22
sapi di pasar modern atau di pasar tradisional adalah pendidikan, usia, dan frekuensi pembelian.
Purba 2006 menganalisis tingkat kepuasan konsumen rumah tangga dalam pembelian daging sapi segar. Responden merupakan konsumen rumah
tangga yang membeli daging sapi segar di Marketplace, Ekalokasari Plaza, Bogor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan
konsumen rumah tangga dalam pembelian daging sapi segar; mengidentifikasi prioritas perbaikan manajemen berdasarkan tingkat kepeningan dan kepuasan
konsumen; serta mengetahui hubungan antara kinerja dengan karakteristik konsumen dan frekuensi pembelian. Tingkat kepuasan konsumen dan tingkat
kinerja Marketplace dianalisis menggunakan Importance-Performance Analysis. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kualitas produk dan pelayanan Market Place
dinilai belum memenuhi harapan konsumennya, namun secara keseluruhan tingkat kinerja perusahaan dinilai cukup baik. Variabel yang dinilai sangat penting oleh
konsumen rumah tangga yang membeli daging sapi segar adalah etos kerja, sertifikat daging, kemampuan karyawan dalam menjelaskan spesifikasi daging,
tanggung jawab pemotongan daging yang salah, dan dekorasi serta tata letak di ruang pelayanan. Selain itu, dalam hasil penelitian juga diketahui bahwa kepuasan
konsumen tidak ada hubungannya dengan frekuensi pembelian daging sapi dan karakteristik konsumen daging sapi di Market Place.
2. Penelitian Mengenai Persepsi dan Perilaku Konsumen serta Bauran
Pemasaran
Christvelldy 2007 melakukan penelitian mengenai perilaku konsumen dan implikasinya terhadap bauran pemasaran. Penelitian bertempat di Warung
Kebun Cempaka Tantri Bogor dengan tujuan sebagai berikut: 1 menganalisis karakteristik umum konsumen Warung Kebun Cempaka Tantri; 2 menganalisis
tahapan proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Warung Kebun Cempaka Tantri; 3 menganalisis tanggapan konsumen
terhadap atribut-atribut Warung Kebun Cempaka Tantri; serta 4 menyusun rekomendasi alternatif kebijakan pemasaran berdasarkan perilaku konsumen.
Karakteristik konsumen dan perilaku keputusan pembelian konsumen dianalisis menggunakan analisis deskriptif serta diuji menggunakan varian rangking dua
23
arah Friedman. Sedangkan tanggapan konsumen terhadap kinerja dan atribut- atribut Warung Kebun Cempaka Tantri dianalisis menggunakan Importance-
Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index CSI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen di Warung Kebun Cempaka Tantri
umumnya berusia 31-45 tahun, berjenis kelamin perempuan, sudah menikah, pendidikan terakhir sarjana, asal Bogor, pekerjaan karyawan swasta dengan
tingkat penghasilan Rp 1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00. Umumnya, konsumen memilih Warung Kebun Cempaka Tantri karena suasananya yang nyaman,
dengan tujuan mencari hiburan, dan direncanakan pada hari libur. Berdasarkan CSI, konsumen dinilai berada pada kriteria puas terhadap Warung Kebun
Cempaka Tantri. Dimensi bauran pemasaran yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah tingkat kebersihan sedangkan yang terendah adalah kemudahan
menghubungi lewat telepon. Sedangkan dimensi bauran pemasaran yang memiliki tingkat kinerja tertinggi adalah variasi menu dan terendah adalah kecepatan
melayani konsumen. Hermawan 2008 menganalisis preferensi pengunjung dan positioning
pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor studi Kasus: Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall,dan Pangrango Plaza. Tujuan penelitiannya
adalah menganalisis tahapan pengambilan keputusan pengunjung PPM di Kota Bogor, mengetahui preferensi pengunjung terhadap atribut PPM di Kota Bogor,
dan mengetahui positioning PPM di Kota Bogor untuk studi kasus Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza. Alat analisis data
yang digunakan adalah analisis deskriptif, IPA, dan MDS berbasis atribut. Hasil IPA untuk preferensi pengunjung menunjukkan bahwa ketersediaan sarana ibadah
