Analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian (studi kasus di kecamatan Cigudeg kabupaten Bogor)

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN

KAYU SENGON GERGAJIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

Skripsi

AHMAD MUNAWAR H 34066007

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

AHMAD MUNAWAR. Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertnian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA).

Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan hampir di semua bidang untuk menunjang kehidupan manusia. Keunggulan kayu yang mempunyai penampilan yang menarik dan mudah diolah dalam berbagai bentuk yang disertai dengan kemajuan teknologi yang ada menjadi faktor pendorong adanya pengembangan terhadap pemanfaatan kayu. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas kayu bulat menjadi produk gergajian, (2) menganalisis saluran pemasaran yang meliputi : saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar, dan (3) menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan dan biaya.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara dengan produsen kayu gergajian dan lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Sedangkan data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum wilayah penelitian, letak geografis dan informasi lainnya yang berkaitan dengan usaha kayu gergajian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode Hayami yaitu nilai tambah dan analisis pemasaran dengan alat analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data

Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok usaha berdasarkan penggunaan jumlah kapasitas mesin yang digunakan yaitu jumlah mesin yang digunakan satu adalah skala usaha kecil dengan jumlah responden delapan sampel. Jumlah mesin yang digunakan dua adalah skala usaha menengah dengan jumlah responden tiga sampel dan jumlah mesin yang digunakan lebih dari dua adalah skala usaha besar dengan jumlah responden dua sampel.

Proses tataniaga kayu gergajian dari industri penggergajian kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, melibatkan beberapa lembaga tataniaga yakni Distributor, Pedagang Material dan Pedagang Pengecer. Berdasarkan skala usaha terdapat tiga saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material-Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen) dan saluran pemasaran III (IPK-Pedagang Pengecer-Konsumen) untuk skala usaha menengah, sedangkan skala usaha kecil dan usaha besar terdapat dua saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material-Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen).

Hasil analisa yang dilakukan menunjukkan, bahwa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada IPK skala usaha kecil Rp. 103.879,02 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 18,00 persen, adalah nilai tambah terkecil. Nilai tambah pada IPK skala usaha menengah


(3)

sebesar Rp. 117.972,15 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 19,09 persen dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar Rp.137.348,23 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan.

Struktur pasar yang terbentuk berdasarkan skala usaha, struktur pasar yang dihadapi oleh IPK dengan skala usaha kecil cenderung mengarah kepada struktur pasar oligopoli diferensiasi. Sedangkan pada skala menengah struktur pasar cenderung oligopoli diferensiasi dan struktur pasar dengan skala usaha besar cenderung oligopoli diferensiasi. Sistem penentuan harga yang terjadi adalah melalui sistem tawar-menawar serta sistem penentuan harga secara sepihak, dan pada penentuan harga penjualan kedudukan pemilik usaha kayu gergajian sebagai

price maker. Harga yang terbentuk merupakan harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar. Sistem pembayaran harga kayu gergajian yang dilakukan berupa sistem pembayaran tunai, sistem pembayaran uang muka dan sistem pembayaran kemudian. Sistem pembayaran yang berlangsung tergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara kedua belah pihak.

Berdasarkan analisis marjin pemasaran, Producer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya, maka skala usaha kayu gergajian menunjukkan hasil yang sama. Pola saluran pemasaran kayu gergajian yang dapat dikatakan paling efisien adalah pola saluran pemasaran satu. Hal ini dapat dilihat bahwa pola saluran pemasaran kayu gergajian terutama saluran pemasaran satu memiliki volume pemasaran yang paling besar dibandingkan dengan pola saluran pemasaran lain. Pada kondisi saat ini, pengusaha industri kecil, menengah dan besar disarankan untuk mengembangkan tanaman sengon dalam areal milik sendiri mengingat pengadaan bahan baku yang diperoleh dari petani semakin sulit serta kualitas kayu sengon yang beragam mutu dan ukuran hal ini disebabkan pemanenan kayu yang masih muda.


(4)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN

KAYU SENGON GERGAJIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

AHMAD MUNAWAR H 34066007

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Judul : Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Sengon Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)

Nama : Ahmad Munawar

Nomor Registrasi Pokok : H34066007

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MS NIP 19631227 1 99003 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU GERGAJIAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bnetuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2010

Ahmad Munawar H34066007


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 11 Juli 1984, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Putra dari pasangan Bapak H. Madnur (Alm) dan Ibu Hj. Enting (Alm).

Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri I Rengas Jajar pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Parungpanjang hingga tahun 2000. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri I Cikupa, Tangerang hingga tahun 2003 dan pada tahun yang sama penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program Diploma III di Institut Pertanian Bogor pada Program Teknologi Benih, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program diploma III, penulis melanjutkan studi pada pendidikan strata satu (S1) Program Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor.

Semasa kuliah, penulis aktif pada beberapa organisasi kampus, antara lain sebagai anggota Badan Koordinasi Mahasiswa DIII Teknologi Benih (BKMDP) pada tahun 2004-2005, serta aktif di beberapa organisasi kampus seperti Lembaga Studi Islam Mahasiswa Agribisnis (L-Sima Ekstensi Agribisnis). Penulis pernah bekerja di perusahaan kayu di U.D. Iif Afifah dan toko bahan bangunan.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas kebesaran dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, yang telah membimbing hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini bertujuan menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan kayu gergajian dan menganaisis sistem tataniaga yang terbentuk terhadap kayu gergajian.

Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya untuk berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, April 2010

Ahmad Munawar H34066007


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT dan menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, MSi. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Ir. Narni Farmayanti, MS. atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

3. Ir. Netty Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen komisi pendidikan pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

5. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih sayang pada penulis.

6. Seluruh staf sekretariat Ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis. 7. Saudara-saudaraku seperjuangan di Lembaga Studi Islam Ekstensi Agribisnis

(L-sima).

Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.

Bogor, April 2010


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSATAKA ... 10

2.1 Bahan Baku Kayu Gergajian ... 10

2.1.1. Proses Produksi Kayu Gergajian ... 10

2.1.2. Hutan Rakyat ... 11

2.2 Pengelompokan Industri ... 12

2.3 Studi Empiris Mengenai Struktur Biaya Kayu Gergajian ... 12

2.4 Studi Empiris Mengenai Tataniaga Kayu Gergajian ... 14

2.5 Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah ... 14

III. KERANGKAN PEMIKIRAN ... 16

3.1 Kerangkan Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1 Konsep Nilai Tambah ... 16

3.1.2 Analisis Nilai Tambah Metode Hayami ... 18

3.1.3 Pemasaran ... 18

3.1.4 Saluran Pemasaran dan Lembaga ... 18

3.1.4.1. Saluran Pemasaran ... 18

3.1.4.2. Lembaga Pemasaran ... 19

3.1.5 Fungsi-fungsi Pemasaran ... 20

3.1.6 Struktur Pasar ... ..21

3.1.7 Perilaku Pasar ... ..22

3.1.8 Efisiensi Pemasaran ... . 23

3.1.9 Marjin Tataniaga ... ..24

3.1.10 Bagian Harga Yang Diterima Produsen (Producer’s Share). ... ..26

3.1.11 Rasio Keuntungan dan Biaya ... ..27

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 30


(11)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN

KAYU SENGON GERGAJIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

Skripsi

AHMAD MUNAWAR H 34066007

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

RINGKASAN

AHMAD MUNAWAR. Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertnian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA).

Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan hampir di semua bidang untuk menunjang kehidupan manusia. Keunggulan kayu yang mempunyai penampilan yang menarik dan mudah diolah dalam berbagai bentuk yang disertai dengan kemajuan teknologi yang ada menjadi faktor pendorong adanya pengembangan terhadap pemanfaatan kayu. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas kayu bulat menjadi produk gergajian, (2) menganalisis saluran pemasaran yang meliputi : saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar, dan (3) menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan dan biaya.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara dengan produsen kayu gergajian dan lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Sedangkan data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum wilayah penelitian, letak geografis dan informasi lainnya yang berkaitan dengan usaha kayu gergajian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode Hayami yaitu nilai tambah dan analisis pemasaran dengan alat analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data

Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok usaha berdasarkan penggunaan jumlah kapasitas mesin yang digunakan yaitu jumlah mesin yang digunakan satu adalah skala usaha kecil dengan jumlah responden delapan sampel. Jumlah mesin yang digunakan dua adalah skala usaha menengah dengan jumlah responden tiga sampel dan jumlah mesin yang digunakan lebih dari dua adalah skala usaha besar dengan jumlah responden dua sampel.

