berkisar  antara  77,9-99,9.  Dari  kedua  model  persamaan,  C  =  aD
b
memiliki koefisien  determinasi  adjustment  R-Sqadj  dengan  kisaran  77,9-98,9.
Sedangkan  persamaan  C  =  a  D
b1
H
b2
memiliki  koefisien  determinasi  adjustment R-Sqadj  yang  lebih  kecil  yakni  dengan  kisaran  83,0-99,9.  Dari  Tabel  37
terlihat pula  bahwa beberapa persamaan atau model tersebut diatas dapat diterima P  0,05 karena peubah bebasnya tinggi dan diameter  memiliki pengaruh yang
nyata terhadap perubahan karbon.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Potensi Tegakan Sengon
Besarnya  volume  tegakan  pada  areal  yang  diteliti  digunakan  sebagai  dasar penentuan  potensi  tegakan.  Besar  kecilnya  potensi  tegakan  dipengaruhi  oleh
diameter  dan  tinggi.  Sedangkan  volume  kayu  erat  kaitannya  dengan  diameter pohon,  semakin  besar  diameter  pohon  akan  mempunyai  volume  yang  semakin
besar pula. Potensi tegakan sengon dapat dilihat pada Tabel 33, berdasarkan hasil pengukuran  sengon  menunjukkan  bahwa  potensi  tegakan  bertambah  seiring
dengan bertambahnya umur tegakan. Potensi tegakan terbesar terdapat pada kelas diameter 50 cm  keatas  yaitu sebesar 140,005 m
3
ha. Sedangkan potensi terendah terdapat  pada  kelas  diameter  5-10  cm  yaitu  sebesar  8,310  m
3
ha.  Hal  ini disebabkan  perbedaan  diameter  pada  tiap-tiap  pohon  contoh,  sehingga  dapat
dimungkinkan semakin besar diameter suatu pohon maka akan semakin besar pula potensinya.
Kerapatan  tegakan  pada  hutan  rakyat  sengon  sangat  dipengaruhi  oleh diameter  tegakan.  Semakin  besar  diameter  tegakan  maka  kerapatan  pohon
semakin  kecil.  Namun  pada  kelas  diameter  20-25  cm  mempunyai  potensi  lebih besar  daripada  potensi  pada  kelas  diameter  25-30  cm.  Hal  ini  diduga  pada  kelas
diameter 25-30 telah dilakukan tindakan silvikultur yaitu kegiatan penjarangan.
5.2.2  Potensi  Kandungan  Biomassa  pada  Tegakan  Sengon Paraserianthes
falcataria L Nielsen
Pengukuran  biomassa  vegetasi  dapat  memberikan informasi  tentang  nutrisi dan  persediaaan  karbon  dalam  vegatasi  secara  keseluruhan,  atau  jumlah  bagian-
bagian tertentu seperti kayu yang diekstraksi. Mengukur biomassa vegetasi pohon tidaklah  mudah,  khususnya  pada  hutan  campuran  dan  tegakan  tidak  seumur
Hairiah  et  al.  1999.  Pada  penelitian  ini,  penentuan  biomassa  dilakukan  dengan mengukur berat kering oven dari beberapa bagian pohon baik yang berada di atas
permukaan  tanahbatang,  cabang,  batang  setelah  cabang  pertama,  ranting  dan daun  dan  di  bawah  permukaan  tanah  akar.  Perhitungan  biomassa  diatas
permukaan  tanah  batang,  cabang,  batang  setelah  cabang  pertama,  ranting  dan daun  dan  dibawah  permukaan  tanah  akar.  Dilakukan  secara  langsung  dengan
mengukur  berat  segar  dari  komponen-komponen  yang  berbeda,  kemudian dihitung berat kering oven sampel yang dilakukan dilaboratorium.
Pada Tabel 34 disajikan potensi biomassa tegakan sengon berdasarkan kelas diameter. Dimana potensi biomassa terbesar terdapat pada tegakan sengon dengan
kelas diameter 50 cm keatas. Hal ini dimungkinkan karena pada kelas diameter ini mempunyai  diameter  terbesar  dan  kandungan  biomassanya  sebesar  86.503,75
kgha.  Sedangkan  potensi  terendah  terdapat  pada  tegakan  sengon  kelas  diameter 5-10 cm, hal ini dimungkinkan karena pada kelas ini mempunyai diameter terkecil
dan  kandungan  biomassanya  sebesar  192,88  kgha.  Namun  pada  kelas  diameter 20-25  cm  mempunyai  potensi  biomassa  lebih  besar  daripada  potensi  biomasssa
pada  kelas  diameter  25-30  cm.  Hal  ini  diduga  pada  kelas  diameter  25-30  telah dilakukan tindakan silvikultur yaitu kegiatan penjarangan. Keadaan ini disebabkan
karena  seiring  bertambahnya  umur  tegakan  maka  diameter  tegakan  akan bertambah pula. Besarnya total biomassa juga dipengaruhi oleh banyaknya daun.
Keadaan  ini  menggambarkan  bahwa  pertambahan  biomassa  akan  seiring  dengan bertambahnya  diameter.  Selain  itu  pertambahan  biomassa  berhubungan  erat
dengan  pertambahan  diameter  karena  pertumbuhan  melakukan  fotosíntesis. Variasi besarnya biomassa terjadi karena perbedaan ukuran diameter tegakan.
Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa biomassa terbesar terdapat pada bagian batang pohon. Hal ini karena hasil fotosintesis tanaman umumnya disimpan pada
bagian  batang  sehingga  bahan-bahan  organik  yang  terkandung  dalam  batang pohon  lebih  besar  dibanding  dengan  bagian  pohon  yang  lainnya.  Proses
fotosíntesis  menghasilkan  bahan  makanan  bagi  tumbuhan.  Bahan  makanan  ini diperlukan  tumbuhan  untuk  tumbuh  dan  berkembang.  Proses  ini  berlangsung  di
daun,  yang  mana  besarnya  cahaya  yang  dapat  di  absorpsi  oleh  daun  tergantung luas permukaannya.
Kandungan  biomassa  paling  rendah  dimiliki  oleh  bagian  ranting  karena ranting adalah bagian terkecil pada pohon yang berguna sebagai jalur transportasi
hasil  fotosíntesis  ke  bagian  lain  cabang  dan  batang.  Hal  ini  sepadan  menurut Whitten  dan  plaskett  1981,  dimana  biomassa  disusun  terutama  oleh  senyawa
karbohidrat  yang  terdiri  dari  elemen  karbon  C,  hidrogen  H  dan  oksigen  O yang dihasilkan dari proses fotosíntesis tanaman.
Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  biomassa  tegakan  hutan  adalah    umur tegakan  hutan,  sejarah  perkembangan  vegetasi,  komposisi  dan  struktur  tegakan
Lugo dan snedaker 1974, dalam kusmana 1993 faktor iklim, seperti curah hujan dan suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju peningkatan biomassa pohon
kusmana  1993.  Suhu  tersebut  berdampak  pada  proses  biologi  dalam pengambilan  karbon  oleh  tanaman    dan  penggunaan  karbon  dalam  aktivitas
decomposer. Menurut  Satoo  dan  Madgwick  1982  dalam  Sumanti  2003  juga
menyebutkan  bahwa  suhu  dan  curah    hujan  merupakan  faktor-faktor  iklim  yang berpengaruh sangat penting terhadap biomassa. Selain suhu dan curah hujan yang
mempengaruhi  besarnya  biomassa,  parameter  umur  dan  kerapatan  tegakan, komposisi  dan  struktur  tegakan  serta  ulaitas  tempat  tumbuh  juga  mempengaruhi
besarnya biomassa. Model  persamaan  yang  digunakan  untuk  menduga  hubungan  biomassa
dengan diameter, biomassa dengan diameter dan tinggi  dapat dilihat pada Tabel 35.  Berdasarkan  hasil  pengukuran  berat  kering  contoh  diperoleh  bahwa  untuk
menduga hubungan antara biomassa dengan peubah  bebas diameter dan tinggi, berdasarkan  hasil  uji  statistik,  model  pendugaan  kadungan  biomassa  yang
digunakan  adalah  W  =  aD
b
dan  W  =  a  D
b1
H
b2
.  Kedua  model  ini  adalah  model terbaik. Untuk model pendugaan bagian akar diameter  5 cm adalah W =
- 0,0877 + 0,948 D + 0,154 H
, akar diameter  5 cm adalah W = 398.107,17  D
3.24
, tunggak adalah W = 28,8  D
1.04
H
0.187
, batang adalah W = - 42,9 + 549 D, cabang adalah W = - 13,7 + 763 D
– 7,69 H, batang setelah cabang  pertama adalah W = - 10,3 + 382 D
– 2,08 H, ranting adalah W = - 15,8 + 543 D, daun adalah
W = - 2,74 + 16,4 D + 0,741 H
dan model seluruh bagian pohon contoh adalah W =  - 79,5 + 1.303 D.   Hal ini dapat dilihat dari  nilai koefisien determinasi adjustment R-Sqadj
yang  tinggi  dan  nilai  P    0,05  yang  berarti  bahwa  peubah  bebasnya  dapat
dikatakan berpengaruh  nyata  terhadap perubahan kandungan biomassa pada taraf nyata 5.
Untuk  kelayakan  model  adalah  dengan  membandingkan  nilai    koefisien deteminasi  adjustment  R-Sqadj.  Diantara  model  W  =  aD
b
menunjukkan keeratan  hubungan  biomassa    dengan  peubah    bebas  diameter  yang  lebih  baik
dibandingkan  dengan  model  W  =  a  D
b1
H
b2
.  Berdasarkan  nilai  R-Sq  adj tersebut  pula  menunjukkan  bahawa  perbedaan  atau  selisih  antara  kedua  model
tidak  terlalu  jauh  98.3  dengan  98.1.  Dengan  demikian  model  yang  terbaik yang dapat diterapkan adalah W = aD
b,
karena  meskipun ada penambahan peubah bebas  tinggi,  namun  kenaikan  nilai    koefisien  deteminasi adjustment  R-Sqadj
sangat sedikit.
5.2.3  Potensi  Kandungan  Karbon  pada  Tegakan  Sengon Paraserianthes