1
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Berbagai macam bahan pangan yang berasal dari hewan maupun tumbuhan telah dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan gizi dan energi agar dapat bertahan hidup.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta orang, kebutuhan
pangan penduduk Indonesia tentu saja sangat besar. Berdarkan data Badan Pusat Statistik, tingkat konsumsi penduduk Indonesia menunjukkan kecenderungan
yang terus meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang terlihat dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Rata-rata Konsumsi Energi Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Pangan Tahun 1999, 2002-2006 kkal
1
No Komoditas
Tahun 1999
kkal 2002
kkal 2003
kkal 2004
kkal 2005
kkal 2006
kkal 1 Padi-padian
1 066,50 1
039,91 1 035,07 1
024,08 1 009.13
992,93 2 Umbi-umbian
60,73 55,43 55,62 66,91 56,01 51,08 3 Ikan
36,04 42,53 46,91 45,05 47,59 44,56
4 Daging
20,07 35,01
41,71 39,73
41,45 31,27
5 Susu
dan telur
24,39 39,63 37,83 40,47 47,17 43,35 6 Sayuran
32,28 37,44
40,95 38,8 38,72 40,2 7 Kacang-kacangan
52,4 71,66 63,93 62,24 69,97 64,42 8 Buah-buahan
32,71 40,75 42,75 41,61 39,85 36,95 9 Minyak
dan Lemak
205,9 246,66 241,7 236,67 241,87 234,5 10 Bahan
minuman 103,35 120
115,54 114,75 110,73 103,69 11 Bumbu-bumbuan
15,42 18,28 15,89 16,41 19,25 18,81 12 Pangan dan minuman
lain 28,76 41,66 39,6 40,16 52,84 48,14
13 Pangan dan
minuman jadi 170,78 198,09 212,31 219,09 233.08
216.83 14
Minuman beralkohol
0,04 0,09 0,09 0,09 -
- 15 Tembakau dan Sirih
- -
- -
- -
TOTAL 1
849,36 1 987,13 1
989,89 1 986,06 2
007.65 1 926.74
Ketetrangan: Termasuk minuman beralkohol
1
http:www.bps.go.idsectorconsumpexptable5.shtml\Consumption Expenditure Statistics.mht Situs resmi Badan Pusat Statistik diakses tanggal 6 Maret 2008
2
Salah satu bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat adalah daging sapi. Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian
2
, meskipun saat ini rata-rata konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia masih relatif rendah sekitar 1,75 kgkapitatahun, namun konsumsi daging sapi
2 kgkapitatahun masih belum dapat dipenuhi dari pasokan dalam negeri. Hal ini disebabkan laju peningkatan permintaan tidak dapat diimbangi oleh
pertambahan populasi ternak sapi. Dengan jumlah penduduk tahun 2005 mencapai sekitar 220 juta jiwa, total kebutuhan daging sapi domestik berarti mencapai
384,81 ribu ton. Sementara itu, total produksi daging sapi dalam negeri hanya mencapai 271,84 ribu ton, sehingga masih ada kekurangan sekitar 112,97 ribu ton
atau 29,36 persen dari total kebutuhan dalam negeri. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah memasukkan komoditas daging sapi sebagai salah satu
produk yang dikembangkan dalam Rencana Aksi Ketahanan Pangan 2005-2010. Hal ini mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang mendukung
agribisnis daging sapi, mulai dari subsistem hulu hingga sub sistem hilir. Salah satu kegiatan operasionalnya adalah meningkatkan efisiensi, higienitas, dan daya
saing dalam pegolahan daging sapi dan jerohan berdasarkan preferensi permintaan dan keinginan konsumen. Salah satu wujud kegiatannya adalah dengan
mengembangkan pemasaran daging sapi berdasarkan keinginan dan preferensi konsumen baik konsumen akhir ataupun konsumen bisnis.