Proses tataniaga kayu gergajian dari industri penggergajian kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, melibatkan beberapa lembaga tataniaga yakni Distributor, Pedagang Material dan Pedagang Pengecer. Berdasarkan skala usaha terdapat tiga saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material-Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen) dan saluran pemasaran III (IPK-Pedagang Pengecer-Konsumen) untuk skala usaha menengah, sedangkan skala usaha kecil dan usaha besar terdapat dua saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material-Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen).

Hasil analisa yang dilakukan menunjukkan, bahwa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada IPK skala usaha kecil Rp. 103.879,02 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 18,00 persen, adalah nilai tambah terkecil. Nilai tambah pada IPK skala usaha menengah


(13)

sebesar Rp. 117.972,15 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 19,09 persen dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar Rp.137.348,23 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan.

Struktur pasar yang terbentuk berdasarkan skala usaha, struktur pasar yang dihadapi oleh IPK dengan skala usaha kecil cenderung mengarah kepada struktur pasar oligopoli diferensiasi. Sedangkan pada skala menengah struktur pasar cenderung oligopoli diferensiasi dan struktur pasar dengan skala usaha besar cenderung oligopoli diferensiasi. Sistem penentuan harga yang terjadi adalah melalui sistem tawar-menawar serta sistem penentuan harga secara sepihak, dan pada penentuan harga penjualan kedudukan pemilik usaha kayu gergajian sebagai

price maker. Harga yang terbentuk merupakan harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar. Sistem pembayaran harga kayu gergajian yang dilakukan berupa sistem pembayaran tunai, sistem pembayaran uang muka dan sistem pembayaran kemudian. Sistem pembayaran yang berlangsung tergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara kedua belah pihak.

Berdasarkan analisis marjin pemasaran, Producer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya, maka skala usaha kayu gergajian menunjukkan hasil yang sama. Pola saluran pemasaran kayu gergajian yang dapat dikatakan paling efisien adalah pola saluran pemasaran satu. Hal ini dapat dilihat bahwa pola saluran pemasaran kayu gergajian terutama saluran pemasaran satu memiliki volume pemasaran yang paling besar dibandingkan dengan pola saluran pemasaran lain. Pada kondisi saat ini, pengusaha industri kecil, menengah dan besar disarankan untuk mengembangkan tanaman sengon dalam areal milik sendiri mengingat pengadaan bahan baku yang diperoleh dari petani semakin sulit serta kualitas kayu sengon yang beragam mutu dan ukuran hal ini disebabkan pemanenan kayu yang masih muda.


(14)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN

KAYU SENGON GERGAJIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

AHMAD MUNAWAR H 34066007

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

Judul : Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Sengon Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)

Nama : Ahmad Munawar

Nomor Registrasi Pokok : H34066007

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MS NIP 19631227 1 99003 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002


(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU GERGAJIAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bnetuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2010

Ahmad Munawar H34066007


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 11 Juli 1984, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Putra dari pasangan Bapak H. Madnur (Alm) dan Ibu Hj. Enting (Alm).

Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri I Rengas Jajar pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Parungpanjang hingga tahun 2000. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri I Cikupa, Tangerang hingga tahun 2003 dan pada tahun yang sama penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program Diploma III di Institut Pertanian Bogor pada Program Teknologi Benih, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program diploma III, penulis melanjutkan studi pada pendidikan strata satu (S1) Program Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor.

Semasa kuliah, penulis aktif pada beberapa organisasi kampus, antara lain sebagai anggota Badan Koordinasi Mahasiswa DIII Teknologi Benih (BKMDP) pada tahun 2004-2005, serta aktif di beberapa organisasi kampus seperti Lembaga Studi Islam Mahasiswa Agribisnis (L-Sima Ekstensi Agribisnis). Penulis pernah bekerja di perusahaan kayu di U.D. Iif Afifah dan toko bahan bangunan.


(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas kebesaran dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, yang telah membimbing hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini bertujuan menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan kayu gergajian dan menganaisis sistem tataniaga yang terbentuk terhadap kayu gergajian.

Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya untuk berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, April 2010

Ahmad Munawar H34066007


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT dan menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, MSi. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Ir. Narni Farmayanti, MS. atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

3. Ir. Netty Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen komisi pendidikan pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

5. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih sayang pada penulis.

6. Seluruh staf sekretariat Ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis. 7. Saudara-saudaraku seperjuangan di Lembaga Studi Islam Ekstensi Agribisnis

(L-sima).

Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.

Bogor, April 2010


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSATAKA ... 10

2.1 Bahan Baku Kayu Gergajian ... 10

2.1.1. Proses Produksi Kayu Gergajian ... 10

2.1.2. Hutan Rakyat ... 11

2.2 Pengelompokan Industri ... 12

2.3 Studi Empiris Mengenai Struktur Biaya Kayu Gergajian ... 12

2.4 Studi Empiris Mengenai Tataniaga Kayu Gergajian ... 14

2.5 Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah ... 14

III. KERANGKAN PEMIKIRAN ... 16

3.1 Kerangkan Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1 Konsep Nilai Tambah ... 16

3.1.2 Analisis Nilai Tambah Metode Hayami ... 18

3.1.3 Pemasaran ... 18

3.1.4 Saluran Pemasaran dan Lembaga ... 18

3.1.4.1. Saluran Pemasaran ... 18

3.1.4.2. Lembaga Pemasaran ... 19

3.1.5 Fungsi-fungsi Pemasaran ... 20

3.1.6 Struktur Pasar ... ..21

3.1.7 Perilaku Pasar ... ..22

3.1.8 Efisiensi Pemasaran ... . 23

3.1.9 Marjin Tataniaga ... ..24

3.1.10 Bagian Harga Yang Diterima Produsen (Producer’s Share). ... ..26

3.1.11 Rasio Keuntungan dan Biaya ... ..27

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 30


(21)

4.4 Metode Analisis Data ... 31

4.5 Analisis Nilai Tambah ... 31

4.6 Analisis Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran ... 32

4.7 Analisis Struktur Pasar ... 33

4.8 Analisis Perilaku Pasar ... 33

4.9 Analisis Marjin Pemasaran ... 33

4.10 Analisis Efisiensi Pemasaran ... 34

4.12 Analisis Producer’s Share ... 35

4.11 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya ... 35

V. GAMBARAN UMUM ... 36

5.1 Kondisi Geografis dan Potensi Alam ... 36

5.2 Sosial Kemasyarakatan ... 37

5.3 Kondisi Hutan di Kecamatan Cigudeg ... 37

5.4 Keadaan Alam ... 38

5.5 Karakteristik Petani Responden ... 38

5.4.1 Jumlah Tenaga Kerja ... 38

5.4.2 Tingkat Pendidikan ... 49

5.4.3 Usia Responden ... 40

5.6 Gambaran Umum Industri Penggergajian Kayu ... 40

5.5.1 Penyediaan Bahan Baku ... 40

5.5.2 Mesin dan Peralatan ... 42

5.5.3 Proses Produksi ... 42

5.5.4 Limbah Produk ... 45

5.5.5 Pemasaran Produk ... 45

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH ... 46

6.1 Analisis Nilai Tambah ... 46

6.2 Penggunaan Tenaga Kerja ... 52

VII. ANALISIS PEMASARAN ... 55

7.1 Lembaga Pemasaran ... 55

7.2 Analisis Saluran Pemasaran ... 55

7.3 Fungsi-fungsi Pemasaran Pada Setiap Lembaga Pemasaran ... 59

7.3.1 Fungsi Pemasaran oleh Produsen Kayu Gergajian ... 61

7.3.2 Fungsi Pemasaran oleh Distributor ... 62

7.3.3 Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Material ... 62

7.3.4 Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Eceran ... 63

7.4 Struktur Pasar ... 63

7.4.1 Jumlah Penjual dan Pembeli Serta Hambatan Keluar Masuk Pasar ... 63

7.4.2 Keadaan Produk ... 64

7.4.2 Informasi Pasar ... 65

7.5 Perilaku Pasar ... 65

7.7.1 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Produsen ... 65

7.7.2 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Distributor ... 66


(22)

7.7.3 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Pedagang Material ... 66 7.7.4 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengecer ... 67 7.6 Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran ... 66 7.7 Efisiensi Pemasaran ... 68 7.8 Marjin Pemasaran ... 68 7.9 Producer’s Share ... 75 7.10 Rasio Keuntungan dan Biaya ... 77 IX. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81 9.1 Kesimpulan ... 81 9.2 Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA ... 83 DAFTAR LAMPIRAN ... 84