dinilai paling penting, sedangkan yang dinilai paling tidak penting adalah ukuran luas bangunan. Kinerja atribut Botani Square yang dinilai paling baik adalah
lokasi strategis, sedangkan kinerja yang paling tidak baik adalah ketersediaan sarana ibadah. Kinerja atribut Ekalokasari Plaza yang dinilai paling baik adalah
kenyamanan, sedangkan kinerja yang paling tidak baik adalah ketersediaan sarana ibadah. Kinerja atribut Bogor Trade Mall yang dinilai paling baik adalah
kemudahan akses angkutan umum, sedangkan kinerja yang paling tidak baik adalah desain interior. Kinerja atribut Pangrango Plaza yang dinilai paling baik
24
adalah kemudahan akses angkutan umum, sedangkan kinerja yang paling tidak baik adalah ketersediaan sarana hiburan. Berdasarkan hasil MDS, terlihat bahwa
masing-masing PPM memiliki posisi yang cukup berjauhan. Namun jika dicermati, terdapat tiga PPM yang masing-masing memiliki posisi berdekatan
yaitu Botani Square, Ekalokasari Plaza, dan Pangrango Plaza. Kedekatan posisi tersebut mengartikan bahwa Botani Square adalah pesaing langsung Ekalokasari
Plaza dan Pangrango Plaza. Percepetual map juga menunjukkan bahwa Ekalokasari Palza memiliki positioning yang paling baik, karena memiliki
kedekatan yang paling dominan dengan dua dimensi, yatu dimensi fasilitas pendukung dan kelengkapan variasi.
Rahman 2007 menganalisis Citra Merek atau brand image dalam pengambilan keputusan pembelian Fruit Tea di Kota Sukabumi. Tujuan
penelitiannya adalah menganalisis kekuatan citra merek atau brand image Fruit Tea yang relatif terhadap merek lain atau pesaing, menganalisis variabel-variabel
yang menjadi dasar konsumen dalam melakukan pembelian Fruit Tea dan menganalisis hubungan antara citra produk atau brand image dengan keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian Fruit Tea. Alat analisis yang digunakan adalah MDS, uji cochran, dan buying decision process. Atribut yang digunakan
adalah harga murah, rasa nikmat, warna pekat, aroma yang wangi, tanpa bahan pengawet, minuman menyehatkan, isi yang banyak, merek yang terkenal,
kemudahan mendapatkan, produk dingin, campuran teh yang bervariasi, dan disain kemasan yang menarik. Hasil yang didapatkan dari perhitungan citra merek
adalah merek fresh tea merupakan pesaing utama merek Fruit Tea. Pesaing terdekat berikutnya adalah NuGree Tea, Green-T, Zestea, dan teh kotak. Citra
terkuat yang dimiliki Fruit Tea adalah campuran teh yang bervariasi. Sedangkan citra terlemahnya adalah warna teh yang pekat. Hasil yang didapat dari
perhitungan proses keputusan pembelian Fruit Tea dari konsumen adalah merek Fruit Tea memiliki keunggulan pada atribut rasa teh yang nikmat, kemudahan
mendapatkan, variasi campuran teh, dan disain kemasan yang menarik. Secara keseluruhan, dapat diambil bahwa citra merek yang dimiliki Fruit Tea mampu
mempengaruhi keputusan produk Fruit Tea.
25
Untuk penelitian terdahulu mengenai daging sapi terdapat perbedaan bahasan utama yang dilakukan. Penelitian-penelitian terdahulu membahas
mengenai penentuan lokasi pembelian, preferensi, dan tingkat kepuasan pelanggan terhadap pembelian daging sapi. Sedangkan pada penelitian ini,
dilakukan penelitian mengenai persepsi rumah makan terhadap daging sapi. Namun dalam prosesnya, penelitian terdahulu memiliki kesamaan dengan
penelitian saat ini, yaitu ditelitinya pola konsumsi dan perilaku pengambilan keputusan pembelian daging sapi.
Untuk penelitian terdahulu mengenai bauran pemasaran berdasarkan perilaku konsumen, banyak terdapat kesamaan dengan penelitian saat ini.
Perbedaan terdapat pada produk yang diteliti. Produk daging sapi yang diteliti dalam penelitian saat ini membandingkan merek-merek daging sapi berdasarkan
tempat penjualannya pasar pejagalan, pasar tradisional, pasar modern. Selain itu, responden atau target penelitian yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya
merupakan konsumen individual sedangkan pada penelitian kali ini, responden yang dijadikan target penelitian adalah konsumen bisnis, yaitu rumah makan.
26
III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran