dikatakan berpengaruh nyata terhadap perubahan kandungan biomassa pada taraf nyata 5.
Untuk kelayakan model adalah dengan membandingkan nilai koefisien deteminasi adjustment R-Sqadj. Diantara model W = aD
b
menunjukkan keeratan hubungan biomassa dengan peubah bebas diameter yang lebih baik
dibandingkan dengan model W = a D
b1
H
b2
. Berdasarkan nilai R-Sq adj tersebut pula menunjukkan bahawa perbedaan atau selisih antara kedua model
tidak terlalu jauh 98.3 dengan 98.1. Dengan demikian model yang terbaik yang dapat diterapkan adalah W = aD
b,
karena meskipun ada penambahan peubah bebas tinggi, namun kenaikan nilai koefisien deteminasi adjustment R-Sqadj
sangat sedikit.
5.2.3 Potensi Kandungan Karbon pada Tegakan Sengon Paraserianthes
falcataria L Nielsen
Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen dan oksigen, karbon merupakan elemen yang dominan tas berat dan kayu
mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pambakaran pada suhu tinggi dan kondisi oksigen yang melimpah; residu semacam ini dikenal
sebagai abu. Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang tidak terbakar yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium, magnesium, mangan, dan silikon.
Haygreen dan Bowyer 1982. Pada Tabel 36 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan potensi karbon pada tegakan sengon mulai dari kelas diameter 5-10
cm sampai dengan kelas diameter 50 cm keatas. Potensi kandungan karbon pada tegakan sengon terkait pula dengan potensi biomassanya. Potensi biomassa akan
mempengaruhi potensi karbon, karena karbon yang diserap oleh daun akan diubah menjadi bahan organik yang tersimpan dalam biomassa. Karbon yang terkandung
dalam tegakan sengon akan didistribusikan pada bagian-bagian pohon sengon seperti pada akar, tunggak, batang, cabang, ranting dan daun.
Kandungan karbon pada tiap tingkat pertumbuhan bervariasi. Variasi terjadi karena adanya perbedaan ukuran diameter. Kandungan karbon total pada diameter
50 cm keatas lebih besar dibandingkan dengan kandungan karbon diameter lainnya. Besarnya kandungan karbon yang terdapat pada pohon 50 keatas
dipengaruhi oleh biomassa tegakannya yang juga mempunyai nilai terbesar.
Kandungan karbon tegakan meningkat seiring pertambahan umur dan diameter. Terjadinya peningkatan potensi karbon disebabkan oleh adanya pertambahan
biomassa seiring pertambahan diameter pohon. Besarnya potensi kandungan karbon pada bagian batang erat kaitannya
dengan tingginya biomassa bagian batang jika dibandingkan dengan bagian pohon yang lainnya. Kandungan karbon meningkat cepat seiring bertambahnya diameter
dan umur pohon. Peningkatan ini seiring dengan besarnya biomassa tegakan yang berarti secara tidak langsung semua faktor yang mempengaruhi biomassa akan
berpengaruh pula terhadap simpanan karbon. Semakin besar biomassa tegakan maka kandungan karbon akan semakin besar pula. Sehingga hubungan antara
besarnya karbon dengan biomassa berbanding positif. Besarnya kandungan karbon pada batang dipengaruhi oleh besarnya kandungan biomassa yang terdapat
pada batang. Begitupun dengan bagian yang lainnya akar, cabang, ranting dan ranting, secara garis besar kandungan karbon dipengaruhi oleh besarnya
kandungan biomassanya. Batang pohon sengon memiliki proporsi karbon lebih besar daripada bagian
pohon yang lainnya. Karena batang pohon adalah komponen dimana kayu 97- 99 merupakan polimer alami. Dari jumlah itu, sebesar 65
–75 adalah polisakarida seperti selulosa dan hemiselulosa sedangkan komponen lainnya
adalah lignin dan zat ekstraktif Achmadi 1990. Hal ini juga dipertegas oleh Haygreen Bowyer 1982 yang menjelaskan bahwa karbon merupakan unsur
yang mempunyai porsi terbesar di dalam kayu jika dibandingkan dengan unsur lain.