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Produksi Kayu Berdasarkan Sumber Produksi di Indonesia Tahun 2004-2008 ... 1 2. Jumlah Produksi Kayu di Jawa Barat Tahun 2007-2008 ... 3 3. Perkembangan Konsumsi Kayu di Indonesia Tahun 2005-2008 ... 4 3. Potensi Hutan Rakyat di Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 5 3. Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kabupaten Bogor Tahun

2007-2008 ... 6 4. Karakteristik dan Struktur Pemasaran ... 22 5. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami ... 32 6. Jumlah Wilayah Beserta Luas Kecamatan Cigudeg, Kabupaten

Bogor Tahun 2008 ... 36 7. Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Penggergajian Kayu (IPK) ... 39 8. Tingkat Pendidikan Responden Pengelola Industri Penggergajian

Kayu (IPK) ... 39 9. Usia Pada Masing-masing Pengelola Industri Penggergajian Kayu

(IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Tahun 2009 ... 40 10. Ukuran Kayu Berdasarkan Jenis Sortimen Pada Industri

Penggergajian Kayu (IPK) ... 46 11. Perhitungan Rata-rata Nilai Tambah Pengelola Industri

Penggergajian Kayu (IPK) berdasarkan Kapasitas Produksi dengan Metode Hayami ... 48 12. Proporsi Penggunaan Tenaga Kerja Rata-rata Industri Penggergajian

Kayu (IPK) ... 52 13. Fungsi-fungsi Pemasaran Pada Setiap Lembaga Pemasaran Kayu

Gergajian di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 59 14. Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian

Dengan Skala Usaha Kecil di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 68


(24)

Nomor Halaman 15. Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian

Dengan Skala Usaha Menengah di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 70 16. Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian

Dengan Skala Usaha Besar di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 73 17. Producer’s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian dengan

SkalaUsaha Kecil ... 74 18. Producer’s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian dengan Skala

Usaha Menengah ... 75 19. Producer’s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian dengan Skala

Usaha Besar ... 76 20. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu

Gergajian dengan Skala Usaha Kecil di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 77 21. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian

dengan Skala Usaha Menengah di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 78 22. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian

dengan Skala Usaha Besar di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 79


(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Proses Terjadinya Marjin dan Nilai Marjin Pemasaran ... 25 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29 3. Alur Proses Produksi Kayu Gergajian di Industri Penggergajian

Kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 44 4. Skema Saluran Pemasaran Kayu Gergajian di Kecamatan Cigudeg,


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Dokumentasi Lapang Pada Industri Penggergajian Kayu di Kecamatan Cigudeg, Bogor ... 84 2. Sifat dan Karakteristik Jenis Sengon ... 86 3. Data Industri Berbasis Kayu Rakyat di Kabupaten Bogor Tahun


(27)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam yang besar. Salah satu kekayaan alam tersebut berupa hutan tropis. Hutan tersebut merupakan hutan tropis urutan ke dua di dunia setelah hutan amazon di Brazil. Luas hutan Indonesia mencapai 143,57 juta ha. Produksi hutan tanaman mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya sebesar 36,43 persen. Begitu pula halnya dengan produksi hutan alam sebesar 15,27 persen per tahun mengalami fluktuasi yang cenderung masih positif. Namun pada tahun 2008 produksi hutan alam mengalami penurunan sebesar 22,39 persen sementara produksi hutan tanaman justru meningkat sebesar 19,11 persen. Hal ini disebabkan adanya gerakan penanaman pohon oleh pemerintah. Sedangkan luas areal hutan alam mengalami fluktuasi yang cenderung turun walaupun pengingkatan rata-rata per tahun masih positif. Penurunan ini terjadi akibat menurunnya produksi dan harga kayu bulat domestik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Produksi Kayu Bulat di Indonesia Berdasarkan Sumber Produksi Tahun 2004-2008

Tahun

Sumber Produksi

Hutan Alam Hutan Tanaman

Volume (M3)

Pertumbuhan (%)

Volume (M3)

Pertumbuhan (%)

2004 5.142.637 8.252.660

2005 9.334.862 81,52 13.576.192 64,51

2006 9.020.903 -3,36 11.789.046 -13,16

2007 9.501.292 5,32 20.662.243 75,27

2008 7.374.092 -22,39 24.610.351 19,11

Peningkatan Rata-rata (%) 15,27 36,43

Sumber : Departemen Kehutanan, 2008 (diolah)1

1


(28)

2 Hutan menurut Undang-undang No.41 tentang kehutanan tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Selain itu hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang penting di Indonesia terutama karena hasilnya berupa kayu.

Di Indonesia peranan sub sektor kehutanan sangat penting untuk meningkatkan taraf hidup manusia, khususnya dalam penyedia papan yang berkualitas yang berasal dari kayu. Dalam bidang perkayuan terdapat berbagai macam jenis kayu yang dapat dikembangkan diantaranya kayu sengon, kayu afrika, kayu sono keling, kayu akasia dan kayu buah-buahan (kayu kampung).

Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan hampir di semua bidang untuk menunjang kehidupan manusia. Keunggulan kayu yang mempunyai penampilan yang menarik dan mudah diolah dalam berbagai bentuk yang disertai dengan kemajuan teknologi yang ada menjadi faktor pendorong adanya pengembangan terhadap pemanfaatan kayu. Dahulu umumnya kayu hanya dapat diolah dalam bentuk dan fungsi sederhana. Akan tetapi saat ini pemanfaatannya beranekaragam dalam bentuk dan fungsi yang beragam pula.

Salah satu produk yang bergerak dibidang pengolahan dan memerlukan pengolahan yang lebih lanjut adalah produk kayu gergajian. Di Indonesia banyak kayu diolah menjadi kayu gergajian salah satunya kayu sengon. Sengon merupakan tanaman hutan rakyat yang telah dikembangkan pemanfaatannya sebagai kayu pertukangan dalam bentuk gergajian yang berkualitas ekspor. Melihat kecenderungan perkembangan ini, pemerintah mencanangkan sengon dikembangkan dalam program HTI (Hutan Tanaman Industri) sebagai kayu komersil.


(29)

3 Salah satu komoditi yang memberikan sumbangan terbesar ketiga dari lima ekspor produk industri kehutanan dalam penerimaan devisa negara adalah produk kayu gergajian, Departemen Kehutanan (2006)2. Potensi sektor industri gergajian bila dikembangan dengan baik mampu memberikan kontribusi pada masyarakat dalam hal penyerapan tenaga kerja dan mampu mengangkat perekonomian masyarakat. Adapun jumlah industri pengolahan kayu di jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Produksi Kayu Gergajian di Jawa Barat Tahun 2007-2008 Kabupaten Jumlah Produksi Kayu Gergajian (m3)

2007* 2008**

Bogor 17.602,70 21.227,02

Sukabumi 19.670,89. 20.317,90

Cianjur 11.079,08 13.212,00

Jumlah 48.352,67 54.756,92

Keterangan : * = Angka Sementara **= Angka Sangat Sementara Sumber : Dinas Kehutanan Jawa Barat, 20093

Berdasarkan Tabel 2, pada Tahun 2007 jumlah produksi kayu gergajian yang paling banyak di Jawa Barat adalah Sukabumi sebesar 17.670,89 meter kubik, namun pada Tahun 2008 jumlah produksi kayu gergajian yang paling banyak di Jawa Barat adalah Bogor sebesar 21.227,02 meter kubik. Berdasarkan hal tersebut maka bogor dipilih sebagai tempat penelitian karena dilihat dari prospek yang ada.

Salah satu jenis kayu yang sangat diminati dan banyak ditanami masyarakat secara luas adalah kayu sengon, karena sengon termasuk pohon yang cepat tumbuh dan mudah dalam penjualan kayunya.Tanaman sengon merupakan jenis tanaman primadona dan paling dominan ditanam di areal hutan rakyat. Hal ini disamping tanamannya termasuk kedalam jenis tanaman yang tumbuh cepat, juga pemasarannya mudah dan terbuka lebar. Berbagai industri kecil pengolahan kayu sengon untuk berbagai keperluan bermunculan sampai ke pelosok desa

2

www.dephut.go.id 17 Desember 2008

3


(30)

4 yang menyerap semua pasokan kayu sengon dari hutan rakyat. Walaupun kayunya termasuk kayu ringan yang membatasi penggunaannya namun perkembangan teknologi pengolahan hasil memungkinkan deversifikasi penggunaan yang lebih luas antara lain untuk peralatan ringan dan perlengkapan interior dan dapat digunakan sebagai sumber energi dan baik untuk bahan pulp dan kertas.

