran CV Aromindo.

Analisis peluang pasar pada penelitian ini dilihat dari lingkungan pemasaran perusahaan baik mikro maupun makro. Adapun lingkungan pemasaran mikro meliputi perusahaan, pemasok, pesaing, dan pembeli. Lingkungan pemasaran makro meliputi demografi, ekonomi, politik, teknologi, dan sosial budaya. Pada penelitian dan pemilihan pasar sasaran, dilakukan dengan menganalisis segmentasi, target, dan posisi produk perusahaan di pasar. Pengembangan strategi bauran pemasaran dianalisis melalui bauran produk, harga, distribusi/tempat, dan promosi. Tahap akhir yaitu pelaksanaan dan pengendalian perusahaan dilihat dari pelaksanaan kegiatan pemasaran pada divisi pemasaran CV Aromindo.


(30)

14

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Hutan Bukan kayu

Keberadaan hutan di Indonesia sebagai sumberdaya alam memiliki keunggulan tersendiri terutama karena hasil hutannya yang melimpah. Salah satu hasil hutan yang memiliki nilai manfaat tinggi yaitu hasil hutan bukan kayu (HHBK). Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 menyebutkan bahwa HHBK adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang berasal dari hutan. Adapun FAO mendefinisikan HHBK sebagai produk biologi asli selain kayu yang diambil dari hutan, lahan perkayuan dan pohon-pohon yang berada di luar hutan. Pemanfaatan HHBK di Indonesia belum dilakukan secara optimal sehingga masih harus terus dikembangkan.

Berbagai jenis tanaman penghasil HHBK merupakan tanaman serbaguna yang dapat memberikan berbagai manfaat sosial kepada masyarakat setempat, manfaat ekonomi untuk meningkatkan devisa negara dan manfaat lingkungan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. HHBK yang sudah biasa dikomersilkan diantaranya cendana, gaharu, sagu, rotan, aren, sukun, bambu, sutera alam, madu, jernang, kemenyan, kayu putih, kayu manis, kilemo, pinang, ylang-ylang, gemor, masohi, aneka tanaman hias dan tanaman obat serta minyak atsiri. Agar ekosistem hutan tetap terjaga, maka pengembangan HHBK lebih diarahkan pada peningkatan usaha budidaya dan pemanfaatan produksi yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan (Sunaryo 2008).

2.2 Gaharu

Gaharu merupakan komoditi HHBK andalan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi terutama untuk pemenuhan kebutuhan pasar industri kosmetik dan farmasi. Permintaannya yang tinggi serta ketersediaannya yang terbatas di alam menyebabkan harga komoditi ini relatif sangat tinggi (Nurapriyanto dkk. 2004). Gaharu berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu aguru yang berarti kayu berat (tenggelam). Gaharu adalah produk komoditas HHBK dalam bentuk kayu serpihan, potongan, serutan dan atau bubuk yang di dalamnya terkandung komponen kimia berupa resin dan bila dibakar akan mengeluarkan aroma


(31)

15

keharuman yang khas. Masyarakat awam seringkali mengaburkan istilah gaharu dengan pohon gaharu.

Menurut SNI 01-5009.1-1999 gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada suatu jenis pohon dan pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp. Beberapa nama diberikan pada gaharu, seperti agarwood, aloeswood, gaharu (Indonesia), ood, oudh, oodh (Arab), chenxiang (China), pau d’aquila (Portugis), bois d’aigle (Perancis), dan adlerholz (Jerman). Di Indonesia, gaharu memiliki nama yang berbeda-beda menurut daerah, seperti karas, alim, garu, dll. Gaharu dihasilkan oleh tumbuhan dari famili Thyeleaceae dengan 6 genus, Euphorbiaceae 1 genus dan Leguminoceae 1 genus. Selain Indonesia, gaharu juga dihasilkan dari beberapa negara seperti India, Myanmar, Thailand, Malaysia, Filiphina, Brunei Darusalam, Papua New Gini, China dan Indochina. Jenis-jenis pohon penghasil gaharu di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 2, dimana gaharu tersebut tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan dihasilkan dari jenis pohon yang berbeda pula untuk setiap daerah.

