Tabel 3 Matriks metode analisis data
Tujuan penelitian
Jenis data yang diperlukan Sumber data
Metode analisis data
Menganalisis dampak
ekonomi dari aktivitas wisata
terhadap masyarakat di
Pulau Tidung Data primer:
- Data pendapatan dan pengeluaran pengunjung
- Data pendapatan  dan pengeluaran unit usaha
- Data pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja
Data sekunder: - Data jumlah wisatawan
- Laporan tahunan kelurahan Data primer diperoleh dari
hasil wawancara dengan pengunjung, unit usaha,
dan tenaga kerja lokal. Data sekunder diperoleh
dari Dinas terkait Multiplier
Effect Analysis
Menghitung kapasitas daya
dukung kawasan wisata
Pulau Tidung untuk aktivitas
wisata - Luas area yang disediakan
pengelola wisata - Waktu yang disediakan
pengelola wisata dalam satu hari
- Luas area yang dibutuhkan pengunjung
- Waktu yang dibutuhkan pengunjung
Data primer diperoleh dari wawancara dengan
pengunjung yang melakukan aktivitas wisata
pantai dan snorkeling. Data luasan yang
dimanfaatkan diukur dengan bantuan alat GPS.
Data sekunder diperoleh dari pengelola wisata dan
Dinas terkait. Analisis daya
dukung kawasan
menggunakan benefit transer
dari Yulianda 2007 dengan
penyesuaian dalam hal nilai
parameter yang diukur
secara langsung
Menyusun strategi
pengelolaan kawasan wisata
Pulau Tidung yang
memberikan manfaat
ekonomi dan sesuai daya
dukung kawasan
- Sistem pengelolaan yang sudah ada
- Saran dan rekomendasi pengelolaan dan
pengembangan wisata Data primer diperoleh dari
wawancara dengan pengelola wisata dan Dinas
terkait Analisis
SWOT
4.4.1 Analisis Dampak Ekonomi
Perhitungan  dampak  ekonomi  yang  diperoleh  dari  aliran  uang  wisatawan berupa  dampak  langsung  direct  effect,  dampak  tidak  langsung  indirect  effect
dan dampak lanjutan induced effect. Dampak langsung dihitung dari pendapatan bersih unit usaha  yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata.
Dampak  tidak  langsung  dihitung  dari  pendapatan  tenaga  kerja  di  tingkat  lokal. Dampak lanjutan dihitung dari pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata
Vanhove  2005.  Salah  satu  metode  yang  dapat  digunakan  untuk  menganalisis dampak ekonomi adalah multiplier effect analysis yang dibagi menjadi dua aspek,
pertama,  keynesian  income  multiplier  yaitu  nilai  yang  menunjukkan  seberapa besar  peningkatan  pengeluaran  wisata  berdampak  terhadap  pendapatan  lokal.
Kedua  adalah  ratio  income  multiplier  yaitu  nilai  yang  menunjukkan  sebesar dampak  langsung  yang  dirasakan  dari  pengeluaran  wisatawan  terhadap
pendapatan lokal. Metode ini diformulasikan seperti dibawah ini META 2001 : Keynesian Income Multiplier
= D+N+U  ..................................................  1 E
Ratio Income Multiplier , Tipe 1  = D+N  ..................................................  2
D Ratio Income Multiplier
, Tipe 2  = D+N+U  .............................................  3 D
keterangan: E
: Tambahan pengeluaran pengunjung Rp D
: Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E Rp N
: Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E Rp U
: Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E Rp
Pengeluaran  wisatawan  di  luar  kawasan  dinamakan  kebocoran.  Wisata bahari  khususnya  yang  terletak  di  pulau  rentan  terhadap  kebocoran.  Metode  ini
menghitung  nilai  kebocoran  yang  menunjukkan  sejumlah  aliran  uang  dari wisatawan yang keluar dari perekonomian lokal atau tidak sampai ke masyarakat
lokal.
4.4.2 Analisis Daya Dukung Kawasan
Daya  dukung  ekowisata  dihitung  dengan  menggunakan  konsep  daya dukung  kawasan.  Daya  dukung  kawasan  DDK  adalah  jumlah  maksimum
pengunjung  yang secara fisik dapat ditampung di kawasan  yang disediakan pada waktu  tertentu  tanpa  menimbulkan  gangguan  pada  alam  dan  manusia.  Adapun
rumus  yang  digunakan  untuk  menentukan  daya  dukung  kawasan  wisata,  adalah
sebagai berikut Yulianda 2007 :
DDK = K ×  Lp × Wt  ..........................................................................................  4
Lt     Wp keterangan:
DDK : Daya Dukung Kawasan
K : Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area
Lp : Luas Area panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt :  Waktu  yang  disediakan  oleh  kawasan  untuk  kegiatan  wisata
dalam satu  hari Wp
:  Waktu  yang  dihabiskan  oleh  wisatawan  untuk  setiap  kegiatan tertentu
Potensi  ekologis  wisatawan  adalah  kemampuan  alam  untuk  menampung wisatawan berdasarkan jenis kegiatan wisata pada area tertentu. Potensi ekologis
dan  luas  unit  area  untuk  setiap  jenis  kegiatan  wisata  bahari  ditunjukkan  pada Tabel 4 Yulianda 2007.
