Karakteristik Responden Wisatawan Pulau Tidung

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Dampak Ekonomi dari Aktivitas Wisata di Pulau Tidung

Dampak ekonomi merupakan salah satu dampak yang dapat ditimbulkan dari kegiatan wisata di Pulau Tidung, dampak ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu dampak langsung direct impact, dampak tidak langsung indirect impact, dan dampak lanjutan induce impact Vanhove 2005. Dampak ekonomi diperoleh dari aliran pengeluaran wisatawan di kawasan wisata Pulau Tidung. Wisatawan tidak hanya membelanjakan uangnya di kawasan wisata saja, tetapi juga di luar kawasan wisata. Besarnya pengeluaran wisatawan di luar kawasan wisata merupakan kebocoran yang terjadi di Pulau Tidung. Keberadaan kawasan wisata Pulau Tidung dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dampak yang diperoleh oleh masyarakat adalah aliran uang dari pengeluaran wisatawan. Hasil proporsi pengeluaran wisatawan dapat dilihat pada Tabel 16 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 16 Proporsi pengeluaran wisatawan di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 Biaya per kunjungan 1 Rata-rata pengeluaran Rp 2 Persentase 3=1c100 Pengeluaran di luar kawasan wisata Biaya transportasi dan parkir 194.943 34,47 Konsumsi dari rumah 32.143 5,68 Total kebocoran kunjungan a 227.086 40,16 Pengeluaran di kawasan wisata Konsumsi di dalam kawasan 91.976 16,26 Penginapan 143.400 25,36 Souveniroleh-oleh 39286 6,59 Penyewaan sepedaalat snorkeling 53.690 9,49 Dokumentasi 8.780 1,55 Toilet umum 1.286 0,23 Total pengeluaran di lokasi per kunjungan b 338.418 59,84 Total pengeluaran wisatawan per kunjungan c= a+b 565.504 100,00 Total kebocorantahun e= cproporsi a d 40.481.712.876 Ket: Rata-rata kunjungan pertahun 2010-2013 = 178.266 orang d Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Tidung per tahun dari tahun 2010 hingga 2013 tercatat sebanyak 178.266 orang BPS Kepulauan Seribu 2013; Kelurahan Pulau Tidung 2013. Total kebocoran yang dimbulkan dari pengeluaran wisatawan per tahun cukup besar yaitu Rp. 40.481.712.876. Hasil ini diperoleh dari mengalikan total pengeluaran wisatawan dengan proporsi kebocoran dan rata-rata jumlah kunjungan per tahun. Persentase paling besar dari total kebocoran pengeluaran pengunjung adalah pada biaya transportasi yaitu 34,40 , transportasi yang digunakan oleh wisatawan adalah kapal laut yang tarif tiketnya berbeda untuk setiap jenis kapal. Ongkos kapal mulai dari Rp. 35.000 hingga Rp. 300.000. Biaya ini dikeluarkan di luar kawasan wisata karena kapal- kapal yang tersedia merupakan milik pemerintah atau perusahaan di luar kawasan wisata Pulau Tidung. Selain biaya tiket kapal yang cukup besar, biaya transportasi yang dikeluarkan oleh wisatawan adalah biaya angkutan umum atau biaya tol dan bahan bakar apabila wisatawan menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai pelabuhan. Rata-rata total pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan per kunjungan adalah sebesar Rp. 565.504, namun proporsi kebocorannya juga cukup besar yaitu 40,16. Kebocoran dapat diminimalisir dengan meningkatkan pengeluaran proporsi wisatawan di dalam kawasan, hal ini dapat dicapai melalui pengembangan unit usaha yang terkait dengan aktivitas wisata dan banyak diminati wisatawan, diantaranya toko souvenir, rumah makan khas hidangan laut, penyewaan peralatan outbond dan memancing, dan usaha lainnya sehingga lebih banyak pengeluaran yang dikeluarkan oleh wisatawan di dalam kawasan wisata.

6.1.1 Dampak Ekonomi Langsung Direct Effect

Dampak ekonomi langsung adalah nilai yang diperoleh dari transaksi wisatawan dengan unit usaha yang terdapat di kawasan wisata Pulau Tidung. Unit usaha di Pulau Tidung umumnya beroperasi pada akhir pekan karena kunjungan wisata pada hari tersebut cukup ramai. Pada hari kerja, hanya beberapa unit usaha yang tetap beroperasi. Dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha adalah pendapatan unit usaha. Perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh unit usaha dapat dilihat pada Tabel 17 dan perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 17 Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 Unit usaha Responden unit usaha Jumlah populasi Rata-rata pendapatan per bulan Dampak ekonomi langsung Rp Pendapatan bersih Rp Proporsi a b c e= cd100 f=bc Homestay 6 186 22.639.167 29 4.210.885.062 Toko souvenir 2 6 12.260.000 16 73.560.000 Becak motor 3 75 3.180.000 4 238.500.000 Penyewaan sepeda + alat Snorkeling 5 70 5.938.000 7 415.660.000 Usaha catering 5 24 2.769.800 4 66.475.200 Warung makan 5 66 4.379.000 5 289.014.000 Pedagang kaki lima 3 30 2.216.667 3 66.500.010 Travel agen 2 21 5.080.000 6 106.680.000 Cafe 1 1 19.496.000 25 19.496.000 Toilet umum 1 2 760.000 1 1.520.000 Total 33 481 78.718.634 d 100 5.488.290.272 Pendapatan unit usaha diperoleh dari penerimaan unit usaha dikurangi total biaya. Pendapatan pemilik unit usaha di Pulau Tidung berbeda-beda tergantung jenis usahanya, pendapatan terbesar diperoleh unit usaha homestay dengan proporsi 29 dari total pendapatan seluruh unit usaha. Hal ini dikarenakan wisatawan umumnya bermalam di lokasi wisata. Proporsi 25 diperoleh unit usaha cafe, cafe menjadi sebuah tren baru bagi wisatawan yang ingin menikmati hidangan khas laut. Lokasi cafe berada dipinggir pantai sehingga banyak wisatawan yang mengunjungi cafe tersebut. Hal ini juga dikarenakan cafe ini belum memiliki pesaing dan harga yang ditetapkan cafe untuk menu hidangan cukup tinggi. Dampak ekonomi langsung diperoleh dari hasil pengalian rata-rata pendapatan unit usaha berupa pendapatan pemilik usaha perbulan dengan jumlah unit usaha di objek wisata Pulau Tidung. Nilai dampak ekonomi langsung terbesar diperoleh unit usaha homestay sebesar Rp. 4.210.885.062. Hal ini disebabkan banyaknya wisatawan yang bermalam di lokasi wisata, sehingga unit usaha homestay mulai berkembang di Pulau Tidung. Populasi homestay semakin banyak dan memberikan dampak langsung yang besar terhadap perekonomian masyarakat. Total dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha di kawasan wisata Pulau Tidung adalah sebesar Rp. 5.488.290.272. Hal ini berarti keberadaan kawasan wisata Pulau Tidung memiliki peran penting bagi masyarakat lokal yang membuka unit usaha di kawasan wisata Pulau Tidung sebagai sumber pendapatan.

6.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung Indirect Effect

Dampak ekonomi tidak langsung diperoleh dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan ditambah dengan pendapatan tenaga kerja lokal di kawasan wisata Pulau Tidung. Pengeluaran unit usaha yang dilakukan di dalam kawasan wisata Pulau Tidung adalah biaya upah karyawan, biaya input, biaya operasional, biaya transport , dan biaya kebersihan. Data perhitungan pengeluaran unit usaha dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Keberadaan unit usaha di kawasan wisata Pulau Tidung memberikan kesempatan kerja baru bagi sejumlah tenaga kerja lokal. Walaupun umumnya unit usaha di Pulau Tidung dikelola langsung oleh pemiliknya, namun pada waktu-waktu tertentu tenaga kerja tetap dibutuhkan oleh unit usaha. Unit usaha yang memerlukan tenaga kerja adalah homestay, penyewaan sepeda dan alat snorkeling, usaha catering, warung makan, cafe dan travel agent . Toko souvenir, becak motor, pedagang kaki lima dan toilet umum mengelola sendiri unit usahanya. Sejauh ini kebutuhan sumberdaya manusia masih dapat dipenuhi oleh masyarakat Pulau Tidung. Kesempatan kerja ini terbuka bagi pemuda setempat yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Tenaga kerja yang bekerja di unit usaha adalah penerima dampak ekonomi tidak langsung dari pengeluaran wisatawan melalui upah yang diterima dari unit usaha. Jumlah tenaga kerja terbanyak adalah pekerja homestay dan travel agen. Pemilik usaha homestay membutuhkan bantuan tenaga kerja kebersihan untuk homestay yang memiliki banyak kamar dan ukuran yang lebih besar, rata-rata pemilik homestay membutuhkan satu orang karyawan, namun karena jumlah homestay di Pulau Tidung cukup banyak, maka tenaga kerja yang dibutuhkan untuk unit usaha homestay juga banyak. Sama halnya dengan travel agent yang membutuhkan pegawai sebagai pemandu wisata bagi tamu yang berkunjung. Rata-rata travel agent membutuhkan tiga atau empat pegawai sebagai pemandu wisata. Data jumlah dan pendapatan tenaga kerja, serta perhitungan dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 18 dan data lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 18 Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 Jenis usaha Jumlah populasi tenaga kerja lokal Pendapatan tenaga kerja Rp Total pendapatan tenaga kerja Rp Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Rp Total dampak ekonomi tidak langsung Rp a b c=ab d e=c+d Penjaga tiket kapal 6 950.000 5.700.000 5.700.000 ABK kapal wisata 22 850.000 18.700.000 18.700.000 Tukang parkir 2 750.000 1.500.000 1.500.000 Unit Usaha Homestay 112 775.000 86.800.000 2.097.614.814 2.184.414.814 Toko souvenir 76.440.000 76.440.000 Becak motor 21.500.025 21.500.025 Penyewaan sepeda + alat snorkeling 42 800.000 33.600.000 112.140.000 145.740.000 Usaha catering 24 370.000 8.880.000 31.924.800 40.804.800 Warung makan 66 462.500 30.525.000 132.066.000 162.591.000 Pedagang kaki lima 123.500.010 123.500.010 Travel agen 100 500.000 50.000.000 66.570.000 116.570.000 Cafe 8 880.000 7.040.000 20.504.000 27.544.000 Toilet umum 280.000 280.000 Total 2.925.284.649 Rata-rata pendapatan paling tinggi adalah penjaga tiket yaitu sebesar Rp. 950.000 dan pegawai homestay sebesar Rp.850.000. Hal ini karena penjaga tiket dan pegawai homestay memiliki waktu kerja yang lebih banyak daripada tenaga kerja lainnya. Rata-rata pendapatan tenaga kerja lokal masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan UMP DKI Jakarta, yaitu Rp. 2.441.000 per bulan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2014, karena pekerjaan dibidang wisata ini bukan pekerjaan utama melainkan pekerjaan sampingan bagi para tenaga kerja lokal.