Gaharu di Indonesia mulai dikenal masyarakat sejak tahun 1200-an dan sebagain besar produksi hingga saat ini masih merupakan produksi hutan secara alami. Semula gaharu diburu masyarakat dengan cara dipungut dari pohon alam yang telah mati dengan sebagian besar produk tergolong dalam kelas gubal, dimana dengan kandungan resin yang tinggi di alam tidak akan lapuk dimakan usia. Namun, semakin sulitnya memperoleh pohon yang mati, masyarakat pemburu gaharu di berbagai daerah penghasil, mencari gaharu dengan cara menebang pohon hidup, kemudian mencari bagian kayu dengan cara mencacahnya untuk mendapatkan kayu berwarna hitam, hitam-coklat dan putih-kuning bergaris-garis hitam. Cara tersebut berdampak buruk bagi kelestarian sumberdaya pohon penghasil gaharu, sehingga Convention International Trade Endangered Species (CITES) menetapkan 2 genus Famili Thymeleaceae yaitu Aquilaria sp dan Gyrinops sp masuk sebagai tumbuhan dilindungi dalam kelompok Apendix II CITES.


(32)

16

Gaharu terbentuk dalam jaringan kayu akibat pohon terinfeksi penyakit cendawan (fungi) yang masuk melalui luka batang (patah cabang). Adapun jenis-jenis penyakit dari genus cendawan (fungi) yang terdapat di berbagai wilayah sentra produksi yang diduga sebagai postulat pembentuk gaharu adalah Fusarium sp, Phytium sp, Libertella sp, Rizoctonia sp, Trichoderma sp, Thiolaviopsis sp, Acremonium sp, Botrydiplodia sp, Penicillium sp dan Lasiodiplodia sp.

2.3 Klasifikasi Gaharu

Gaharu memiliki klasifikasi tersendiri sesuai dengan mutu kualitas yang diberikan. Adapun klasifikasi gaharu tersebut menurut standarisasi gaharu dalam SNI 01-5009.1-1999 yang ditetapkan oleh departemen kehutanan yaitu:

1) Gubal gaharu dibagi dalam tanda mutu, yaitu :

a) Mutu utama, dengan tanda mutu U, setara mutu super. b) Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu AB.

c) Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu sabah super. 2) Kemedangan dibagi dalam 7 (tujuh) kelas mutu, yaitu :

a) Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu TGA atau TK I. b) Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu SB I.

c) Mutu ketiga, dengan tanda mutu III, setara mutu TAB. d) Mutu keempat, dengan tanda mutu IV, setara mutu TGC. e) Mutu kelima, dengan tanda mutu V, setara mutu M 1. f) Mutu keenam, dengan tanda mutu VI, setara mutu M 2. g) Mutu ketujuh, dengan tanda mutu VII, setara mutu M 3. 3) Abu gaharu dibagi dalam 3 (tiga) kelas mutu, yaitu :

a) Mutu Utama, dengan tanda mutu U. b) Mutu pertama, dengan tanda mutu I. c) Mutu kedua, dengan tanda mutu II.

Pada klasifikasi tersebut terdapat beberapa istiah untuk gaharu. Berikut adalah pengertian dari istilah tersebut, yaitu:

1) Abu gaharu adalah serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau pengerokan.


(33)

17

2) Damar gaharu adalah sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu dengan aroma yang kuat, dan ditandai oleh warnanya yang hitam kecoklatan.

3) Gubal gaharu adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang agak kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman berseling coklat.

4) Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak.

2.4 Minyak Gaharu

Minyak gaharu merupakan minyak yang berasal dari proses penyulingan gaharu. Penyulingan gaharu dapat dilakukan dengan metode destilasi uap dan manual. Minyak Gaharu biasanya berwarna kuning atau coklat gelap. Gaharu yang digunakan untuk membuat minyak gaharu adalah gaharu kualitas kamedangan.

Penyulingan gaharu melalui teknik distilasi uap menggunakan potongan gaharu yang dimasukkan ke dalam peralatan distilasi uap. Tenaga uap tersebut menyebabkan sel tanaman gaharu dapat terbuka dan menghasilkan minyak dan senyawa aromatik untuk parfum. Kemudian uap air akan membawa senyawa aromatik tersebut melalui tempat pendinginan yang membuatnya terkondensasi kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran air dan minyak kemudian dipisahkan hingga membentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di bawah (Dewan Atsiri Indonesia dan IPB 2009).

Proses penyulingan minyak gaharu secara manual dilakukan dengan cara merendam kayu gaharu dalam air kemudian memindahkannya ke dalam wadah untuk menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan wadah dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah (Dewan Atsiri Indonesia dan IPB 2009).


(34)

18

2.5 Minyak Atsiri

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang. Minyak atsiri merupakan bahan yang bersifat mudah menguap, mempunyai rasa getir dan bau mirip tanaman asalnya. Umumnya minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri juga disebut dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara sintetis (Dewan Atsiri Indonesia dan IPB 2009). Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae.

Mengacu pada Dewan Atsiri Indonesia dan IPB (2009) proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara, yaitu: (1) pengempaan (pressing), (2) ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan (3) penyulingan (distilation). Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap yang diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.