Menurut Hairiah dan Rahayu 2007, jumlah C tersimpan antar lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada,
jenis tanah serta cara pengelolaannya. Potensi kandungan karbon dapat dilihat dari besarnya biomassa tegakan yang ada. Besarnya kandungan karbon tiap bagian
pohon dipengaruhi oleh kandungan biomassa vegetasinya karena besarnya kandungan karbon diduga dari biomassanya. Oleh karena itu setiap peningkatan
terhadap biomassa akan diikuti oleh peningkatan karbon, hal ini berarti menunjukkan hubungan antara besarnya biomassa akan berpengaruh juga
terhadap karbon. Besarnya potensi karbon yang dikonversi dari biomassa sangat dipengaruhi oleh besarnya diameter pohon.
Penyusunan model penduga kandungan karbon pohon bertujuan untuk memudahkan pendugaan kandungan karbon secara langsung di lapangan, dengan
menggunakan parameter-parameter yang dengan mudah dapat diperoleh di lapangan seperti diameter dan tinggi. Model yang dibuat hanya berlaku untuk
pohon. Model penduga kandungan karbon pohon dilakukan dengan menggunakan analisis regresi sederhana, dimana karbon sebagai peubah tak bebas diduga
nilainya dengan menggunakan model yang menggunakan diameter dan tinggi sebagai peubah bebasnya. Sebelum tahapan penyusunan model penduga karbon,
dilakukan análisis mengenai hubungan antara diameter dan tinggi dengan menggunakan koefisien korelasi, analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana keeratan hubungan antara diameter dan tinggi pohon. Model persamaan yang digunakan untuk menduga hubungan karbon dengan
diameter, karbon dengan diameter dan tinggi dapat dilihat pada Tabel 37. Sama halnya dengan model yang menghubungkan antara biomassa dengan diameter dan
tinggi, berdasarkan hasil pengukuran berat kering contoh diperoleh bahwa untuk menduga hubungan antara karbon dengan peubah bebas diameter dan tinggi.
Berdasarkan hasil uji statistik, model pendugaan kandungan karbon dalam sengon digunakan adalah C = aD
b
dan C = a D
b1
H
b2
. Kedua model ini adalah model terbaik. Model yang terpilih untuk bagian akar diameter 5 cm adalah C = 10,9
D
1.94
, model akar diameter 5 cm adalah C = 43,65 D
4.84
H-
2.53
, model tunggak adalah C = 30,2 D
1.93
H
1.07
, model batang adalah C = 24,5 D
1.95
H
1.19
, model cabang adalah C = 43,65 D
2.11
H
0.94
, model batang setelah cabang pertama adalah C = 38,9 D
2.16
H
1.13
, model ranting adalah C = 128,8 D
2.36
H
0.827
, daun adalah
C = - 0,892 + 8,13 D + 0,223 H
dan model keseluruhan bagian pohon adalah C = 69,1 D
2.14
H
0.783
, Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi adjustment R- Sqadj yang tinggi dan nilai P 0,05 yang berarti bahwa peubah bebasnya dapat
dikatakan berpengaruh nyata terhadap perubahan kandungan karbon pada taraf nyata 5 .
Untuk kelayakan model adalah dengan membandingkan nilai koefisien deteminasi adjustment R-Sqadj. Diantara model C = aD
b
menunjukkan
keeratan hubungan biomassa dengan peubah bebas diameter yang lebih baik dibandingkan dengan model C = a D
b1
H
b2
. Berdasarkan nilai R-Sq adj tersebut pula menunjukkan bahwa perbedaan atau selisih antara kedua model tidak terlalu
jauh 98,9 dengan 99,3. Dengan demikian model yang terbaik yang dapat diterapkan adalah C = aD
b,
karena meskipun ada penambahan peubah bebas tinggi, namun kenaikan nilai koefisien deteminasi adjustment R-Sqadj sangat
sedikit. Berdasarkan hasil analisis data tersebut hanya dengan mengukur diameter dan tinggi sudah dapat menduga kandungan karbon pada tegakan sengon dan
dapat diaplikasikan di lapangan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan