12
2.2. Pengelompokan Industri
Skala usaha industri hilir dapat diukur dari banyaknya bahan baku yang diolah persatuan waktu, banyaknya tenaga kerja, besarnya omzetpenjualan, atau
teknologi yang digunakan. Keberadaan industri-industri kecil pengolahan kayu rakyat sangat diperlukan guna memenuhi permintaan akan kayu dari masyarakat
yang cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik BPS memberikan batasan tentang industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki.
Penggolongan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja menurut BPS dibagi dalam empat golongan yaitu:
1. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri pengolahan yang mempunyai
1-4 orang 2.
Industri kecil, yaitu industri pengolahan yang memiliki pekerja 5-19 orang 3.
Industri sedang, yaitu industri pengolahan yang memiliki 20-99 orang 4.
Industri besar, industri pengolahan yang memiliki 100 orang atau lebih Menurut Hayami 1987, corak industri di pedesaan Indonesia dapat
dibedakan menurut tempat berlangsungnya pengolahan bahan baku, yaitu: a dalam rumah tangga home Processing yang dilakukan oleh anggota rumah
tangga petani penghasil bahan baku, b dalam bangunan yang menempel atau terpisah dari rumah tempat tinggal tapi dalam masih dalam satu pekarangan,
dengan bahan baku yang dibeli dari pasar dan terutama menggunakan tenaga kerja keluarga, c dalam perusahaan kecil, sedang, atau besar yang menggunakan buruh
dan modal yang lebih intensif dibandingkan industri rumah tangga.
2.3. Studi Empiris Mengenai Analisis Biaya dan Harga Pokok Produksi Kayu Gergajian Jenis Sengon
Paraserianthes falcataria
Penelitian mengenai kayu gergajian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur biaya produksi kayu gergajian. Beberapa judul
penelitian yang pernah diteliti diantaranya adalah : Permata 2008 dalam analisis biaya dan harga pokok produksi kayu
gergajian sawn timber hutan rakyat di CV. Sinar Kayu, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji struktur biaya dan landasan penetapan harga jual produk kayu gergajian
13 di CV. Sinar Kayu dan menganalisis perubahan biaya, selisish biaya dan
perubahan harga jual terhadap keuntungan CV. Sinar Kayu. Struktur biaya CV. Sinar kayu terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang ditetapkan diawal proses sebagai standar dan yang dihitung berdasarkan sesungguhnya terjadi. Berdasarkan analisis
selisih biaya ditemukan kondisi defisit biaya dimana biaya aktual untuk semua komponen biaya lebih besar dibandingkan dengan biaya standar yang telah
ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis selisih biaya ditemukan in-efisiensi terutama pada waktu dasar aktual per unit produk lebih lama dibandingkan dengan
waktu dasar standar, sehingga produktifitas per periode waktu lebih rendah . hal lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktifitas adalah dengan
menggunakan bahan baku kayu yang berkualitas bagus. Dengan kualitas kayu yang bagus akan memperpendek waktu dasar per satuan dan menin gkatkan
reindemen tersebut. Target keuntungan yang diharapkan oleh CV. Sinar Kayu berdasarkan
biaya standar, untuk produk kaso 57 adalah sebesar 74 persen jika dijual secara eceran dan 39 persen jika dijual ke distributor. Sedangkan target keuntungan yang
ingin diperoleh CV. Sinar Kayu untuk produk kaso 46 adalah 61 persen jika dijual secara eceran ke konsumen langsungdan sebesar 29 persen jika dijual ke
distributor. Perbedaan keuntungan tersebut disebabkan oleh perkiraan biaya standar yang dijadikan sebagai dasar penetapan harga pokok produk lebih kecil
dari harga aktual yang sebenarrnya dikeluarkan untuk memproduksi kedua jenis produk tersebut.
Dari penelitian yang dilakukan permata, penulis menangkap pesan bahwa penelitian dengan menganalisis biaya dan harga pokok produksi ternyata biaya
bahan baku lebih besar dibandingkan dengan struktur biaya lain. Selain itu produk yang dihasilkan bergantung pada kualitas bahan baku kayu bulat dan pengaruh
dari keterampilan dan keahlian operator mesin. Meskipun penelitian yang dilakukan permata mengenai kayu gergajian jenis sengon dan berbeda dengan
kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, dimana penulis menggunakan alat analisis nilai tambah dengan menggunakan bahan baku kayu
balok.
14
2.4. Studi Empiris Mengenai Tataniaga