Minyak atsiri memiliki kegunaan yang sangat banyak tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, komestik, flavour makanan dan obat-obatan. Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, shampo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida.


(35)

19

Komoditi minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Belanda, Hongkong, Irlandia dan Kanada. Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh Essential Oil Association of India dalam publikasinya yang berjudul Vasion 2005 India Essential Oil Industry, peringkat pertama produsen minyak atsiri dunia adalah Brasil disusul oleh Amerika Serikat dan India. Setidaknya ada 70 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat diproduksi di Indonesia (Lutony dan Rahmayati 2000). Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diusahakan di Indonesia.

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri potensial yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan devisa. Data statistik ekspor-impor dunia menunjukan bahwa konsumsi minyak atsiri dan turunannya naik sekitar 10 persen dari tahun ke tahun. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh perkembangan kebutuhan untuk industri food flavouring, industri komestik dan wewangian (Dewan Atsiri Indonesia dan IPB, 2009).

Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman penjajahan (Lutony dan Rahmayati 2000). Namun, jika dilihat dari kualitas dan kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Hal tersebut karena sebagian besar pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi yang terbatas. Daftar minyak atsiri yang berkembang di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 3.

2.6 Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah dan Pemasaran

Penelitian mengenai nilai tambah dan pemasaran yang dilakukan oleh penulis ini didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu, diantaranya adalah hasil penelitian Tinaprilla (1992) tentang Analisis Titik Impas, Nilai Tambah dan Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus Jacqu:Fr. Kumm) Studi Kasus pada CV Tunas Sari Kotamadya Bogor. Penelitian tesebut bertujuan untuk mempelajari kegiatan perusahaan, menganalisis biaya produksi, titik impas, kemampuan memperoleh laba, nilai tambah dan mempelajari proses manajemen pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan. Penentuan lokasi berdasarkan


(36)

20

pada teknik purposive sampling. Dalam menjawab pertanyaan mengenai nilai tambah dalam penelitian Tinaprillia (1992) menggunakan metode Hayami. Analisis didasarkan pada kegiatan perusahaan selama satu tahun mulai Januari sampai Desember 1991. Nilai tambah yang diperoleh perusahaan melalui aktivitas usaha jamur tiram putih yaitu sebesar Rp 114.514,46 per kg per tahun. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode Hayami tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan cenderung lebih padat karya karena kontribusi faktor tenaga kerja dalam pembentukan marjin cukup besar yaitu 11,95 persen, sedangkan untuk modal hanya 1,06 persen. Adapun balas jasa terbanyak berasal dari faktor bahan penolong yaitu sebesar 44,10 persen. Dari hasil penelitian mengenai pemasaran pada CV Tunas Sari diketahui bahwa perusahaan telah menerapkan manajemen pemasarannya walaupun masih relatif sederhana. Peluang pasar dilihat oleh perusahaan dari segi pemasok, pesaing dan pelanggan dimana sasaran perusahaan adalah konsumen golongan menengah ke atas. Pada tahap pengembangan strategi pemasaran, perusahaan melakukan kebijaksanaan produk, harga, promosi dan distribusi serta untuk pengendalian pemasaran, perusahaan berusaha mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

Selain itu, ada pula penelitian yang dilakukan oleh Munawar (2010) mengenai Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor). Penelitian tersebut bertujuan untuk; (1) menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas kayu bulat menjadi produk gergajian, (2) menganalisis saluran pemasaran yang meliputi: saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar, dan (3) menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan dan biaya.

Penelitian mengenai Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian tersebut dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian tersebut menggunakan metode Hayami yaitu nilai tambah dan analisis pemasaran dengan alat analisis kualitatif dan kuantitatif. Penentuan lokasi berdasarkan pada teknik purposive sampling.


(37)

21

Hasil analisa yang dilakukan oleh Munawar (2010) menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada IPK skala usaha kecil Rp. 103.879,02 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 18,00 persen, adalah nilai tambah terkecil. Nilai tambah pada IPK skala usaha menengah sebesar Rp. 117.972,15 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 19,09 persen dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar Rp.137.348,23 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan.

2.7 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pada studi literatur yang telah dilakukan terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaan pada penelitian ini adalah Tinaprilla (1992) dan Munawar (2010) menggunakan metode Hayami untuk menganalisis nilai tambah. Dalam menganalisis pemasaran, alat analisis yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif. Selain itu, penelitian ini juga sama-sama melakukan analisis nilai tambah pengolahan produk pertanian. Penentuan lokasi dengan teknik purposive sampling. Tujuan penelitian pada keduanya sama-sama menganalisis nilai tambah dan pemasaran.

Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada penelitian Munawar (2010) analisis pemasaran yang dilakukan mengarah kepada analisis pemasaran dari sudut pandang ekonomi. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, analisis pemasaran dilihat dari sudut pandang manajemen. Perbedaan juga terdapat pada pemilihan komoditi dan lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu menganalisis nilai tambah dan pemasaran minyak gaharu di CV Aromindo.


(38)

22

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini dilandasi oleh teori-teori mengenai konsep nilai tambah dan konsep pemasaran. Konsep pemasaran disini ditekankan pada konsep pemasaran dari sisi manajemen.

3.1.1 Konsep Nilai Tambah

Keuntungan yang diterima oleh perusahaan dan imbalan bagi tenaga kerja dapat digambarkan oleh besarnya persentase terhadap nilai tambah. Tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku sistem (pedagang atau pengusaha) dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditi tersebut. Beberapa metode dapat digunakan untuk mengukur nilai tambah suatu komoditi pertanian, diantaranya:

1) Metode Hayami

Metode Hayami merupakan salah satu metode analisis nilai tambah yang sering dipakai. Hayami menerapkan analisis nilai tambah pada subsistem pengolahan (produksi sekunder). Produksi sekunder merupakan kegiatan produksi yang mengubah bentuk produk primer.

2) Metode M. Dawam Rahardjo

Metode yang dikemukakan Rahardjo (1986) mendefinisikan nilai tambah sebagai selisih nilai produk bruto dengan total pengeluaran. Nilai produk bruto yang dimaksud disini adalah nilai output ditambah dengan nilai jasa yang diberikan. Total pengeluaran yang dimaksud meliputi gaji/upah, bahan baku, bahan bakar dan biaya lainnya.

Analisis nilai tambah yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis yang dikemukakan oleh Hayami. Menurut Hayami et al. (1987) nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.


(39)

23

Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah, yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan, dan tenaga kerja. Faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan harga input lain. Hayami et al. (1987) menjelaskan dalam analisis nilai tambah terdapat tiga komponen pendukung, yaitu: (1) Faktor konversi, menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu satuan input, (2) Faktor koefisien tenaga kerja, menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input, dan (3) Nilai produk, menunjukkan nilai output persatuan input. Kelebihan analisis nilai tambah yang dikemukakan Hayami adalah: (1) lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian, (2) dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja), (3) dapat diketahui balas jasa bagi pemilik faktor produksinya, dan (4) dapat dimodifikasi untuk menganalisis nilai tambah selain subsistem pengolahan.

Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan, serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya, maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar daripada proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar daripada proporsi bagian tenaga kerja.

3.1.2 Konsep Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu unsur penting diantara kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam menentukan kesuksesan suatu organisasi bisnis. Kotler (1993) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Menurut sudut pandang ekonomi, Kohl dan Uhl (1985) mendefinisikan pemasaran merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan jasa suatu komoditas mulai


(40)

24

dari tingkat produksi sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan output. Menurut Limbong (1987) pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen.

Pada penelitian ini penulis memfokuskan pemasaran pada sisi manajemennya. Menurut Assauri (2004) konsep pemasaran merupakan orientasi manajemen yang menekankan bahwa kunci pencapaian tujuan organisasi terdiri dari kemampuan perusahaan menentukan kebutuhan dan keinginan pasar yang dituju (sasaran) dan kemampuan perusahaan tersebut memenuhinya dengan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari para pesaing.

Manajemen pemasaran menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler (2002) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan, pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Manajemen pemasaran merupakan proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan program yang menyangkut pengkonsepan, penetapan harga, promosi, distribusi dari produk, jasa dan gagasan yang dirancang untuk menciptakan dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran untuk mencapai tujuan sasaran (Boyd et al. 2000).

Angiopora (2002) melihat manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, menjaga, dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyerahan, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Proses manajemen pemasaran dapat dibagi dalam beberapa langkah kegiatan sebagai berikut:

1) Menganalisa peluang pasar.

2) Memilih pasar sasaran (target pasar). 3) Mengembangkan marketing mix. 4) Mengelola usaha pemasaran.

Menurut Swastha dan Sukotjo (2000), pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.


(41)

25

3.1.3 Analisis Peluang Pasar

Peluang pemasaran perusahaan adalah sebuah arena yang menarik untuk tindakan pemasaran perusahaan di mana perusahaan tersebut akan dapat meraih keuntungan persaingan. Peluang-peluang tersebut dapat diidentifikasi melalui monitoring lingkungan pemasaran. Lingkungan pemasaran suatu perusahaan terdiri dari pelaku-pelaku dan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi perusahaan untuk mengembangkan dan mempertahankan transaksi-transaksi dan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan sasarannya (Kotler 1993).

