dapat diikuti oleh negara berkembang untuk berpartisipasi didalam pengurangan mitigasi GRK. Selain itu masih ada mekanisme lain yang secara prinsip seluruh
dana tersebut dapat dipakai untuk melakukan kegiatan penanaman di lahan-lahan bukan hutan alang-alang, semak belukar, lahan terlantar, lahan kritismarjinal,
kegiatan mencegah terjadinya deforestasi atau kegiatan untuk mengkonservasi ekosistem alami atau ekosistem yang rentan terhadap perubahan iklim global serta
konservasi keanekaragaman hayati yang rentan terhadap kepunahan. Sebagai negara yang memiliki kawasan hutan yang luas, Indonesia dapat
berpartisipasi melalui berbagai kegiatan yang terkait dengan penurunan emisi dan peningkatan penyerapannya. Dalam sektor kehutanan, aforestasi dan reforestasi
memiliki kesempatan untuk dikembangkan yang dapat menyerap karbon atmosfer dan diikat sebagai biomassa. Aforestasi adalah kegiatan konversi lahan yang
sudah tidak berhutan paling sedikit 50 tahun menjadi hutan kembali melalui kegiatan penanaman dan atau permudaan alam yang dikelola manusia dan
Reforestasi adalah konversi lahan yang sudah tidak berhutan menjadi hutan yang dikelola melalui penanaman atau permudaan alam terhadap lahan yang dulunya
berhutan tetapi telah dikonversi menjadi tidak berhutan. Penurunan emisi GRK melalui pencegahan deforestasi dan degradasi hutan reduced emissions from
deforestation and degradation REDD disepakati, sebagai komitmen yang akan
diusulkan untuk pasca Protokol Kyoto setelah tahun 2012 yang dibicarakan pada Conference of parties 13 COP 13 di Bali tahun 2007. Dengan mencegah
deforestasi, negara-negara maju yang terikat menurunkan emisinya harus mau memberi imbalan kepada negara-negara yang mempunyai hutan melalui proyek-
proyek finansial Salim 2007.
2.3 Sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen
Paraserianthes falcataria L Nielsen dikenal juga dengan Albizia falcataria
L Fosberg, Albizia Moluccana Mig. Albizia falcataria backer, berdasarkan nama lokal sengon dikenal dengan nama albisia, jeunjing Jawa Barat, sengon
laut, mbesiah Jawa Tengah, sengon sebrang Jawa Tengah dan Jawa Timur, jing laut Madura dan tedehu pute Sulawesi. Sedangkan di Malaysia dan
Brunei, sengon dikenal dengan nama puak, batai atau kayu macis Atmosuseno 1998.
Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah
sekitar pH 6-7. Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 –
800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis,
sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 °C –27 °C. Tanaman
sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah
hujan tahunan yang berkisar antara 2000 –4000 mm. Kelembaban juga
mempengaruhi setiap tanaman Martawijaya et al. 1989. Martawijaya et al. 1989 mengatakan bahwa pohon sengon dapat mencapai
ketinggian 40 m dengan batang bebas cabang 10-30 m, diameter sampai 80 cm, kulit luar berwarna putih atau kelabu, tidak beralur, tidak mengelupas, tidak
berbanir. Ciri umum yang lain pada kayu sengon adalah kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda, sedangkan warna kayu gubal tidak jauh berbeda
dengan wana kayu teras. Tajuk pohon sengon berbentuk perisai, agak jarang dan selalu hijau. Tajuk yang jarang ini memungkinkan beberapa jenis tumbuhan
bawah untuk dapat hidup di bawahnya. Bentuk daun majemuk, panjang bisa mencapai 40 cm, terdiri dari 8-15 pasang anak tangkai daun, setiap anak tangkai
terdiri dari 15-25 daun dan bentuk daun lonjong Atmosuseno 1998. Sengon mempunyai berat jenis 0,24-0,29. Berserat panjang dan termasuk
kedalam kelas kuat IV-V, penyusutan sampai kering tanur 2,5 pada sisi radial dan 5,2 pada sisi tangensial. Sengon mengandung 49,4 selulosa, 26
lignin,15,6 pentosan, 0,6 abu dan 0,2 silika. Kelarutan dalam alkohol- benzen sebesar 3,4, air dingin 3,4, air panas 4,3 serta NaOH sebesar
19,6. Nilai kalor dari kayu sengon sebesar 4,664 kalg Martawijaya et al 1989.
2.4 Kadar Karbon