pemanenan kuadrat dan c metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata-rata, dan 2 metode pendugaan tidak langsung yang terdiri
dari a metode hubungan Allometrik, yakni dengan mencari korelasi yang paling baik antara dimensi pohon dan biomassanya, dan b crop meter, yaitu dengan
cara mengunakan seperangkat alat elektroda yang kedua kutubnya diletakkan di atas permukaan tanah pada jarak tertentu. Menurut Hairiah dan Rahayu S 2007,
pendugaan biomassa di atas permukaan tanah bisa diukur dengan menggunakan metode langsung destructive dan metode tidak langsung non destructive.
Metode tidak langsung digunakan untuk menduga biomassa vegetasi yang berdiameter
≥ 5 cm, sedangkan untuk menduga biomassa vegetasi yang memiliki diameter 5 cm vegetasi tumbuhan bawah menggunakan metode secara
langsung. Brown 1997 menyatakan bahwa pada pendugaan cadangan biomassa atau
karbon pada vegetasi, pengukuran diameter bervariasi yaitu untuk daerah kering dengan laju pertumbuhan pohon sangat lambat, biasa digunakan batas minimum
2,5 cm dan untuk daerah yang beriklim basah, batas minimum pengukuran diameter yang digunakan 2,5
–10 cm, akan tetapi secara umum biasa digunakan ukuran diameter minimum 5 cm.
2.7 Kadar Abu
Kadar abu adalah jumlah oksida-oksida logam yang tersisa pada pemanasan tinggi. Abu tersusun dari mineral-mineral terikat kuat pada arang
seperti kalsium, kalium dan magnesium. Komponen utama abu dalam beberapa kayu tropis ialah kalium, kalsium, magnesium dan silika. Galat dalam penetapan
kadar abu dapat disebabkan oleh hilangnya klorida logam alkali dan garam-garam amonia serta oksidasi tidak sempurna pada karbonat dari logam alkali tanah
Achmadi 1990. Menurut Haygreen Bowyer 1982 kayu mengandung senyawa
anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam ini dikenal sebagai abu. Abu
dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang tidak terbakar yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium, kalium, magnesium, mangan dan silika. Karena
mineral-mineral yang penting untuk fungsi fisiologis pohon cenderung
terkonsentrasi dalam jaringan kulit, kadar abu kulit biasanya lebih tinggi daripada kayu.
2.8 Kadar Zat Terbang
Kadar zat terbang menunjukkan kandungan zat-zat yang mudah menguap yang hilang pada pemanasan 950 °C yang terkandung pada arang. Secara kimia
zat terbang terbagi menjadi tiga sub golongan, yaitu senyawa alifatik, terpena dan senyawa fenolik. Zat-zat yang menguap ini akan menutupi pori-pori kayu dari
arang Haygreen Bowyer 1982. Zat mudah terbang adalah persentase gas yang dihasilkan dari pemanasan arang yang ditetapkan pada temperatur dan selang
waktu standar yaitu pada 950±20 °C selama 2 menit ASTM 1990b.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Rakyat Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Jawa Barat.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan data di lapangan selama 2 bulan mulai November-Desember 2008
dan tahap kedua dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, yaitu pada bulan Januari-Februari 2009
untuk menganalisis sampel bagian pohon berupa akar, tunggak, batang, cabang, batang setelah cabang pertama, ranting dan daun.
3.2 Bahan dan Alat