Kayu sengon mempunyai keunggulan yang baik untuk dikembangkan, sehingga banyak pengusaha kayu gergajian yang menggunakan kayu sengon dalam usahanya. Selain itu dengan semakin meningkatnya kebutuhan kayu baik untuk mebeul maupun rumah tangga mengingat jumlah penduduk Indonesia yang semakin tinggi maka permintaan akan kayu gergajian juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Kayu di Indonesia pada Tahun 2005-2008

Tahun

Jenis Kayu (m3) Kayu Lapis Pertumbuhan

(%)

Kayu Gergajian Pertumbuhan (%)

2005 7.734.000 1.537.224

2006 6.893.828 -10,63 2.995.198 94,84

2007 6.144.925 -10,86 5.496.467 83,51

2008 5.477.379 -10,86 9.219.968 67,74

Peningkatan rata-rata (%) -10,78 82,03

Sumber : http//www.google.com//analisa konsumsi kayu di indonesia, 20094

Berdasarkan Tabel 3, permintaan kayu gergajian mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 permintaan kayu gergajian mengalami peningkatan sebesar 82,03 persen, tetapi jika dibandingkan dengan kayu lapis mengalami penurunan sebesar 10,78 persen. Hal ini disebabkan luas areal hutan alam yang digunakan sebagai bahan baku pada kayu lapis mengalami

Deforestasi atau penyusutan lahan karena kerusakan alam dan adanya konversi lahan menjadi perkebunan. Menurut Lisman kayu gergajian termasuk didalamnya kayu sengon, kayu afrika dan kayu kampung. Dengan demikian adanya peningkatan permintaan kayu sengon gergajian menyebabkan industri yang

4


(31)

5 bergerak dibidang gergajian kayu harus mampu memanfaatkan persediaan kayu dengan cara berproduksi lebih efektif dan efisien mulai dari hulu sampai hilir. Oleh sebab itu industri gergajian mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan baik dalam skala besar, skala menengah maupun skala kecil.

Berdasarkan data Departemen Kehutanan (2006), luas hutan di Jawa Barat sebesar 632.432,48 ha 5. Sejalan dengan program pemerintah bahwa kayu sengon sangat berpotensi untuk dikembangkan di masyarakat dan merupakan salah satu produk kayu hutan rakyat, maka di Kabupaten Bogor tanaman sengon sudah cukup berkembang dan sangat cocok mengingat topografi dan kondisi lahan yang sesuai untuk penanaman pohon sengon. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Potensi Hutan Rakyat di Kabupaten Bogor Tahun 2008

Kecamatan/Desa

Kayu-Kayuan (m3)

Sengon Jati

Luas (ha) Volume (m3) Luas (ha) Volume (m3)

Bogor Barat 2.271,32 9.514,01 183,56 6,62

Bogor Tengah 476,78 2.181,02 240,76 1,06

Bogor Timur 658,84 3.890,08 93,75 3,19

Jumlah 3.406,94 15.585,11 528,06 10,87

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor, 2009

Berdasarkan Tabel 4, luas lahan tanaman sengon yang paling banyak terdapat di Kecamatan Bogor Barat sebesar 2.271,32 ha, begitu juga dengan kayu jati sebesar 183,56 ha. Tetapi jika dibandingkan luas tanaman sengon dengan jati di Kecamatan Bogor Barat maka tanaman sengon lebih luas dibandingkan tanaman jati. Oleh sebab itu sengon merupakan areal terluas di Kabupaten Bogor yang mencapai 3.406,94 ha.

Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra industri penggergajian kayu yang memproduksi beberapa jenis bahan bangunan seperti papan, kaso, dan balok. Bahan baku tersebut berasal dari hutan tanaman rakyat. Hasil produksi kayu gergajian di Kecamatan Cigudeg sebagian besar dijual ke sejumlah wilayah sekitar, termasuk ke wilayah Tangerang dan bogor dan Depok. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

5


(32)

6 Tabel 5. Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2008 Kecamatan Jumlah Industri Pengolahan Kayu Produksi

rata-rata per tahun

2007 2008

Cigudeg 9 13 3.023,09

Leuwisadeng 8 10 1.376,92

Leuwiliang 7 8 970,00

Rumpin 11 14 1.879,00

Jumlah 34 45 1.812,25

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

Berdasarkan Tabel 5, jumlah industri pengolahan kayu di Kabupaten Bogor pada tahun 2007-2008 yang paling banyak terdapat didaerah Rumpin kemudian didaerah Cigudeg. Dalam penelitian ini daerah yang dipilih adalah Cigudeg karena produksi rata-rata per tahun yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan.

Kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan terus meningkat. Demikian pula untuk keperluan bahan bangunan. Kayu-kayu yang beredar di pasaran sebagian besar berasal dari hutan rakyat. Ketidakseimbangan kecepatan antara pemanenan dan penanaman, menyebabkan pasokan kayu dari hutan rakyat semakin menurun volume maupun mutunya yang mengakibatkan kualitas kayu yang dihasilkan rendah.

Dalam menjalankan suatu usaha tidak mudah, terdapat berbagai masalah yang dihadapi yaitu rendahnya kualitas kayu yang dihasilkan atau kurangnya bahan baku yang diperlukan. Hal ini tergantung industri tersebut bagaimana untuk mencapi tujuan usaha yaitu untuk meningkatkan keuntungan. Keberhasilan industri untuk meningkatkan keuntungan dilihat dari kemampuan manajemen menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dan mempunyai strategi pemasaran yang baik untuk memasarkan produknya. Industri yang memiliki manajemen produksi dan pemasaran yang baik akan lebih mudah dalam mencapai tujuan. Selain itu adanya diversifikasi olahan produk yaitu dengan mengolah kayu bulat atau gelondongan menjadi balok, kaso dan papan akan meningkatkan nilai tambah usaha yang diikuti dengan peningkatan pendapatan pula.


(33)

7 1.2. Perumusan Masalah

Salah satu produk yang bergerak dibidang pengolahan dan memerlukan pengolahan yang lebih lanjut adalah produk kayu gergajian, perubahan bentuk pada saat pengolahan kayu mengalami rendemen atau konversi sehingga kualitas kayu dan ukuran jenis sortimen kayu yang dihasilkan berbeda. Berdasarkan hal itu, industri produk kayu gergajian merupakan industri penambahan nilai, dengan meningkatnya industri penggergajian kayu maka nilai tambah yang diperoleh masing-masing berbeda.

Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor merupakan salah satu tempat industri penggergajian kayu yang memproduksi beberapa jenis bahan bangunan seperti papan, kaso, dan balok. Bahan baku yang digunakan adalah kayu sengon. Kayu yang diolah oleh industri penggergajian di Cigudeg dalam bentuk kayu yang sudah berbentuk balok persegi empat, bukan berupa kayu gelondongan. Hal tersebut mempermudah kegiatan pengolahan dan lebih efisien karena bisa langsung digergaji dan tidak menggunakan waktu yang banyak, sehingga volume produksi juga meningkat.

Sedangkan jika menggunakan kayu bulat atau gelondongan yang berasal dari kayu hutan tanaman atau hutan rakyat, ukuran dan mutu kayu yang dihasilkan sangat bervariasi sehingga industri penggergajian kayu (IPK) sering kali merasa kesulitan dalam memilih jenis dan ukuran yang akan digunakan dalam memproduksi kayu olahan dan membutuhkan waktu yang banyak untuk penggergajian kayu sehingga volume produksi yang dihasilkan lebih rendah. Hal tersebut juga akan berdampak pada mutu kayu gergajian yang dihasilkan dan juga harga yang ditawarkan oleh industri kayu gergajian kepada konsumen. Oleh sebab itu adanya usaha pengolahan kayu gergajian di Kecamatan Cigudeg yang menggunkan bahan baku kayu kotak mampu memberikan peningkatan nilai tambah dari pengolahan kayu.

Selain itu kegiatan pemasaran merupakan hal yang sangat penting karena di dalamnya mencakup berbagai kegiatan yang menyebabkan barang bergerak ke pasar atau ke daerah konsumen. Adanya permintaan kayu yang semakin


(34)

8 meningkat untuk memenuhi kebutuhan perumahan atau properti dan industri menyebabkan perlu dikaji sistem pemasaran kayu gergajian. Selain itu pemasaran kayu hasil olahan industri gergajian yang dikenal hanya dipasarkan ke toko material, namun sekarang ini banyak tempat-tempat pemasaran kayu hasil olahan industri gergajian dengan berbagai alternatif pilihan produk. Oleh sebab itu perlu dikaji bagaimana kegiatan pemasaran kayu hasil olahan industri gergajian di Kecamatan Cigudeg yang efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana nilai tambah yang dapat diciptakan dengan adanya usaha pengolahan kayu menjadi produk kayu gergajian?