Perusahaan umumnya harus memonitor lingkungan pemasaran makro yang terdiri dari lingkungan demografi, ekonomi, politik/hukum, teknologi dan sosial budaya. Lingkungan makro terdiri dari kekuatan-kekuatan sosial yang lebih besar yang mempengaruhi seluruh pelaku dilingkungan mikro perusahaan. Lingkungan mikro ini terdiri dari pelaku-pelaku dalam lingkungan perusahaan yang dekat yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasarnya. Lingkungan mikro utama yang terdiri dari pelanggan, pesaing dan pemasok perusahaan.

3.1.4 Segmentasi, Target dan Posisi Pasar

Dalam konsep pemasaran pemenuhan kepuasan pelanggan menjadi hal terpenting. Setiap konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda, sehingga perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan strategi pemasarannya. Oleh karena itu, penetapan segmentasi pasar, target pasar dan posisi pasar harus dilakukan dalam strategi pemasaran. Segmentasi, Targeting, Positioning (STP) merupakan penjabaran konseptual dari strategi pemasaran yang mencakup pengidentifikasian basis segmentasi, membuat ukuran dari daya tarik pasar, serta menentukan posisi untuk setiap segmen pasar yang telah dipilih (Amir 2005).

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) dalam pemasaran terarah ada tiga langkah yang perlu diketahui perusahaan sebelum memasuki pasar yaitu, segmentasi pasar, target pasar dan menentukan posisi pasar. Langkah pertama dimulai dengan menetukan segmentasi pasar (segmentation) yaitu membagi pasar berdasarkan kelompok pembeli yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, karakteristik dan tingkah laku konsumen. Langkah kedua adalah target pasar (targeting) yaitu mengevaluasi setiap segmen pasar dan memilih satu atau


(42)

26

beberapa segmen sebagai calon target dengan potensi paling besar untuk dimasuki. Langkah ketiga adalah menentukan posisi pasar (positioning) yaitu mengatur produk pada tempat yang jelas, diinginkan dan berbeda dengan tetap mempertimbangkan produk pesaing.

3.1.4.1Segmentasi Pasar (Segmentation)

Penerapan segmentasi pasar dilakukan dengan berbagai cara. Manajemen dapat mengkombinasikan beberapa variabel untuk memperoleh cara yang terbaik dalam segmentasi pasarnya. Segmentasi pasar dilakukan melalui identifikasi dan membuat profil dari kelompok-kelompok pembeli yang berbeda, yang mungkin lebih menyukai atau menginginkan bauran produk dan jasa yang beragam, dengan meneliti perbedaan geografik, demografis dan psikografis (Kotler dan Keller, 2009). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan segmentasi pasar menurut Umar (2000), diantaranya yaitu:

1) Dapat diukur, artinya besar pasar dan daya beli di segmen ini dapat diukur walaupun ada beberapa komponen variabel yang sulit diukur.

2) Dapat dijangkau, artinya sejauh mana segmen ini dapat secara efektif dicapai dan dilayani, meskipun ada beberapa kelompok yang sulit dijangkau.

3) Besar segmen yang diharapkan, artinya berapa banyak segmen yang harus dijangkau agar dapat menguntungkan.

4) Dapat dilaksanakan, artinya sejauh mana program yang efektif dapat dilaksanakan untuk mengelola segmen ini.

Menurut Kasali (2003), segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami struktur pasar. Dengan demikian pasar yang dilihat oleh dua orang berbeda, yang didekati oleh metode segmentasi yang berbeda, akan menghasilkan peta yang berbeda pula. Segmentasi adalah proses mengkotak-kotakan pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok potential costumer yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya.

Pada penelitian ini pasar yang dituju adalah pasar bisnis. Pasar bisnis terdiri dari semua organisasi yang mendapatkan barang dan jasa lain yang dijual, disewakan, atau dipasok kepada pihak lain (Kotler 1997). Pasar bisnis dapat disegmentasi dengan menggunakan beberapa variabel seperti geografi, manfaat yang dicari, dan tingkat pemakaian. Menurut Bonoma dan Shapiro dalam Kotler


(43)

27

(2002) pemasar bisnis juga dapat menggunakan variabel lain, seperti variabel demografis yaitu industri, ukuran perusahaan, lokasi, variabel operasi yaitu teknologi, status pemakaian, kemampuan pelanggan, pendekatan pembelian yaitu organisasi fungsi pembelian, struktur kekuatan, sifat hubungan alami yang ada, kebijakan pembelian umum, kriteria pembelian, faktor situasi yaitu tingkat kepentingan, penawaran khusus, ukuran pesanan, dan karakteristik pribadi yaitu kesamaan pembeli-penjual, sikap terhadap risiko, dan kesetiaan.