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat terutama masyarakatnya. Sebagai salah satu kota penopang DKI Jakarta
yang merupakan ibu kota Negara, Bogor terus mengalami perkembangan terutama dalam hal trend dan gaya hidup masyarakat yang tentu saja menyebabkan
perubahan tingkat dan pola konsumsi penduduk Kota Bogor. Dalam hal tingkat konsumsi, penduduk Kota Bogor memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi
dibandingkan kota atau kabupaten lain di sekitarnya. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2, bahwa Kota Bogor memiliki tingkat konsumsi pangan terbesar ke tiga di
provinsi Jawa Barat setelah Kota Sukabumi dan Kota Depok.
2
BPPT. 2005. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010. www.deptan.go.id. Situs resmi Departemen Pertanian Republik Indonesia diakses tanggal 6 Maret 2008
3
Tabel 2. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan Untuk Kelompok Barang Pangan Menurut KabupatenKota di Jawa Barat Tahun
2007 Rupiah
KabupatenKota Pangan
Kota Sukabumi 255558
Kota Depok 250414
Kota Bogor 249624
Kota Cimahi Kabupaten Bekasi
245556 235745
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2008
Trend dan gaya hidup masyarakat khususnya di perkotaan menuntut waktu dan tenaga yang lebih besar terutama untuk melakukan pekerjaan. Hal ini
menjadikan masyarakat cenderung memiliki kebiasaan untuk makan di luar rumah, seperti rumah makan. Rumah makan merupakan salah satu industri jasa
penyedia makanan yang menggunakan daging sapi sebagai salah satu bahan baku untuk membuat masakan. Perkembangan jumlah rumah di Kota Bogor mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Perkembangan Rumah Makan di Kota Bogor 2002-2008
Tahun Jumlah Unit Rumah Makan
2002 161
2003 178
2004 124
2005 2007
2008
3
136 175
264
Sumber: BPS Kota Bogor, 2006 Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor Tahun 2007
Rumah makan memiliki tingkat konsumsi bahan pangan daging sapi yang lebih besar dan kontinu dibanding konsumen rumah tangga. Rumah makan juga
merupakan suatu konsumen bisnis yang tentunya memiliki perilaku yang berbeda dari konsumen rumah tangga. Pola konsumsi, pengambilan keputusan, dan
kebutuhan rumah makan juga berbeda dengan konsumen rumah tangga. Di Kota Bogor, terdapat tiga tempat pembelian daging sapi yang
umumnya dikenal masyarakat, yaitu pasar pejagalan Rumah Pemotongan HewanRPH, pasar tradisional, dan pasar modern. Dalam beberapa tahun
3
www.kotabogor.com, merupakan situs resmi Pemerintah Kota Bogor diakses tanggal 6 Maret 2008
4
terakhir, jumlah pasar modern terus bertambah banyak, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Pasar di Kota Bogor Tahun 2001-2004
4
Jenis Pasar Tahun
2001 2002
2003 2004
Pasar Tradisional 11
12 13
11 Pasar Modern
8 11
8 24
Saat ini, mulai bermunculan pula isu-isu mengenai daging sapi yang dijual di pasar pejagalan dan pasar tradisional seperti isu daging sapi busuk dan daging
sapi gelonggongan. Semua hal tersebut akan mempengaruhi persepsi para pengelola rumah makan terhadap daging sapi yang dijual di kedua tempat
penjualan tersebut. Pengetahuan mengenai apa yang dipikirkan konsumen mengenai suatu produk merupakan hal yang sangat penting. Persepsi konsumen
terhadap suatu produk akan turut menentukan apakah konsumen akan membeli produk atau tidak. Oleh karena itu, analisis persepsi rumah makan terhadap daging
sapi sangat penting dilakukan untuk menentukan suatu strategi pemasaran daging sapi yang sesuai kepada rumah makan.
Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik rumah makan dan proses pengambilan keputusan pembelian daging sapi oleh rumah makan di Kota Bogor?
2. Bagaimana persepsi rumah makan di Kota Bogor terhadap daging sapi yang dijual di pasar pejagalan, pasar tradisional, dan pasar modern?
3. Berdasarkan perilaku pengambilan keputusan dan persepsi rumah makan terhadap daging sapi, bauran pemasaran daging sapi apa yang sesuai untuk
memasarkan daging sapi kepada rumah makan di Kota Bogor?
4
http:disperindag-jabar.go.id. Situs resmi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat diakses tanggal 6 Maret 2008
5
B. Tujuan Penelitian