2. Bagaimana pola saluran pemasaran produk gergajian yang terjadi pada usaha pengolahan kayu gergajian?

3. Bagaimana tingkat efisiensi pada saluran pemasaran kayu gergajian yang terjadi di perusahaan pengolahan kayu gergajian.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah :

1. Menganalisis nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas kayu menjadi produk gergajian.

2. Menganalisis saluran pemasaran yang meliputi : saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar.

3. Menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan dan biaya.


(35)

9 Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi industri penggergajian kayu untuk mempertimbangkan dan menentukan kebijakan-kebijakan yang harus diambil dan dilaksanakan yang berkaitan dengan meningkatkan nilai tambah usaha. Selain itu juga dapat berguna bagi penulis sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan yang akan menjadi penyeimbang pada dunia kerja dalam hal memperluas wawasan dan melatih kemandirian. Hasil penelitian ini berguna bagi pembaca sebagai informasi mengenai analisis nilai tambah dan pemasaran kayu gergajian dan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya. Selain itu juga diharapkan berguna bagi industri penggergajian kayu lainnya dalam memajukan usahanya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada analisis nilai tambah kayu gergajian. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu sengon. Produk yang dihasilkan berupa kaso ukuran 4 cm x 6 cm x 280 cm, balok ukuran 6 cm x 12cm dan papan ukuran 1,8 cm x 18 cm. Alat analisis yang digunakan untuk menghitung nilai tambah yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis nilai tambah dengan metode hayami. Selain itu juga akan dianalisis efisiensi pemasaran kayu gergajian dengan menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio terhadap keuntungan biaya.


(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Baku Kayu Gergajian

Widarmana (1977)6 menyatakan bahwa bahan mentah atau kayu penghara yang masuk di penggergajian adalah produk alam yang berupa dolok (log) yang berkeragaman memiliki diameter besar. Selanjutnya dikatakan pula bahwa makin tinggi kualitas dolok, makin tinggi pula rendemen, volume dan kualitas kayu gergajian yang dapat diperoleh,

Kebutuhan bahan baku merupakan faktor yang menentukan dalam suatu industri penggergajian, karena 50-70 persen dari biaya produksi adalah bahan baku, (Dirjen Kehutanan)7. Oleh karena itu terjaminnya kebutuhan bahan baku secara kontinu merupakan faktor yang menentukan untuk menjamin kelangsungan hidup industri tersebut.

Bahan baku industri penggergajian semakin terbatas dan sulit diperoleh baik dalam jumlah maupun kualitas yang diinginkan, (Rachman, 2000)8. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menghadapi hal yang demikian, maka industri perkayuan dalam hal ini industri penggergajian kayu harus meningkatkan efisiensinya dengan jalan memaksimumkan pengolahan kayu gergajian.

2.1.1. Proses Produksi Kayu Gergajian

Pengertian industri pengolahan menurut Biro Pusat Statistik (2000)9 adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, dan atau mengubah barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir.

6

Pengaruh rendemen kayu terhadap produk. google.com 3 September

7

Upaya pemenuhan bahan baku www.dephut.go.id 5 September 2009

8

http://www.google.com// Tentang kayu oleh Rachman 7 Oktober 2009

9


(37)

11 Penggergajian merupakan suatu unit usaha yang menggunakan bahan baku kayu, alat utama gergaji, mesin penggerak, serta dilengkapi dengan berbagai alat atau mesin pembantu. Penggergajian merupakan proses pertama yang tarafnya masih sederhana (primary conversion), dalam rentetan industri pengolahan kayu, proses penggergajian merupakan proses terpenting dalam industri pengolahan kayu, karena setelah proses tersebut kayu akan lebih mudah untuk diproses selanjutnya.

Industri penggergajian sering juga disebut dalam industri primer hasil hutan karena produk kayu gergajian merupakan produk pertama dalam industri kehutanan. Umunya bahan baku yang digunakan industri penggergajian berasal dari kayu bulat (log) dan balok.Gergaji berfungsi membelah dan memotong kayu. Penggergajian dapat pula berfungsi meningkatkan nilai atau kualita kayu dengan cara menghilangkan bagian yang cacat atau membuat sortimen tertentu yang nilainya lebih tinggi.

2.1.2. Hutan Rakyat

Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dihuni dengan ketentuan luas minimum 0,25 Ha dan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50 persen dan atau pada tanaman tahuanan perhektar sebanyak minimal 500 tanaman (Departemen Kehutanan, 1998). Hutan rakyat adalah hutan buatan yang terletak di luar kawasan hutan Negara, dalam suatu hamparan dan seringkali disebut hutan milik. Hutan milik adalah hutan yang tumbuh diatas lahan yang dibebani hak milik, jadi hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat (Undang-Undang Pokok Kehutanan No. 41 Tahun 1999)

Fungsi hutan rakyat untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu dan kebutuhan kayu rakyat mutlak dibutuhkan mengingat permintaan terhadap bahan baku kayu sangat tinggi, sementara hutan milik pemerintah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara keseluruhan. Peranan hutan rakyat dalam kehidupan social ekonomi masyarakat Indonesia, khususnya pulau Jawa cukup penting, mengingat 70 persen konsumsi kayu dipenuhi oleh kayu rakyat.


(38)

12 2.2. Pengelompokan Industri

Skala usaha industri hilir dapat diukur dari banyaknya bahan baku yang diolah persatuan waktu, banyaknya tenaga kerja, besarnya omzet/penjualan, atau teknologi yang digunakan. Keberadaan industri-industri kecil pengolahan kayu rakyat sangat diperlukan guna memenuhi permintaan akan kayu dari masyarakat yang cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan tentang industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki.

Penggolongan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja menurut BPS dibagi dalam empat golongan yaitu:

1. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri pengolahan yang mempunyai 1-4 orang

2. Industri kecil, yaitu industri pengolahan yang memiliki pekerja 5-19 orang 3. Industri sedang, yaitu industri pengolahan yang memiliki 20-99 orang 4. Industri besar, industri pengolahan yang memiliki 100 orang atau lebih

Menurut Hayami (1987), corak industri di pedesaan Indonesia dapat dibedakan menurut tempat berlangsungnya pengolahan bahan baku, yaitu: a) dalam rumah tangga (home Processing) yang dilakukan oleh anggota rumah tangga petani penghasil bahan baku, b) dalam bangunan yang menempel atau terpisah dari rumah tempat tinggal tapi dalam masih dalam satu pekarangan, dengan bahan baku yang dibeli dari pasar dan terutama menggunakan tenaga kerja keluarga, c) dalam perusahaan kecil, sedang, atau besar yang menggunakan buruh dan modal yang lebih intensif dibandingkan industri rumah tangga.

2.3. Studi Empiris Mengenai Analisis Biaya dan Harga Pokok Produksi Kayu Gergajian Jenis Sengon (Paraserianthes falcataria)

Penelitian mengenai kayu gergajian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur biaya produksi kayu gergajian. Beberapa judul penelitian yang pernah diteliti diantaranya adalah :

Permata (2008) dalam analisis biaya dan harga pokok produksi kayu gergajian (sawn timber) hutan rakyat di CV. Sinar Kayu, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur biaya dan landasan penetapan harga jual produk kayu gergajian


(39)

13 di CV. Sinar Kayu dan menganalisis perubahan biaya, selisish biaya dan perubahan harga jual terhadap keuntungan CV. Sinar Kayu.

Struktur biaya CV. Sinar kayu terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang ditetapkan diawal proses sebagai standar dan yang dihitung berdasarkan sesungguhnya terjadi. Berdasarkan analisis selisih biaya ditemukan kondisi defisit biaya dimana biaya aktual untuk semua komponen biaya lebih besar dibandingkan dengan biaya standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis selisih biaya ditemukan in-efisiensi

terutama pada waktu dasar aktual per unit produk lebih lama dibandingkan dengan waktu dasar standar, sehingga produktifitas per periode waktu lebih rendah . hal lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktifitas adalah dengan menggunakan bahan baku kayu yang berkualitas bagus. Dengan kualitas kayu yang bagus akan memperpendek waktu dasar per satuan dan menin gkatkan reindemen tersebut.