3.1.4.2Target Pasar (Targeting)

Apabila segmentasi telah dilakukan, maka selanjutnya perusahaan melakukan pemilihan segmen untuk menentukan segmen-segmen mana yang akan dimasuki. Pemilihan segmen ini disebut targeting. Menurut Kotler (2004), dalam memilih segmen mana yang dijadikan sasaran, perusahaan dapat memilih untuk memusatkan perhatian pada satu segmen, beberapa segmen produk yang spesifik, pasar yang spesifik, atau seluruh pasar.

Adanya targeting ini berarti merupakan upaya menempatkan sumberdaya perusahaan secara berdaya guna. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau

lebih segmen pasar yang akan dimasuki (Rangkuti 2005). Sedangkan menurut Kasali

(2003) targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar. Bagaimana menyeleksi pasar tersebut tergantung atau sangat ditentukan oleh bagaimana pemasar melihat pasar itu sendiri.

3.1.4.3Menentukan Posisi Pasar (Positioning)

Penentuan posisi (positioning) adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan, sehingga menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan berbeda dalam benak pelanggan sasarannya (Kotler 1997). Tujuan positioning adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen (Rangkuti 2005).

Menurut Amir (2005), unsur-unsur pembeda yang dapat ditonjolkan dalam penentuan posisi (positioning) produk suatu perusahaan antara lain terdapat pada karakteristik produk, pelayanan, citra (image), serta sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Positioning berkaitan dengan bagaimana produsen memposisikan produk dan mereknya diantara pesaing dan memposisikan


(1)

83

Lampiran 3. Daftar Minyak Atsiri yang Sedang Berkembang di Indonesia

No. Nama

Minyak Nama Dagang

Nama

Tanaman Kegunaan Kondisi 1. Adas Fennel Oil Foenicullum

vulgare

Flavor, Rempah, Sabun, Krim, Parfum, Pengobatan,

Kosmetik

Potensi dikembangkan

2. Akar wangi Vetiver Oil Vetiveria zizanoides Parfum, Sabun, Kosmetik, Sebagai Fiksatif Sudah Berkembang 3. Bangle Bangle Oil Zingiber

cassummunar Farmasi

Potensi dikembangkan

4. Cendana Sandalwood Oil Santalum album Antibakteri, Antiseptik, Desinfektan, Ekspektoran, Sedatif, Stimulan, dan Refrigeran. Sudah Berkembang

5. Cengkeh Clove Oil Syzygium

aromaticum Flavor, Antibiotik

Sudah Berkembang 6. Gaharu Agarwood Oil Aquilaria sp. Parfum, Kosmetika,

dan Obat-obatan

Sedang Berkembang 7. Gandapura Wintergreen

Oil Gaultheria fragrantissima Parfum, Obat-obatan, Flavor Potensi Dikembangkan 8. Jahe Ginger Oil Zingiber

officinale Pengobatan tradisional, Penyedap Makanan (Flavor) Sedang Dikembangkan 9. Jeringau Calamus Oil Acarus

calamus Farmasi

Potensi dikembangkan 10. Jeruk

Limau - - - -

11. Jeruk Purut Lime Oil Citrus hystrix Makanan, Parfum Potensi dikembangkan 12. Kapolaga Cardamon Oil Elletaria

cardamomum Farmasi

Potensi dikembangkan 13. Kayu Manis Cinnamon

Bark Oil Cinnamomum casea Penyedap Rasa, Flavor Potensi dikembangkan 14. Kayu Putih Cajuput Oil Melaleuca

leucadendron Obat Gosok, Farmasi

Sudah Berkembang 15. Kemangi Basil Oil Ocimum

grattisimum

Farmasi, Makanan, Pestisida Nabati

Potensi dikembangkan

16. Kemukus Cubeb Oil Piper cubeba L.

Flavor Saus,

Minuman Beralkohol, Fragrance pada Sabun, Detergen, Krim, Parfum, Obat Radang, Bronchitis, Asma, dll.

