Matriks Excternal Factor Evaluation EFE

a Mengembangkan potensi area dan aktivitas wisata baru di Pulau Tidung untuk menghindari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu pada saat peak season Kegiatan wisata yang sangat digemari selain wisata pantai wisata snorkeling , wisata ini membutuhkan spot yang baik agar dapat melihat keindahan pantai dan bawah laut. Pulau Tidung memiliki spot yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan yaitu di Dermaga Cinta, Pulau Tidung Kecil, dan Pulau Payung untuk aktivitas snorkeling dan Pantai Timur untuk kegiatan wisata pantai. Masih banyak area snorkeling lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan. Area-area tersebut perlu untuk dikembangkan, sehingga dapat mengurangi kepadatan di area yang telah over carrying capacity. Lokasi Pantai Barat di Pulau Tidung juga memiliki potensi untuk dikembangkan, sehingga wisatawan memiliki pilihan lokasi untuk wisata pantai selain di Pantai Timur. Hal tersebut juga dapat mengurangi kepadatan di Pantai Timur. Aktivitas baru yang dapat menarik minat wisatawan perlu dikembangkan untuk mengurangi potensi over carrying capacity. Beberapa aktivitas wisata lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan di Pulau Tidung adalah wisata memancing, wisata mangrove, outbond, dan wisata kuliner. Hal ini perlu untuk dikembangkan sebagai alternatif wisata selain wisata pantai dan snorkeling. Upaya ini pula dapat menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat, seperti mengembangkan unit usaha rumah makan khas hidangan laut, unit usaha penyewaan alat memancing, penyewaan peralatan outbond, industri olahan makanan laut, kerajinan souvenir, dan pengembangan unit usaha lainnya. Strategi ini dapat membantu meningkatkan pendapatan unit usaha dan penyerapan tenaga kerja lokal melalui pengembangan unit usaha terkait aktivitas wisata tersebut. b Menetapkan paket wisata dikelola oleh travel agent yang menarik minat wisatawan . Paket wisata yang ditawarkan oleh travel agent harus dibenahi, para travel agent harus cermat dalam menentukan penyediaan jasa paket wisata kepada wisatawan. Paket wisata yang ditawarkan dapat tetapkan sesuai dengan segmen pasar. Sebagai contoh paket wisata untuk keluarga dibedakan dengan paket wisata rombongan pelajar atau mahasiswa. Harga yang ditetapkan dan fasilitas yang didapatkan oleh wisatawan harus sesuai. Sehingga wisatawan merasa puas dengan produk dan jasa yang ditawarkan. Misalnya paket wisata sudah termasuk biaya untuk aktivitas wisata mangrove, selain itu wisatawan memperoleh welcome drink atau souvenir berupa buku panduan wisata dan edukasi lingkungan. Paket wisata yang ditawarkan juga perlu ditambahkan dengan unsur edukasi mengenai lingkungan dan konservasi. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan harga paket wisata yang lebih murah untuk aktivitas wisata baru. Sebagai contoh, memberikan penawaran dengan harga lebih murah untuk wisata outbond dan wisata mangrove, dan menaikkan harga penyewaan alat snorkeling khusus pada saat peak season. Hal tersebut dapat mengurangi kepadatan untuk aktivitas snorkeling namun wisatawan memiliki alternatif aktivitas wisata lain yang menarik. 3. Strategi ST Strengths-Threats Strategi ST Strengths-Threats merupakan yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari dang mengurangi dampak dari ancaman eksternal. Strategi yang dapat diterapkan yaitu : a Peningkatan edukasi dan informasi oleh pengelola untuk masyarakat dan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan, kebersihan, dan keasrian kawasan wisata Kelestarian lingkungan, keasrian dan kebersihan kawasan wisata penting untuk dijaga. Keberlangsungan kegiatan wisata dimasa akan datang bergantung kepada keadaan sumberdaya dan lingkungan di kawasan wisata. Tugas untuk menjaga kelestarian lingkungan bukan hanya untuk pihak pengelola, perlu ada kerjasama yang baik dan dukungan dari masyarakat dan wistawan. Perlu adanya ajakan dari pihak pengelola kepada masyarakat dan wisatawan terkait informasi dan edukasi mengenai lingkungan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah menambahkan ajakan untuk menjaga lingkungan di papan petunjuk arah atau di ruang iklan wisata Pulau Tidung. Pihak pengelola dapat mengajak masyarakat secara langsung untuk menjaga kelestarian lingkungan wisata yang sekaligus menjadi tempat tinggal masyarakat. Edukasi dan informasi mengenai lingkungan pula dapat dirangkum kedalam paket wisata sehingga pada saat wisatawan melakukan aktivitas wisata, pemandu wisata memberikan informasi mengenai kondisi dan sejarah kawasan wisata serta edukasi mengenai lingkungan. 4. Strategi WT Weakness-Threats Strategi WT Weakness-Threats merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal di kawasan wisata Pulau Tidung. Alternatif strategi yang dapat diterapkan adalah : a Mempersiapkan dan mengelola profesionalitas para pekerja tenaga kerja lokal dibidang wisata melalui pelatihan Pulau Tidung dihuni oleh kurang lebih empat ribu jiwa, mayoritas pekerjaan masyarakat Pulau Tidung adalah nelayan dengan tingkat pendidikan rata-rata adalah di bangku sekolah menengah pertama. Sejak kawasan ini menjadi objek wisata, banyak masyarakat yang menjadikan sektor wisata untuk menambah pendapatan melalui usaha dibidang wisata atau pekerjaan sampingan. Kegiatan wisata di Pulau Tidung memerlukan kesiapan dari berbagai aspek, salah satunya adalah profesionalitas para tenaga kerja. Pekerja memerlukan keterampilan khusus dalam memenuhi kebutuhan wisatawan, termasuk didalamnya pengetahuan dan informasi yang cukup, sikap ramah terhadap tamu, dan yang terpenting adalah kemampuan berbahasa yang baik. Pihak pengelola wisata bersama pemerintah perlu untuk membimbing para pelaku usaha dan tenaga kerja. Bimbingan dapat dilakukan melalui pelatihan khusus, seperti pelatihan bahasa inggris, pelatihan pengembangan usaha, keterampilan dan kerajinan pembuatan souvenir, dan lainnya. Hal ini penting untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat seperti di Pulau Tidung, agar masyarakat dapat terus berperan dalam kegiatan wisata ini dan tidak diambil alih oleh pihak-pihak luar yang ingin memanfaatkan keuntungan dari kegiatan wisata di lokasi tersebut.

VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan

1. Kebocoran yang terjadi di Pulau Tidung adalah senilai Rp. 40.481.712.876 dengan persentase pengeluaran di luar kawasan yang terbesar yaitu biaya transportasi dengan persentase 34,47 dari nilai kebocoran. Perhitungan dampak ekonomi yang diperoleh dari nilai Keynesian Income Multiplier adalah sebesar 1,7. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan II adalah 1,5 dan 1,6. Nilai Multiplier Effect ≥1 menunjukkan bahwa keberadaan objek wisata memberikan pengaruh dampak ekonomi yang cukup besar terhadap perekonomian masyarakat lokal. 2. Hasil perhitungan daya dukung untuk aktivitas wisata snorkeling di ketiga lokasi yaitu Dermaga Cinta, Pulau Tidung Kecil, dan Pulau Payung adalah 158 oranghari, sementara itu untuk aktivitas wisata pantai di Pantai Timur adalah 130 oranghari. Secara general, jumlah rata-rata kunjungan wisatawan per hari melebihi daya dukung yang tersedia. Melalui pengamatan di lokasi dan informasi dari pihak pengelola, kondisi saat low season dan peak season jauh berbeda. Pada saat hari kerja, jumlah kunjungan wisatawan jauh lebih sedikit dibandingkan saat akhir pekan atau hari libur. Dapat disimpulkan, beberapa area yang digunakan untuk aktivitas wisata snorkeling dan wisata pantai sudah tergolong over carrying capacity disaat peak season. 3. Berdasarkan dampak ekonomi dan analisis daya dukung, faktor-faktor strategis internal dan eksternal berada pada kuadran IV matriks IE dimana kegiatan wisata di kawasan wisata Pulau Tidung berada pada kondisi tumbuh dan membangun grow and build. Hasil analisis SWOT terbentuk formulasi strategi pengelolaan objek wisata Pulau Tidung, diantaranya: mempertahankan dan meningkatkan sistem pengelolaan wisata yang berbasis masyarakat; kerjasama antara pihak pengelola, masyarakat, dan wisatawan dalam menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungan kawasan wisata serta memelihara fasilitas yang telah disediakan; meningkatkan promosi terutama pada aktivitas wisata di area baru dan pilihan aktivitas baru terutama saat low season; mengembangkan potensi area dan aktivitas wisata baru di Pulau