Target keuntungan yang diharapkan oleh CV. Sinar Kayu berdasarkan biaya standar, untuk produk kaso 57 adalah sebesar 74 persen jika dijual secara eceran dan 39 persen jika dijual ke distributor. Sedangkan target keuntungan yang ingin diperoleh CV. Sinar Kayu untuk produk kaso 46 adalah 61 persen jika dijual secara eceran ke konsumen langsungdan sebesar 29 persen jika dijual ke distributor. Perbedaan keuntungan tersebut disebabkan oleh perkiraan biaya standar yang dijadikan sebagai dasar penetapan harga pokok produk lebih kecil dari harga aktual yang sebenarrnya dikeluarkan untuk memproduksi kedua jenis produk tersebut.

Dari penelitian yang dilakukan permata, penulis menangkap pesan bahwa penelitian dengan menganalisis biaya dan harga pokok produksi ternyata biaya bahan baku lebih besar dibandingkan dengan struktur biaya lain. Selain itu produk yang dihasilkan bergantung pada kualitas bahan baku kayu bulat dan pengaruh dari keterampilan dan keahlian operator mesin. Meskipun penelitian yang dilakukan permata mengenai kayu gergajian jenis sengon dan berbeda dengan kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, dimana penulis menggunakan alat analisis nilai tambah dengan menggunakan bahan baku kayu balok.


(40)

14 2.4. Studi Empiris Mengenai Tataniaga

Nugraha (2006) dalam analisis sistem tataniaga kayu jenis sengon (Paraserianthes falcataria) dan prospek pengembangannya di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tujuan penelitian yaitu menganalisis sistem tataniaga kayu gergajian jenis sengon (paraserianthes falcataria) dan prospek pengembangannya. Penelitian yang dilakukan berupa alat analisis kualitatif yaitu dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap keadaan sistem tataniaga yang meliputi analisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya.

Lembaga tataniaga yang terlibat adalah; petani sengon, tengkulak kayu, pengolah kayu, industri penggergajian kayu (IPK), pedagang penampung dan material. Saluran yang tersedia sebanyak 7 saluran tataniaga yaitu; saluran I (petani, tengkulak, dan pedagang penampung). Saluran II (petani, tengkulak, industri penggergajian kayu, dan material). Saluran III (petani, pengolah, dan pedagang penampung). Saluran IV (petani, pengolah, dan material). Saluran V (petani, industri penggergajian kayu, dan material). Saluran Vi (petani, tengkulak, industri penggergajian kayu, pedagang penampung). Dan yang terakhir saluran VII (petani, tengkulak, dan industri luar daerah).

Saluran yang paling banyak digunakan adalah saluran tataniaga I (petani, tengkulak, pedagang penampung) dengan demikian marjin tataniaga tengkulak sebesar 36.51 persen dan keuntungan sebesar 154.05 persen, sedangkan farmer’s share’ petani sebesar 63.40 persen dengan keuntungan sebesar 29.22 persen. Nilai rata-rata marjin keuntungan terbesar diperoleh pengolah sebesar Rp 46.488.10/m3, di ikuti oleh industri penggergajian kayu (IPK) sebesar 40.666.67/m3, kemudian tengkulak sebesar Rp. 36.916.67/m3 dan yang terendah petani sebesar Rp. 28.132.19/m3. Kesimpulan yang diperoleh bahwa sistem tataniaga kayu gergajian jenis sengon belum efisien karena tidak adanya pembagian keuntungan yang merata antara pelaku tataniaga yang terlibat.

2.5. Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah

Setyaningsih (2003) dalam analisis nilai tambah industri pengolahan ayam berbumbu di Kota Jakarta Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


(41)

15 gambaran dari usaha industri rumah tangga pengolahan ayam berbumbu dan mengetahui berapa besar nilai tambah dari produk olahan ayam berbumbu.

Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok usaha berdasarkan penggunan alat transportasi yaitu tidak menggunakan sepeda dan sepeda motor (berjalan kaki) adalah skala kecil. Menggunakan sepeda adalah skala menengah. Menggunakan sepeda motor adalah skala besar.

Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa melaui pengolahan akan tercapai nilai tambah. Analisis nilai tambah terbesar diperoleh IRT skala besar Rp. 4.066,17 per kg bahan baku dan nilai tambah terkecil pada IRT skala kecil sebesar Rp. 3.239,91 per kg bahan baku. Kegiatan pengolahan ayam berbumbu pada skala kecil, menengah dan besar merupakan kegiatan pada modal, karena margin keuntungan yang diterima pedagang lebih besar dari pada margin yang didistribusikan untuk tenaga kerja.

Berdasarkan beberapa hasil tinjauan terhadap penelitian terdahulu, penulis berpendapat bahwa kerangka berpikir paling layak dalam menganalisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian adalah kerangka yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan permata, yaitu dengan menganalisis kayu sengon gergajian.


(42)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Menurut Hayami, et. al. (1987) definisi dari nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.

Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan-perubahan bentuk, tempat dan waktu.

3.1.2. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami

Menurut Hayami et. al. (1987) menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen.

Pada kegiatan subsistem pengolahan alat analisis yang sering digunakan adalah alat analisis nilai tambah. Alat analisis ini dikemukakan oleh Hayami. Kelebihan dari alat analisis ini adalah sebagai berikut :

1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian 2. Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga

kerjanya)

3. Dapat diketahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi 4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan


(43)

17 Besaran nilai tambah yang dihasilkan dapat ditaksir besarnya balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut. Dalam analisis nilai tambah, terdapat tiga komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyak output yang dihasilkan dari satu-satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input.

Melalui analisis nilai tambah Hayami dapat diperoleh informasi sebagai berikut : 1. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp)

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase nilai tambah dari nilai produk.

3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja langsung.

4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah

5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha (pengolah) karena menanggung resiko usaha

6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%) menunjukkan presentase keuntungan terhadap nlai tambah

7. Marjin pengolahan (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi

8. Presntase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%) 9. Presentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%)

10. Presentase sumbangan input lain terhadap marjin (%)

Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan, serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar daripada proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar daripada proporsi bagian tenaga kerja.


(44)

18 3.1.3. Pemasaran

Pemasaran merupakan rangkaian tahapan fungsi yang dibutuhkan untuk mengubah atau membentuk input atau produk mulai dari titik produsen sampai konsumen akhir (Dahl dan Hammond, 1977). Menurut Limbong dan Sitorus (1987) pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke konsumen. Dalam proses distribusi dapat terjadi kegiatan-kegiatan tertentu untuk menghasilkan perubahan bentuk dari produk untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk mempermudah penyalurannya, meningkatkan nilai dan meningkatkan kepuasan konsumen.

Kohl dan Uhl (1985), mendefinisikan pemasaran pertanian merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi (petani) sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan output pertanian.

3.1.4. Saluran dan Lembaga Pemasaran 3.1.4.1. Saluran Pemasaran

Menurut Kotler (2002) saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa siap digunakan untuk digunakan atau di konsumsi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pola saluran pemasaran adalah sebagai berikut:

1. Pertimbangan pasar : siapa konsumen rumah tangga atau industri, besarnya potensi pembelian, bagaimana konsentrasi pasar secara geografis, berapa jumlah pesanan dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli.

2. Pertimbangan barang meliputi : berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan berat barang (mudah rusak atau tidak), sifat teknis (berupa barang standar atau pesanan) dan bagaimana luas produk perusahaan yang bersangkutan.


(45)

19 3. Pertimbangan dari segi perusahaan meliputi : sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman manajerial, pengawasan penyaluran dan pelayanan yang diberikan penjual.

4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi : pelayanan yang dapat diberikan oleh lembaga perantara, kegunaan perantara, sikap perantara terhadap kebijakan produsen, volume penjualan dan pertimbangan biaya.

Produsen adalah golongan yang menghasilkan atau produk, disamping sebagai pelaku penjualan yang merupakan salah satu fungsi dari pemasaran. Salah satu bagian dari fungsi pemasaran adalah pedagang perantara yang merupakan badan-badan yang berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen ke konsumen melalui aktivitas jual-beli. Mereka yang memberikan jasa atau fasilitas yang memperlancar fungsi pemasaran yang dilakukan produsen atau pedagang perantara adalah pihak bank, usaha pengangkutan, dan sebaginya yang dikategorikan ke dalam lembaga pemberi jasa.

3.1.4.2. Lembaga Pemasaran

Pendekatan lembaga pemasaran adalah suatu pendekatan yang mempelajari berbagai macam lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Lembaga-lembaga ini melakukan tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke konsumen, bagaimana fungsi tersebut dapat dilaksanakan dan komoditi apa yang ditanganinya. Lembaga-lembaga pemasaran terdiri dari :

1. Pedagang perantara yang terdiri dari pengecer dan pedagang besar. Pengecer membeli produk untuk dijual kembali kepada konsumen, sehingga pengecer ini tidak banyak mengeluarkan biaya, baik untuk pengangkutan ataupun untuk penyimpanan. Pedagang besar membeli produk dari petani untuk dijual kepada pedagang pengecer, dengan begitu pedagang besar mengeluarkan biaya untuk pengangkutan dan penyimpanan.