Sedang Berkembang

17. Kenanga Cananga Oil Canangium odoratum

Aromaterapi, Parfum, Kosmetik

Sudah Berkembang 18. Ketumbar Coriander OIl Coriandrum

sativum Makanan, Farmasi

Potensi dikembangkan 19. Klausena Clausena/Anis

Oil

Clausena anisata

Farmasi, Minuman, Parfum, Rokok, Permen Karet, Pasta Gigi

Sedang Berkembang


(2)

84

20. Kunyit Curcuma Oil Curcuma

domestica Flavour, Farmasi

Potensi dikembangkan 21. Lada Black Pepper

Oil Piper nigrum

Flavor pada produk Makanan & Minuman, Antimikroba

Sudah Berkembang 22. Lawang - Lawang Obat gosok, minyak

angin

Potensi dikembangkan 23. Masoi Massoi Oil Criptocaria

massoia Flavour Makanan

Sedang Berkembang 24. Melati Jasmine Oil Jasminum

sambac

Parfum, Aromaterapi, Kosmetik

Sedang Berkembang 25. Nilam Patchouli Oil Pogostemon

cablin Benth

Sebagai Fiksatif pada pembuatan parfum

Sudah Berkembang 26. Pala Nutmeg Oil Myristica

fragrans Houtt

Flavor pd Makanan, Rokok

Sudah Berkembang 27. Palmarosa Palmarosa Oil Cymbopogon

martini Farmasi

Potensi dikembangkan 28. Permen Cormint Oil Mentha

arvensis

Flavor, Parfum, Pasta gigi, Permen

Potensi dikembangkan 29. Rosemari Rosemari Oil Rosmarinus

officinale Farmasi

Potensi dikembangkan 30. Selasih

Mekah

Basil Oil (Eugenol type)

Ocimum

grattisimum Farmasi, Makanan

Potensi dikembangkan 31. Sereh

Dapur

Lemongrass Oil

Cymbopogon

citrates Makanan, Farmasi

Sedang Berkembang 32. Sereh

Wangi Citronella Oil

Cymbopogon nardus Flavor, Parfum, Sabun Sudah Berkembang

33. Sirih - - X X

34. Surawung Pohon

Native Myrthle Oil

Backousia

citriodora Farmasi

Potensi dikembangkan 35. Temulawak Curcuma Oil Curcuma

xanthorizza Farmasi, Minuman

Potensi dikembangkan

36. Terpentin Terpentin Oil Pinus merkusii

Kosmetik, Campuran Bahan Pelarut, Minyak Cat, Antiseptik, Kamper, dan Farmasi Sedang Berkembang

37. Ylang-ylang

Ylang-ylang Oil

Canangium

odoratum Bahan dasar parfum

Sedang Berkembang Sumber: Dewan Atsiri Indonesia (2012)


(3)

85

Lampiran 4. Mesin dan Peralatan CV Aromindo

No Alat dan Mesin

1 Motor Mesin Giling 2 Instalasi Boiler

3 Mesin Giling Disk mill 4 Mesin Boiler

5 Alat Suling (M-3)

6 Alat Suling dengan Jacket Boiler (M-5) 7 Alat Suling dengan Jacket (M-6) 8 Alat Suling Kecil (M-1)

9 Alat Suling Kecil (M-2) 10 Motor Blower

11 Mesin Suling (M-4) 12 Alat Suling (M-7) 13 Alat Suling (M-8) 14 Mesin Giling 15 Mesin suling (M-9) 16 Mesin Destilasi (M-10) 17 mesin suling

18 instalasi gas pabrik 19 Mesin boiler 20 Instalasi gas boiler 21 Bangunan

22 Mesin Destilator 23 Mesin Jet Pam 24 Mesin Genset 25 Mesin Air Sanyo 26 Mesin Air Sova 27 Mesin Air Nasional 28 Mesin Grandfouse 29 Mesin Grandfouse 30 Condensor/Filter 31 Flask Condensor

32 Vacum Pump dan Test Pump 33 Pressure Tank

34 mesin dinamo 35 tangki stainless 36 double jaket 37 Mesin Air Sova

38 Mesin Pompa (SPQ 100) Sumber: Humas CV Aromindo (2012)


(4)

86

Lampiran 5. Perhitungan Hari Orang Kerja

Tabel 14.