Tabel 4 Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area K dan luas unit area Lt
Jenis kegiatan ∑ pengunjung K
Unit area Lt
Keterangan Snorkeling
1 500 m²
Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m Rekreasi pantai
1 50 m
1 orang setiap 50 m panjang pantai Sumber: Yulianda, 2007
Kegiatan  pengunjung  Wp  dihitung  berdasarkan  lamanya  waktu  yang dihabiskan  pengunjung  untuk  melakukan  kegiatan  wisata,  yaitu  2  jam  untuk
aktivitas snorkeling dan 3 jam untuk aktivitas wisata pantai. Waktu  kawasan Wt adalah  lama  waktu  areal  yang  dibuka  dalam  satu  hari  di  kawasan  wisata  Pulau
Tidung, yaitu 8 jam untuk aktivitas snorkeling dan 12 jam untuk aktivitas wisata pantai.
4.4.3 Alternatif Strategi Pengelolaan
Analisis  upaya  pengembangan  bagi  wisata  di  Pulau  Tidung  dilakukan secara  deskriptif.  Analisis  deskriptif  ini  dilakukan  dengan  menggunakan
pendekatan  analisis  SWOT.  Analisis  SWOT  Strengths,  Weaknesses, Opportunities,  Threats
didasarkan  pada  logika  yang  dapat  memaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang Opportunities, namun secara bersamaan dapat
meminimalkan  kelemahan  Weaknesses  dan  ancaman  Threats.  Data  diperoleh dari key person yang memahami kondisi dan perkembangan wisata Pulau Tidung
melalui  interview  langsung.  Setelah  memperoleh  informasi,  ditentukan  faktor internal  kekuatan  dan  kelemahan,  dan  faktor  eksternal  peluang  dan  ancaman,
Rangkuti  2008.  Bentuk  penyusunan  faktor-faktor  Internal  Factors  Evaluation IFE
dijelaskan seperti Tabel 5. Tabel 5 Matriks Internal Factor Evaluation IFE
Faktor-faktor Strategis Internal Bobot   Rating
Skor Bobot
1. Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi dan informasi
mengenai kawasan wisata Pulau Tidung 2.
Posisi dan keterjangkauan kawasan wisata  Pulau Tidung oleh wisatawan
3. Sistem manajemen pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung
4. Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata Pulau
Tidung 5.
Prasarana akses transportasi yang telah tersedia untuk mencapai kawasan wisata Pulau Tidung
6. Infrastruktur dan jalan di dalam kawasan wisata Pulau Tidung
7. Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata Pulau Tidung
8. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Pulau Tidung
9. Kelengkapan fasilitas pendukung dikawasan wisata Pulau Tidung
10. Peran organisasi atau lembaga masyarakat dalam pengelolaan
wisata Pulau Tidung 11.
Batasan dan daya dukung kawasan wisata Pulau Tidung 12.
Kondisi sumberdaya keeasrian, kebersihan dan kealamian pantai, laut, dan terumbu karang
13. Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata di
kawasan wisata Pulau Tidung 14.
Profesionalitas tenaga kerja  lokal dibidang wisata Total
Menentukan data faktor eksternal External Factor Evaluation EFE sama seperti saat menentukan IFE terhadap setiap data  yang diperoleh. Analisis faktor
eksternal dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6  Matriks Eksternal Factor Evaluation EFE
Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot  Rating
Skor Bobot
1. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta pihak luar terhadap
kegiatan konservasi 2.
Adanya bantuan dana dari lembaga swasta pihak luar terhadap pengembangan kawasan wisata
3. Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu
4. Potensi Pasar Wisatawan Domestik
5. Potensi Pasar Wisatawan Internasional
6. Jumlah Sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata
7. Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah
disediakan oleh pengelola Pulau Tidung 8.
Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata Total
Kemudian  dari  faktor-faktor  yang  telah  ditentukan,  dilakukan  kembali interview
kepada  lima  orang  key  person  selaku  pihak  yang  terlibat  dalam pengelolaan  wisata  Pulau  Tidung  untuk  memberikan  bobot  pada  faktor-faktor
tersebut.  Untuk  menentukan  setiap  bobot  variabel  digunakan  skala  1,  2,  dan  3, dengan kriteria sebagai berikut. Bentuk pembobotan dapat dilihat pada Tabel 7:
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Tabel 7. Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal
Faktor Strategi Internal A
B ...
Total A
B ...
Total Faktor Strategi Eksternal
A B
... Total
A B
... Total
Sumber : Kinnear 1991 dalam Nuva 2004