2. Agen perantara, menjual jasa dalam proses pekerjaannya, mencari penjual dan pembeli dan mempertemukannya. Agen perantara ini dibagi menjadi dua yaitu pencari komisi dan brokers. Pencari komisi dalam proses pekerjaannya mencari penjual dan melakukan penangananterhadap produk tersebut yang


(46)

20 kemudian mencari pembeli. Pencari komisis ini mengeluarkan biaya untuk pekerjaanya. Broker dalam pekerjaanya tidak melakukan penanganan terhadap produk yang dijual, hanya untuk mempertemukan penjual dan pembeli saja. 3. Perantara spekulatif, melakukan spekulasi harga dengan mempertimbangkan

waktu untuk mendapat keuntungan yang lebih besar.

4. Pengolahan dan pabrikan (Processor and manufactures), adalah kelompok bisnis yang aktivitasnya menangani produk dan merubah bentuk yaitu bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau produk akhir

5. Organisasi fasilitas,merupakan lembaga yang menbantu memperlancar aktivitas pemasaran.

Dengan mengetahui saluran pemasaran suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh, serta dapat mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat.

3.1.5. Fungsi-fungsi Pemasaran

Pendekatan fungsi menurut Kohl dan Uhl (1985) adalah suatu pendekatan yang mempelajari bagaimana sistem pemasaran dilakukan.

Pendekatan ini untuk menganalisis dan mempelajari berbagai gejala dalam proses pemasaran untuk beberapa aspek fungsional pokok, sehingga seluruh proses pemasaran dapar memberikan gambaran yang ringkas dan lengkap. Fungsi tersebut terdiri dari :

1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari komoditas yang dipasarkan. Fungsi pertukaran dari fungsi penjualan terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Pembelian merupakan kegiatan melakukan penetapan jumlah dan kualitas barang, mencari sumber barang, menetapkan harga, dan syarat-syarat pembelian. Kegiatan penjualan diikuti mencari pasar, menetapkan jumlah, kualitas serta menentukan saluran pemasaran yang paling sesuai.

2. Fungsi fisik adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegunaan bentuk, tempat dan waktu. Fungsi fisik meliputi (a) pengolahan, untuk komoditi pertanian, kegiatan yang dilakukan merubah bentuk melalui proses yang


(47)

21 diinginkan sehingga dapat meningkatkan kegunaan, kepuasan, dan merupakan usaha untuk memperluas pasar dari komoditi asal, (b) penyimpanan, untuk membuat komoditi selalu tersedia pada saat konsumen menginginkannya, dan (c) pengangkutan, pemindahan, melakukan kegiatan membuat komoditi selalu tersedia pada tempat tertentu yang diinginkan.

3. Fungsi fasilitas adalah kegiatan yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang mencakup semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan fungsi grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Fungsi standarisasi dan grading mempermudah pembelian barang, mempermudah pelaksanaan jual beli, mengurangi biaya pemasaran dan memperluas pasar. Fungsi penangguhan resiko dengan menerima kemungkinan kehilangan dalam proses pemasaran yang disebabkan resiko fisik dan resiko pasar. Fungsi pembayaran adalah kegiatan pembayaran dalam bentuk uang untuk memperlancar proses pemasaran. Informasi pasar dengan mengumpulkan interpretasi dari sejumlah data sehingga proses pemasaran menjadi sempurna.

3.1.6. Struktur Pasar

Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan mengenai jumlah perusahaan dalam suatu pasar, deskripsi dan diferensiasi produk serta syarat-syarat kemudahan memasuki pasar serta informasi pasar. Struktur pasar mempengaruhi efektivitas pasar dalam realitas sehari-hari yang diukur dengan variabel-variabel seperti harga, biaya dan jumlah produksi. Empat faktor penentu dari karakteristik struktur pasar :

1. Jumlah atau ukuran perusahaan 2. Kondisi atau keadaan produk 3. Kondisi keluar masuk pasar

4. Tingkat pengetahuan yang dimiliki partisipan dalam pemasaran.

Pasar tidak bersaing sempurna dapat dilihat dari dua sisi yaitu produsen dan konsumen. Dilihat dari sisis produsen terdiri atas pasar persaingan monpolistik, monopoli, duopoli, dan oligopoli, sedangkan dari sisi pembeli


(48)

22 (konsumen) terdiri atas persaingangan monoplistik, monopsoni, dan oligopsoni (Dahl dan Hammond, 1977) karakteristik masing-masingstruktur pasar dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 6. Karakteristik dan Struktur Pemasaran Hasil Pertanian

No Karakteristik Struktur Pasar

Jumlah Perusahaan Sifat Produk Dari Sudut Penjual Dari Sudut Pembeli

1 Banyak Standar/homogen Persaingan murni Persaingan murni 2 Banyak Diferensiasi Persaingan

monopolistik

Persaingan monopolistik 3 Sedikit Standar Oligopoli murni Oligopsoni murni 4 Sedikit Diferensiasi Oligopoli diferensial Oligopsoni

diferensiasi

5 Satu Unik Diferensiasi

monopoli

Monopsoni

Sumber: Dahl dan Hammond, 1977

3.1.7. Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah suatu pola atau tingkah laku dari lembaga-lembagatataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar, lembaga-lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut ( Dahl dan Hammond, 1997). Perilaku pasar adalah strategi produksi dan konsumsi dari lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga serta kerjasama antara lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Perilaku pasar adalah pola tindak lanjut pedagang beradaptasi dan mengantisipasi setiap keadaan pasar. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran dalam struktur pasar yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, penentuan harga dan strategi pemasaran. Perilaku pasar dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitasi pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut.

Perilaku pasar sering juga disebut sebagai saluran tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar tempat lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan. Perilaku suatu pemasaran


(49)

23 akan sangat jelas terlihat pada saat beroperasi, misalnya pada saat penentuan harga, lokasi, promosi, penjualan, pembelian dan strategi pemasaran

Hammond dan Dahl (1977), keragaan pasar adalah akibat dari struktur dan perilaku pasar yang dalam kehidupan sehari-hari ditunjukkan dengan harga, biaya dan volume produksi. Deskripsi dari keragaan pasar dapat dilihat dari :

1. Harga dan penyebaran di tingkat produsen dan konsumen 2. Marjin pasar dan penyebarannya pada setiap pelaku pemasaran

3.1.8. Efisiensi Pemasaran

Menurut Kohl dan Uhl (1985), efisiensi merupakan patokan yang paling sering digunakan dalam meneliti kinerja pemasaran. Kinerja pemasaran adalah bagaimana suatu sistem pemasaran dijalankan dan apa yang diharapkan oleh lembaga-lembaga atau pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Meningkatkan efisiensi adalah salah satu tujuan umumdari petani, lembaga pemasaran dan konsumen. Efisiensi yang tinggi menggambarkan kinerja pemasaran yang baik sedangkan efisiensi yang rendah berarti sebaliknya. Ada dua ukuran yang dipakai untuk mengukur efisiensi pemasaran :

1. Efisiensi Operasional, Efisiensi yang terjadi bila mengalirnya produk dari produsen ke konsumen, atau jika rasio input-output maksimal. Efisiensi ini menekankan pada minimisasi biaya untuk melakukan fungsi pemasaran 2. Efisiensi harga adalah suatu kondisi apabila masing-masing partisipan dalam

sistem pemasaran responsif terhadap harga yang terjadi. Efisiensi ini menekankan pada harga antar berbagai tingkat lembaga pemasaran dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen yang disebabkan oleh perubahan tempat, waktu atau bentuk komoditas. Melalui efisiensi harga dapat dilihat integrasi pasar, yaitu seberapa jauh harga komoditas pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran lainnya.

Untuk melihat efisiensi pemasaran dapat digunakan kedua pendekatan tersebut atau menggunakan salah satu macam pendekatan. Ukuran efisiensi operasional dicerminkan oleh biaya pemasaran dan marjin pemasaran. Efisiensi


(50)

24 harga dicerminkan oleh hubungan harga jual produk sebagai adanya pergerakan produk tersebut dari pasar yang satu ke pasar yang lainnya.