Informasi untuk Perhitungan

No

Uraian

Jumlah

1

Bahan baku (kayu gaharu)

18.000 kg

2

Output (minyak gaharu)

18 kg

3

Tenaga kerja

5 orang

4

Jam kerja

12 jam

5

Hari kerja

26 hari

6

Bulan kerja

12

7

Harga input kayu gaharu

55.000

8

Harga minyak gaharu

130.000.000

9

Upah tenaga kerja perbulan

1.100.000

10

Bahan bakar gas

2.150/m3

Perhitungan HKP untuk Pengolahan Minyak Gaharu:

Jumlah karyawan = 12 orang

1 HOK = 8 jam

Karyawan bekerja selama 12 jam perhari

Sehingga jumlah HOK untuk minyak gaharu adalah

12 orang x 12 jam /8 jam = 18 HOK

Jumlah hari kerja dalam 1 bulan adalah 26 hari

Sehingga:

18 HOK x 26 hari = 468 HOK/bulan

Atau sama dengan:

468 HOK x 12 bulan = 5616 HOK/tahun

Perhitungan Upah Rata-Rata Tenaga Kerja:

Upah rata-rata = (upah per bulan x jumlah tenaga kerja)/HOK

Upah rata-rata = (Rp 1,1jt x 12 orang)/468


(5)

87

Lampiran 6. Perhitungan Sumbangan Input Lain

Tabel 15.

Penyusutan Alat dan Mesin

No Kelompok/Jenis Harta Harga

Perolehan Nilai Sisa

Umur mesin (tahun)

Penyusutan 1 Motor Mesin Giling 850.000 478.125 16 23.242,188 2 Instalasi Boiler 16.000.000 9.000.000 16 437.500,000 3 Mesin Giling Disk Mill 2.400.000 1.350.000 16 65.625,000 4 Mesin Boiler 111.980.827 62.989.214 16 3.061.975,813 5 Alat Suling (M-3) 5.200.000 2.925.000 16 142.187,500 6

Alat Suling Dengan Jacket

Boiler (M-5) 8.450.000 4.753.125 16 231.054,688 7

Alat Suling Dengan Jacket

(M-6) 7.500.000 4.218.750 16 205.078,125 8 Alat Suling Kecil (M-1) 1.765.000 992.810 16 48.261,875 9 Alat Suling Kecil (M-2) 790.000 444.375 16 21.601,563 10 Motor Blower 450.000 253.125 16 12.304,688 11 Mesin Suling (M-4) 8.000.000 4.500.000 16 218.750,000 12 Alat Suling (M-7) 6.000.000 3.375.000 16 164.062,500 13 Alat Suling (M-8) 9.700.000 5.557.292 16 258.919,250 14 Mesin Giling 7.500.000 4.296.875 16 200.195,313 15 Mesin Suling (M-9) 12.000.000 6.750.000 16 328.125,000 16 Mesin Destilasi (M-10) 7.500.000 4.218.750 16 205.078,125 17 Mesin Suling 7.200.000 5.062.500 16 133.593,750 18 Instalasi Gas Pabrik 50.434.000 35.986.760 16 902.952,500 19 Mesin Boiler 110.000.000 87.083.333 16 1.432.291,688 20 Instalasi Gas Boiler 19.520.000 15.451.333 16 254.291,688 21 Bangunan 569.343.890 551.551.893 16 1.111.999,813 22 Mesin Destilator 84.587.500 47.580.468 16 2.312.939,500 23 Mesin Jet Pam 1.100.000 618.750 16 30.078,125 24 Mesin Genset 26.000.000 14.625.000 16 710.937,500 25 Mesin Air Sanyo 680.000 382.500 16 18.593,750 26 Mesin Air Sova 260.000 146.250 16 7.109,375 27 Mesin Air Nasional 235.000 132.185 16 6.425,938 28 Mesin Grandfouse 1.050.000 590.625 16 28.710,938 29 Mesin Grandfouse 1.050.000 590.625 16 28.710,938 30 Condensor/Filter 9.030.000 5.079.375 16 246.914,063 31 Flask Condensor 2.765.000 1.555.310 16 75.605,625 32 Vacum Pump danTest Pump 3.000.000 1.687.500 16 82.031,250 33 Pressure Tank 8.750.000 4.921.875 16 239.257,813 34 Mesin Dinamo 1.950.000 1.543.750 16 25.390,625 35 Tangki Stainless 8.500.000 6.729.167 16 110.677,063 36 Double Jaket 6.750.000 5.378.906 16 85.693,375 37 Mesin Air Sova 180.000 101.250 16 4.921,875 38 Mesin Pompa (Spq 100) 220.000 127.188 16 5.800,750 Jumlah per tahun 1.118.691.217 13.478.889,563


(6)

88

Perhitungan Harga Input Lain Selain Mesin:

1.

Gas alam : 5500 m

3

x Rp 2150/m

3

x 12 bulan = Rp 141.900.000 per tahun

2.

Kemasan :

Aluminium Rp 10.000 kapasitas 800 gram (0.8 kg)

Pertahun :

22,5 botol x Rp 10.000 = Rp 225000 per tahun

Pack = Rp 20000/bulan x 12 bulan = Rp 240000 per tahun

Total sumbangan input lain kemasan = Rp 465000 per tahun