Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wisata Bahari

Tabel 3 Matriks metode analisis data Tujuan penelitian Jenis data yang diperlukan Sumber data Metode analisis data Menganalisis dampak ekonomi dari aktivitas wisata terhadap masyarakat di Pulau Tidung Data primer: - Data pendapatan dan pengeluaran pengunjung - Data pendapatan dan pengeluaran unit usaha - Data pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja Data sekunder: - Data jumlah wisatawan - Laporan tahunan kelurahan Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja lokal. Data sekunder diperoleh dari Dinas terkait Multiplier Effect Analysis Menghitung kapasitas daya dukung kawasan wisata Pulau Tidung untuk aktivitas wisata - Luas area yang disediakan pengelola wisata - Waktu yang disediakan pengelola wisata dalam satu hari - Luas area yang dibutuhkan pengunjung - Waktu yang dibutuhkan pengunjung Data primer diperoleh dari wawancara dengan pengunjung yang melakukan aktivitas wisata pantai dan snorkeling. Data luasan yang dimanfaatkan diukur dengan bantuan alat GPS. Data sekunder diperoleh dari pengelola wisata dan Dinas terkait. Analisis daya dukung kawasan menggunakan benefit transer dari Yulianda 2007 dengan penyesuaian dalam hal nilai parameter yang diukur secara langsung Menyusun strategi pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang memberikan manfaat ekonomi dan sesuai daya dukung kawasan - Sistem pengelolaan yang sudah ada - Saran dan rekomendasi pengelolaan dan pengembangan wisata Data primer diperoleh dari wawancara dengan pengelola wisata dan Dinas terkait Analisis SWOT

4.4.1 Analisis Dampak Ekonomi

Perhitungan dampak ekonomi yang diperoleh dari aliran uang wisatawan berupa dampak langsung direct effect, dampak tidak langsung indirect effect dan dampak lanjutan induced effect. Dampak langsung dihitung dari pendapatan bersih unit usaha yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata. Dampak tidak langsung dihitung dari pendapatan tenaga kerja di tingkat lokal. Dampak lanjutan dihitung dari pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata Vanhove 2005. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis dampak ekonomi adalah multiplier effect analysis yang dibagi menjadi dua aspek, pertama, keynesian income multiplier yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar peningkatan pengeluaran wisata berdampak terhadap pendapatan lokal. Kedua adalah ratio income multiplier yaitu nilai yang menunjukkan sebesar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan terhadap pendapatan lokal. Metode ini diformulasikan seperti dibawah ini META 2001 : Keynesian Income Multiplier = D+N+U .................................................. 1 E Ratio Income Multiplier , Tipe 1 = D+N .................................................. 2 D Ratio Income Multiplier , Tipe 2 = D+N+U ............................................. 3 D keterangan: E : Tambahan pengeluaran pengunjung Rp D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E Rp N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E Rp U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E Rp Pengeluaran wisatawan di luar kawasan dinamakan kebocoran. Wisata bahari khususnya yang terletak di pulau rentan terhadap kebocoran. Metode ini menghitung nilai kebocoran yang menunjukkan sejumlah aliran uang dari wisatawan yang keluar dari perekonomian lokal atau tidak sampai ke masyarakat lokal.

4.4.2 Analisis Daya Dukung Kawasan

Daya dukung ekowisata dihitung dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan. Daya dukung kawasan DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan daya dukung kawasan wisata, adalah sebagai berikut Yulianda 2007 : DDK = K × Lp × Wt .......................................................................................... 4 Lt Wp keterangan: DDK : Daya Dukung Kawasan K : Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area Lp : Luas Area panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis wisatawan adalah kemampuan alam untuk menampung wisatawan berdasarkan jenis kegiatan wisata pada area tertentu. Potensi ekologis dan luas unit area untuk setiap jenis kegiatan wisata bahari ditunjukkan pada Tabel 4 Yulianda 2007. Tabel 4 Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area K dan luas unit area Lt Jenis kegiatan ∑ pengunjung K Unit area Lt Keterangan Snorkeling 1 500 m² Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m Rekreasi pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai Sumber: Yulianda, 2007 Kegiatan pengunjung Wp dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata, yaitu 2 jam untuk aktivitas snorkeling dan 3 jam untuk aktivitas wisata pantai. Waktu kawasan Wt adalah lama waktu areal yang dibuka dalam satu hari di kawasan wisata Pulau Tidung, yaitu 8 jam untuk aktivitas snorkeling dan 12 jam untuk aktivitas wisata pantai.

4.4.3 Alternatif Strategi Pengelolaan

Analisis upaya pengembangan bagi wisata di Pulau Tidung dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT. Analisis SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang Opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weaknesses dan ancaman Threats. Data diperoleh dari key person yang memahami kondisi dan perkembangan wisata Pulau Tidung melalui interview langsung. Setelah memperoleh informasi, ditentukan faktor internal kekuatan dan kelemahan, dan faktor eksternal peluang dan ancaman, Rangkuti 2008. Bentuk penyusunan faktor-faktor Internal Factors Evaluation IFE dijelaskan seperti Tabel 5. Tabel 5 Matriks Internal Factor Evaluation IFE Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Bobot 1. Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi dan informasi mengenai kawasan wisata Pulau Tidung 2. Posisi dan keterjangkauan kawasan wisata Pulau Tidung oleh wisatawan 3. Sistem manajemen pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung 4. Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata Pulau Tidung 5. Prasarana akses transportasi yang telah tersedia untuk mencapai kawasan wisata Pulau Tidung 6. Infrastruktur dan jalan di dalam kawasan wisata Pulau Tidung 7. Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata Pulau Tidung 8. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Pulau Tidung 9. Kelengkapan fasilitas pendukung dikawasan wisata Pulau Tidung 10. Peran organisasi atau lembaga masyarakat dalam pengelolaan wisata Pulau Tidung 11. Batasan dan daya dukung kawasan wisata Pulau Tidung 12. Kondisi sumberdaya keeasrian, kebersihan dan kealamian pantai, laut, dan terumbu karang 13. Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata di kawasan wisata Pulau Tidung 14. Profesionalitas tenaga kerja lokal dibidang wisata Total Menentukan data faktor eksternal External Factor Evaluation EFE sama seperti saat menentukan IFE terhadap setiap data yang diperoleh. Analisis faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Matriks Eksternal Factor Evaluation EFE Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Bobot 1. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta pihak luar terhadap kegiatan konservasi 2. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta pihak luar terhadap pengembangan kawasan wisata 3. Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu 4. Potensi Pasar Wisatawan Domestik 5. Potensi Pasar Wisatawan Internasional 6. Jumlah Sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata 7. Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Pulau Tidung 8. Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata Total Kemudian dari faktor-faktor yang telah ditentukan, dilakukan kembali interview kepada lima orang key person selaku pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata Pulau Tidung untuk memberikan bobot pada faktor-faktor tersebut. Untuk menentukan setiap bobot variabel digunakan skala 1, 2, dan 3, dengan kriteria sebagai berikut. Bentuk pembobotan dapat dilihat pada Tabel 7: 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Tabel 7. Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal Faktor Strategi Internal A B ... Total A B ... Total Faktor Strategi Eksternal A B ... Total A B ... Total Sumber : Kinnear 1991 dalam Nuva 2004