3.1.9. Margin Tataniaga

Marjin pemasaran dapat didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Tetapi dapat juga marjin pemasaran ini dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Dahl dan Hammond (1977) Mendefinisikan marjin pemasaran sebagai perbedaan harga pada tiap tingkatan yang berbeda dari suatu sistem pemasaran.

Biaya pemasaran adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem pemasaran suatu komoditi dalam proses penyampaian komoditi tersebut mulai dari produsen sampai konsumen. Setiap lembaga pemasaran yang mau melibatkan diri dalam suatu sistem pemasaran tertentu pada dasarnya mempunyai motivasi atau tujuan untuk mencari atau memperoleh keuntungan dari pengorbanan yang diberikan. Adanya perbedaan kegiatan dari setaip lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai ke tingkat konsumen akhir.

Marjin pemasaran berbeda-beda antara satu komoditas hasil pertanian dengan komoditas lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan jasa-jasa yang diberikan pada berbagai komoditas mulai dari petani sampai ke tingkat pengecer maupun konsumen akhir.

Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi yang dilakukan antar lembaga biasanya berbeda-beda, hal ini menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ketingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, semakin besar perbedaan harga antara produsen dengan harga ditingkat konsumen. Secara grafik marjin pemasaran dapat digambarkan pada Gambar 2. sebagai berikut :


(51)

25 P

Q

Gambar 1 . Proses Terjadinya Marjin dan Nilai marjin Pemasaran. (Sumber : Hammond dan Dahl, 1977)

Keterangan : Pf : Harga di tingkat produsen Pr: Harga di tingkat konsumen Dr: Kurva permintaan konsumen Df: Kurva permintaan produsen Sf: Kurva penawaran produsen Sr: Kurva penawaran konsumen

Qr,f: Jumlah keseimbangan di tingkat produsen dan konsumen (Pr-Pf): Marjin pemasaran

(Pr-Pf) Qr.f: Jumlah Keseimbangan ditingkat petani dan pengecer Besarnya marjin pemasaran pada saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (Producer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.

Producer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang diterima konsumen akhir.

3.1.10.Bagian Harga yang Diterima Produsen (Producer’s Share)

Suatu proses pemasaran dikatakan berjalan dengan efisien apabila tercipta kepuasan bagi semua pihak, yaitu produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran yang menghubungkan antara keduanya. Adanya efisiensi dalam pemasaran akan menyebabkan pengurangan biaya-biaya pemasaran, sehingga memperkecil

Pr

Pf

Sf

(Pr-Pf)

Dr

Df Vm= (Pr-Pf

Qr.f


(52)

26 perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen. Penanganan terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang kurang efisien dapat menyebabkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi, karena tujuan lembaga pemasaran adalah mencari keuntungan, maka biaya pemasaran itu dilimpahkan pada produsen atau konsumen dengan menekan harga di tingkat produsen dan meningkatkan harga di tingkat konsumen. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan harga (marjin) antara konsumen dan produsen.

Analisis tentang producer’s share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam setiap saluran pemasaran. Producer’s share dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

Ps = Producer’s Share

Pp = Harga di tingkat produsen

Pk = Harga di tingkat konsumen

Saluran pemasaran yang tidak efisien akan memberikan marjin dan biaya pemasaran yang lebih besar. Biaya pemasaran ini biasanya dibebankan kepada petani melalui harga beli, sehingga harga yang diterima petani lebih rendah. Biaya pemasaran yang tinggi menyebabkan besarnya perbedaan harga di tingkat petani dengan harga yang dibayarkan konsumen sehingga akan menurunkan nilai pangsa pasar. Sebaliknya pada saluran pemasaran yang efektif dan efisien, marjin dan biaya pemasaran menjadi lebih rendah sehingga perbedaan harga petani dengan konsumen lebih kecil dan nilai pangsa pasar akan meningkat.

3.1.11. Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya, dengan demikian meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya serta marjin pemasaran terhadap biaya pemasaran, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Untuk mengetahui


(1)

3. Berdasarkan analisis marjin pemasaran, Producer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya, maka skala usaha kayu gergajian menunjukkan hasil yang sama. Pola saluran pemasaran kayu gergajian yang dapat dikatakan paling efisien adalah pola saluran pemasaran satu. 8.2. Saran

1. Pada kondisi saat ini, mengingat penyediaan bahan baku jumlahnya tidak stabil dan harga bahan baku mahal, pengusaha kecil, menengah dan besar harus mampu mengembangkan tanaman sengon agar tidak bergantung pada pasokan petani.

2. Pada skala usaha menengah untuk tetap mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan sehingga mampu memberikan keuntungan sedangkan untuk skala usaha kecil dan usaha besar agar memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan sehingga keuntungan yang didapat lebih baik.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik 2007. Laporan PDB Kehutanan Indonesia. PDB Kehutanan Indonesia Tahun 1999-2006. Jakarta

Badan Pusat Statistik 2007. Produksi Hasil Kayu. Produksi Kehutanan Indonesia. Jakarta

Badan Pusat Statistik 2007. Klasifikasi Pengelompokkan Usaha. di Indonesia 2002-2006. Jakarta

Dahl, Dale C. and Hammond J. W.1997. Market and Price Analysis. The Agricultural Industries . McGraw-Hill Book Company, Inc. New York Dinas Kehutanan 2008. Laporan Perkembangan Industri Kayu. Bogor

Hayami Y., Thosinori, M., dan Masdjidin S. 1987. Agricultural Markerting and Processing in Upland Java: A prospectif From A Sunda Village, Bogor Kohls, Richard L. And Joseph N. Uhl. 1985. Marketing of Agricultural Products,

Purdue University. Macmillan Publishing Company. New York

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesepuluh. PT. Prenhalindo. Jakarta

Limbong, W.H. dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan Kuliah Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor

Nugraha Eka. 2006. Analisis sistem Tataniaga Kayu Jenis Sengon (Paraserianthes Falcataria). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor:Bogor

Nugraha Bhakti. 2000. Analisis Pengaruh Tebal Kayu Gergajian Terhadap Rendemen dan Mutu Penggergajian. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Winaya Mukti. Jatinangor

Permata Dian. 2008. Analisis Profitabilitas dan Penetapan Harga Jual Kayu Gergajian Sengon (Paraserianthes Falcataria). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rachmina D, Burhanudin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Setyaningsih Nunung. 2003. Analisis Nilai Tambah Industri Pengolahan Ayam Berbumbu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor


(3)

Lampiran 1. Dokumentasi Lapang Pada Industri Penggergajian Kayu di Kecamatan Cigudeg, Bogor

Gambar 1a. Jenis Produk Kaso Kayu Sengon (4cm x 6cm)

Gambar 1b. Jenis Produk Papan Kayu Sengon (1,8cm x 18cm)


(4)

Lanjutan Lampiran 1.

Gambar 1d. Mesin Utama Penggergajian Kayu


(5)

Lampiran 2. Sifat dan Karakteristik Jenis Sengon

Karakteristik Jenis Sengon

Paraserianthes falcataria

Nama lain Jeujing/sengon local

Tinggi pohon 30-45 meter

Diameter batang 70-80 cm

Kulit luar Putih / kelabu

Tajuk tanaman Menyerupai paying

Daun Menyirip ganda kecil-kecil

Buah Polong

Tanah Regosol, alluvial

pH tanah 6-7

Ketinggian tempat 0-800 m dpl Suhu lingkungan 18-270C


(6)

Lampiran 3. Data Industri Berbasis Kayu Rakyat di Kabupaten Bogor Tahun 2008

Nomor Kecamatan/Desa Jumlah industri Jenis Produk

1 Megamendung 4 Kayu gergajian

2 Ciawi 8 Kayu gergajian

3 Caringin 10 Kayu gergajian

4 Cigombong 1 Kayu gergajian

5 Cijeruk 2 Kayu gergajian

6 Taman sari 10 Kayu gergajian

7 Rancabungur 2 Kayu gergajian

8 Gunung sindur 1 Kayu gergajian

9 Parung 3 Kayu gergajian

10 Ciampea 4 Kayu gergajian

11 Pamijahan 9 Kayu gergajian

12 Cibungbulang 3 Kayu gergajian

13 Leuwiliang 8 Kayu gergajian

14 leuwisadeng 10 Kayu gergajian

15 Sukajaya 2 Kayu gergajian

16 Cigudeg 13 Kayu gergajian

17 Nanggung 8 Kayu gergajian

18 Parungpanjang 1 Kayu gergajian

19 Jasinga 12 Kayu gergajian

20 Tenjo 6 Kayu gergajian

21 Rumpin 14 Kayu gergajian