yang menerima dampak langsung kemudian memiliki pengeluaran untuk membeli barang  dan  jasa  dari  unit  usaha  lainnya,  ini  merupakan  dampak  tidak  langsung.
Selanjutnya,  pekerja  rumah  makan  yang  membelanjakan  uangnya  untuk  barang dan  jasa  di  area  lokasi  wisata  merupakan  dampak  lanjutan.  Apabila  unit  usaha
mengeluarkan  uangnya  diluar  lokasi  wisata,  hal  ini  dinamakan  kebocoran.  Alur perputaran  pengeluaran  wisatawan  ditunjukkan  pada  Gambar  2  Lindberg  1996
dalam Ekayani dan Nuva 2013.
Sumber: Lindberg 1996 dalam Ekayani dan Nuva 2013
Gambar  2  Dampak  dan  kebocoran  pada  perekonomian  lokal  akibat  pengeluaran wisatawan
2.3 Daya Dukung Kawasan Wisata
Kegiatan  wisata  bahari  membutuhkan  sumberdaya  untuk  dimanfaatkan serta  dikembangkan.  Berbagai  aktivitas  wisata  bergantung  dengan  sumberdaya
yang  ada  di  lokasi  wisata.  Seperti  wisata  pantai,  wisata  ini  membutuhkan  lahan yang  dapat  menampung  jumlah  wisatawan  yang  melakukan  aktivitas  di  pantai.
Wisata  snorkeling  juga  membutuhkan  sumberdaya  yang  ada  di  laut  seperti keadaan  karang  laut,  beragam  jenis  ikan,  dan  biota  bawah  laut  lainnya.  Daya
dukung kawasan perlu diperhatikan untuk tetap mendukung kegiatan wisata yang melibatkan  sumberdaya.  Kawasan  yang  akan  dikembangkan  sangat  bergantung
dengan  aspek  daya  dukung.  Daya  dukung  dapat  diartikan  sebagai  kesanggupan lingkungan  untuk  mendukung  kehidupan  manusia  dan  makhluk  hidup  lainnya.
Selain  itu  daya  dukung  dapat  didefinisikan  sebagai  intensitas  penggunaan  suatu
Dampak Tidak
Langsung
Pengeluaran Wisatawan
Sektor Wisata Pendapatan
Rumahtangga Kebocoran
Dampak Langsung
Dampak Lanjutan
Sektor pendukung
sumberdaya  secara  maksimum  dan  berlangsung  terus  menerus  dengan  tetap memperhatikan keseimbangannya Ketjulan 2010.
Konsep  daya  dukung  dikategorikan  atas  daya  dukung  fisik,  daya  dukung ekologi,  daya  dukung  sosial  dan  daya  dukung  ekonomi.  Daya  dukung  fisik
didasarkan pada batas spasial sebuah areal dengan memperhatikan berapa materi atau unit yang dapat ditampung dalam areal tersebut. Daya dukung ekologi adalah
berapa  ukuran  populasi  pada  suatu  ekosistem  agar  ekosistem  tersebut  dapat berkelanjutan.  Daya  dukung  sosial  adalah  ukuran  yang  dapat  ditoleransi  pada
suatu  tempat  yang  dikunjungi  orang  banyak.  Sedangkan  daya  dukung  ekonomi dapat  digambarkan  sebagai  tingkat  dimana  suatu  area  dapat  diubah  sebelum
aktivitas  ekonomi  terjadi  sebelum  mendapat  pengaruh  yang  merugikan  Dahuri 2002.  Kawasan  yang  dikembangkan  kegiatan  wisata  bahari  dengan  konsep
ekowisata  sangat  bergantung  dari  aspek  daya  dukung.  Penelitian  ini  dibatasi hanya pada pengukuran daya dukung fisik, dimana melihat batasan suatu kawasan
wisata  dalam    menampung  jumlah  wisatawan  dengan  kegiatan  wisatanya Yulianda 2007.
2.4 Ekowisata dan Community Based Tourism
Ekowisata  merupakan  perjalanan  wisata  ke  wilayah-wilayah  yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya,
mendukung  upaya  konservasi,  tidak  memberikan  dampak  negatif,  dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi masyarakat
lokal.  Ekowisata  erat  kaitannya  dengan  keterlibatan  masyarakat  lokal  dalam pengelolaan  wisata.  Masyarakat  lokal  berperan  sebagai  subyek  dan  obyek  dalam
pengelolaan wisata World Conservation Union 1996 dalam Nugroho 2011. Community based tourism
merupakan bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan  kepada  masyarakat  lokal  untuk  mengontrol  dan  terlibat  dalam
manajemen  dan  pembangunan  pariwisata.  Selain  itu,  Community  based  tourism merupakan  perwujudan  perluasan  dampak  sektor  pariwisata  pada  pembangunan
perekonomian  lokal  masyarakat  di  sekitar  kawasan  wisata.  Wisata  yang  berbasis masyarakat  memberikan  peluang  kepada  masyarakat  untuk  mendapatkan
pekerjaan  dan  kesempatan  berwirausaha  di  sektor  pariwisata  secara  lebih  luas.
Indikator  terpenting  kemajuan  sektor  pariwisata,  selain  pemasukan  nasional melalui  devisa  negara,  juga  peningkatan  taraf  kesejahteraan  dan  kualitas  hidup
masyarakat khususnya masyarakat lokal di area kawasan wisata. Pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal, sebagai bagian dari produk
turisme.  Selain  itu  masyarakat  juga  harus  dilibatkan  dalam  pengambilan keputusan  terkait  pengelolaan  wisata  karena  masyarakat  sendiri  yang  akan
menanggung dampak kumulatif dari perkembangan wisata, Murphy, 1985 dalam Hadiwijoyo, 2012.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian  mengenai  dampak  ekonomi  wisata  telah  dilakukan  oleh beberapa  peneliti,  sama  halnya  dengan    penelitian    mengenai  daya  dukung
kawasan.  Beberapa  penelitian  yang  dilakukan  oleh  peneliti  terdahulu  dirangkum
pada Tabel 2. Tabel 2 Penelitian terdahulu
No Peneliti
Judul penelitian Hasil penelitian
1 Nuva
2004 Analisis Strategi dan
Peranserta Masyarakat dalam Pengembangan
Wisata Bahari Tiram Ulakan di Kecamatan
Ulakan Tapakis Kabupaten Padang
Pariaman Berdasarkan hasil analisis SWOT,
strategi yang didapat adalah membuat hubungan kerjasama pemerintah dengan
masyarakat, pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal melalui pariwisata inti
rakyat, pembinaan penduduk disekitar kawasan wisata, meningkatkan sarana
dan prasarana penunjang pariwisata dengan melibatkan pihak swasta, dan
lainnya.
2 Wijayanti
2009 Analisis Ekonomi
Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis
Masyarakat Lokal di Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu
Provinsi DKI Jakarta Penelitian ini membandingkan dampak
pada dua pulau di Kepulauan Seribu, yakni Pulau Untung Jawa dan Pulau
Pramuka. Nilai Keynesian local multiplier
di Pulau Untung Jawa sebesar 1,85 yang artinya peningkatan
pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan berdampak pada peningkatan
pendapatan masyarakat lokal sebesar 1,85 rupiah. Sedangkan nilai di Pulau
Pramuka sebesar 1,16 yang artinya peningkatan pengeluaran wisatawan
sebesar 1 rupiah akan menigkatkan pendapatan masyarakat lokal sebesar
1,16 rupiah.